PECAHAN
A. Terminologi Pecahan Pecahan
dalam bahasa inggris fraction, berasal dari kata Latin fractio (kata benda dari frangere).
Kata frangere ini berarti memecah. Oleh karena itu, istilah bilangan pecah juga sering
digunakan sebagai sinonom dari pecahan. Istilah pecahan dapat digunakan untuk merujuk
suatu bilangan yang ditulis dalam a b dan angka a b dimana b ≠ 0. Perlu diperhatikan
penggunaan simbol tersebut sebagai bilangan atau angka. Misalnya, jika kita menyatakan
bahwa bilangan yang terletak di atas disebut pembilang dan bilangan yang di bawah
disebut penyebut, maka pecahan yang kita maksud di situ adalah suatu simbol atau angka.
Akan tetapi jika kita mengatakan, “Jumlahkan 1 3 dan 1 2 ,” maka yang kita maksud
adalah pecahan sebagai suatu bilangan. Pada topik pecahan di SMP, pembilang dan
penyebut suatu pecahan adalah bilangan bulat. Bilangan yang seperti ini juga disebut
dengan bilangan rasional. Akan tetapi, secara umum, pembilang dan pecahan suatu
pecahan adalah sembarang bilangan real asalkan penyebutnya tidak sama dengan nol.
B. Konsep-Konsep Pecahan
Pecahan dapat dijelaskan dengan menggunakan tiga konsep, yaitu konsep sebagian dari
keseluruhan, konsep pembagian, dan konsep perbandingan.
Konsep Sebagian dari Keseluruhan.
Dengan konsep ini, pecahan digunakan untuk menyatakan sebagian dari keseluruhan. Pada
pecahan a b , bilangan yang di bawah, b, menunjukkan banyaknya bagian yang sama dalam
keseluruhan, sedangkan bilangan yang di atas, a, menunjukkan banyaknya bagian yang
diperhatikan.
Konsep Pembagian.
Konsep ini menyatakan pecahan sebagai hasil bagi suatu bilangan dengan bilangan yang lain.
Konsep semacam ini dapat diilustrasikan dengan Gambar 2 sebagai berikut.
Untuk menentukan 3 ÷ 4, maka kita bagi 3 dengan 2 terlebih dahulu. Dari sini kita akan
mendapatkan satu setengah. Setelah itu, kita bagi dua satu setengah tersebut untuk
mendapatkan ¾.
C. Pecahan-Pecahan Senilai
Pecahan-pecahan senilai dapat diilustrasikan dengan menggunakan Gambar 3 berikut.
Dari gambar tersebut kita dapat melihat bahwa,
1 2 4 1 2 4
= = dan = =
3 6 12 2 4 8
Ilustrasi tersebut memberikan aturan fundamental dari pecahan senilai: Untuk sembarang
pecahan, pecahan yang senilai dari diperoleh dengan mengalikan pembilang dan penyebut
pecahan tersebut dengan bilangan tidak nol yang sama.
Konsep Pecahan Senilai
A
Untuk sembarang pecahan dan nilangan k ≠ 0
B
a ka
=
b kb
Menyederhanakan Pecahan. Aturan pecahan senilai tersebut dapat kita gunakan untuk
menyederhanakan pecahan. Pecahan dikatakan dalam bentuk paling sederhana jika
pembilang dan penyebutnya tidak memiliki faktor persekutuan kecuali 1.
9 9+3 3
= =
12 12+3 4
Gambar 4 berikut ini menunjukkan proses penyederhanaan pecahan 9⁄12 menjadi 3⁄4.
D. Menyamakan Penyebut
Adakalanya kita diberikan dua pecahan dengan penyebut yang berbeda. Misalkan 1⁄4 dan
1⁄6. Gambar 5 menunjukkan bahwa banyaknya bagian-bagian dari kedua pecahan tersebut
berbeda. Jika masing-masing 1⁄6 bagian kita bagi menjadi dua bagian yang sama dan masing-
masing 1⁄4 bagian kita bagi menjadi tiga bagian yang sama, maka masing-masing akan
memiliki 12 bagian yang sama. Sehingga diperoleh dua pecahan yang senilai dengan dua
pecahan sebelumnya, yaitu 3⁄12 dan 2⁄12, tetapi penyebutnya sama.
Cara lain untuk menyamakan penyebut dua pecahan adalah dengan menggunakan kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) penyebut kedua pecahan tersebut. Karena KPK dari 4 dan 6
adalah 12, maka
1 1 ×3 3 1 1× 2 2
¿ = dan = =
4 4 × 3 12 6 6 ×2 12
E. Membandingkan Pecahan
Untuk membandingkan dua pecahan, kita dapat menggunakan Gambar 6 di bawah ini
3 3 ×7 21 5 5× 4 20
¿ = dan = =
4 4 × 7 28 7 7 × 4 28
Pengurangan Pecahan.
Pengurangan pecahan dapat dilakukan seperti dalam penjumlahan pecahan. Pertama, jika
perlu, samakan penyebut pecahan-pecahan yang diberikan, kemudian kurangi pembilang-
pembilang pecahan dan biarkan penyebutnya tetap. Perhatikan contoh berikut.
Perkalian Pecahan.
Perkalian pecahan akan lebih mudah jika diilustrasikan dengan menggunakan luas daerah.
Misalkan kita akan menghitung
2 4
×
3 5
Untuk mengalikan kedua pecahan tersebut, pertama kita gambar pecahan 4⁄5. Selanjutnya
kita arsir 2⁄3 dari daerah 4⁄5. Perhatikan Gambar 10 berikut.
Dari ilustrasi tersebut kita dapat melihat bahwa hasil kalinya dapat diperoleh dengan
mengalikan pembilang kedua pecahan, per hasil kali dari penyebut.