DOSEN PENGAMPU:
Ns. YETI SEPTIASARI,.S.Kep. M. Kes
DISUSUNOLEH:
Kelompok VI
Bobby Wahyu Pratama (142012018007)
Mardoni Ustanto (142012018019)
Miftahul khomsah (142012018023)
Putri Maysaroh (142012018030)
Rika Asmita (142012018034)
KATA PENGANTAR
Asslamualaikum, Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Kebutuhan Aktifitas dan Latihan” guna sebagai tugas
mata kuliah Kebutuhan Dasar I
Dalam Makalah ini ,kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada:
Heru Supriyatno, S.Kep., M.Kes.,sebagai dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar I
Orangtuayang senantiasa mendoakan dan memberikan dorongan serta semangat kepada kami.
Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun Makalah secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan serta bantuan yang telah diberikan hingga kami
dapat menyelesaikan tuga sini.
Kami menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Akhirnya kami berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Wassalamualaikum,Wr.Wb
Pringsewu,08 November2018
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa
kelompok otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan
secara aman.Dalam menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti
pengetahuan tentang pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh
yang meliputi fungsi integrasi dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf. Selain
itu, ada kelompok otot tertentu yang terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok
otot lain membentuk postur/bentuk tubuh.
Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi dengan
gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-
hari dan kegiatan rekreasi.Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka
system saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kebutuhan aktivitas
2. Untuk mengetahui sistem tubuhyang berperan dalam kebutuhan aktivitas
3. Untuk mengetahui kebutuhan mobilitas dan imobilitas
4. Untuk mengetahui Postur tubuh
5. Untuk mengetahui kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi
6. Untuk mengetahui proses keperawatan pada kebutuhan aktivitas
4
BAB II
PEMBAHASAN
radikal akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial
tangan.
5. Sendi
Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu.Sendi membuat
segmentasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antarsegmen dan
berbagai derajat pertumbuhan tulang.Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi
synovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago
artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu,
terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain seperti sindesmosis,
sinkondrosis, dan simfisis.
Jenis Mobilitas
a) Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh
dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan menjalankan peran
sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan
sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai
pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi
dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan
control motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis,
yaitu :
1) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
7
2. Imobiilitas
Pengertian Imobilitas
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas),
8
misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada
ekstremitas, dan sebagainya.
Jenis Imobilitas
a) Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan
hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralis
sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
b) Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak
akibat suatu penyakit.
c) Imobilitas emosional, keadaan ketika seseorang megalami pembatasan secara
emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
Sebagai contoh, keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah amputasi
ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan
sesuatu yang paling dicintai.
d) Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan
interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat memengaruhi
perannya dalam kehidupan sosial.
nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat tekanan
kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan.
i) Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urine yang mungkin
disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran
darah renal dan urine berkurang.
j) Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa
bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur,
dan menurunnya koping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut
merupakan dampak imobilitas karena selama proses imobilitas seseorang akan
mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasa, dan lain-lain.
D. Postur Tubuh
Postur tubuh (body alignment) merupakan susunan geometris dari bagian-bagian
tubuh yang berhubungan dengan bagian tubuh yang lain. Bagian yang dipelajari dari
postur tubuh adalah persendian, tendon, ligamen dan otot. Apabila keempat bagian
tersebut digunakan dengan benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan
fungsi tubuh maksimal, seperti dalam posisi duduk, berdiri, dan berbaring yang benar.
Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan dengan baik, mengurangi
jumlah energi yang digunakan, mempertahankan keseimbangan, mengurangi kecelakaan,
memperluas ekspansi paru, dan meningkatkan sirkulasi, baik renal maupun
gastrointestinal. Untuk mendapatkan postur tubuh yang benar, terdapat beberapa prinsip
yang perlu diperhatikan, diantaranya
1. Keseimbangan dapat dipertahankan jika garis gravitasi (line of gravity-garis imaginer
vertikal) melewati pusat gravitasi (center of gravity-titik yang berada di pertengahan
garis tubuh) dan dasar tumpuan (base of support-posisi menyangga atau menopang
tubuh
2. Jika dasar tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan
keseimbangan akan lebih besar
3. Jika garis gravitasi berada di luar pusat dasar tumpuan, energi akan lebih banyak
digunakan untuk mempertahankan keseimbangan
4. Dasar tumpuan yang luas dan bagian-bagian dari postur tubuh yang baik akan
menghemat energi dan mencegah kelelahan otot
12
Pengaturan Posisi
Pengaturan posisi yang dapat dilakukan pada pasien ketika mendapatkan asuhan,
seperti:
a. Posisi Fowler.Posisi setengah duduk atau duduk, bagian kepala tempat tidur lebih
tinggi atau dinaikkan. Untuk fowler (45°-90°) dan semifowler (15°-45°).
Dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan, memfasilitasi fungsi pernapasan,
dan untuk pasien pasca bedah.
b. Posisi Sim. Posisi miring ke kanan atau ke kiri. Dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan untuk mempermudah tindakan pemeriksaan rectum atau
pemberian huknah atau obat-obatan lain melalui anus.
c. Posisi Trendelenburg. Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian
kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah ke otak, dan pada pasien shock dan pada pasien yang dipasang
skintraksi pada kakinya.
15
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik akibat trauma yulang belakang, frktur, dan lain-lain.
b. Gangguan penurunan curah jantung akibat imobilitas.
c. Resiko cedera akibat orthostatic pneumonia.s
19
5) Latihan ROM , baik secara aktif maupun pasif, ROM merupakan tindakan
untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot.
b. Meningkatkan fungsi kardiovaskular
Meningkatkan fungsi respirasi kardiofaskuler sebagai dampak dari
imobilitas dapat dilakukan antara lain dengan cara ambulasi dini, latihan aktif, dan
pelaksanaan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Hal tersebut dilakukan secara
bertahap.Di samping itu, dapat pula dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi
setiap kali terjadi perubahan posisi. Untuk meningkatkatkan sirkulasi vena perifer
dapat dilakukan dengan cara mengangkat daerah kaki secara teratur.
c. Meningkatkan fungus respirasi
Meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak dari imobilitas dapat
dilakukan dengan cara melatih pasien untuk mengambil napas dalam dan batuk
efektif, mengubah posisi pasien tiap 1-2 jam, melakukan postural drainage,
perkusi data, dan vibrasi.
d. Meningkatkan fungsi gastrointestinal
Meningkatkan fungsi gastrointestinal dapat dilakukan dengan cara mengatur diet
tinggi kalori, protein, vitamin, dan mineral. Selain itu, untu mencegah dampak,
dari imobilitas dapat dilakukan dengan latihan ambulasi.
e. Meningkatkan fungsi system perkemihan
Meningkatkan system kemih dapat dilakukan dengan latihan atu mengubah posisi
serta latihan mempertahankannya.Pasien dianjurkan untuk minum 2500cc per hari
atau lebih, dan menjaga kebersihan parental.Apabila pasien tidak dapat buang air
kecil secara normal, dapat dilakukan katerisasi. Daisamping itu, untuk mencegah
inkontinesia urine, dapat dilakukan dengan cara minum banyak pada siang hari
dan minum sedikit pada malam hari.
f. Memperbaiki gangguan psikolagis
Meningkatkan kesehatan mental dan mengurangi emosi sebagian dampak dari
mobilitas dapat dilakukan dengan melakukan melakukan komununikasi secara
terapetik dengan berbagaiperasaan, membantu pasien untuk mengekspresikan
kecemasannya, meningkatkan prifasi pasien, memberikan dukungan moril,
mempertahankan citra diri, menganjurkan untuk melakukan social, mengjak untuk
berdiskusi tentang masalah yang dihadapi, dan seterusnya.
4. Implementasi Keperawatan
21
b. Posisi Sim
Pada posisi ini pasien berbaring miring baik ke kanan ataupun ke kiri.
Tujuan
22
1. Memberikan kenyamanan
2. Melakukan huknah
3. Memberikan obat per anus (supositoria)
4. Melakukan pemeriksaan daerah anus
Alat dan bahan :Bantal
Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Lakukan persiapan seperti diuraikan diatas
3. Tempatkan kepala datar ditempat tidur
4. Tempatkan pasien dalam posisi telentang
5. Posisikan pasien dalam posisi miring yang sebagian pada abdomen.
6. Tempatkan bantal kecil dibawah kepala
7. Tempatkan bantal dibawah lengan atas yang difleksikan, yang menyokong
lengan setinggi bahu. Sokong lengan lain diatas tempat tidur.
8. Tempatkan bantal dibawah tungkai atas yang difleksikan, yang menyokong
tungkai setinggi panggul
9. Tempatkan bantal pasien parallel dengan permukaan plantar kaki
10. Turunkan tempat tidur
11. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titik potensi
tekanan
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
13. Catat prosedur, termasuk : posisi yang ditetapkan, konsisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasienmembantu gerak, dan kenyamanan pasien
c. Posisi telentang
Posisi ini menempatkan pasien ditempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah daripada bagian kaki.
Tujuan :Melancarkan peredaran darah ke otak
Alat dan bahan
1. Bantal
2. Tempat tidur khusus
3. Balok penopang kaki tempat tidur (opsional)
Prosedur kerja:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
23
2. Cuci tangan
3. Pasien dalam keadaan berbaring telentang
4. Tempatkan bantal di antara kepala dan ujung tempat tidur pasien.
5. Tempatkan bantal dibawah lipatan lutut
6. Tempatkan balok penopang dibagian kaki tempat tidur
7. Atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien
8. Cuci tangan
e. Posisi litotomi
Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi telentang dengan
mengangkat kedua kaki dan ditarik keatas abdomen
Tujuan:
1. Pemerikasaan alat genitalia
2. Proses persalinan
24
tempat tidur lain. Pemindahan ini biasanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat
bergerak atau tidak dapat melakukan pemindahan sendiri.
Tujuan : Memindahkan pasien dari ruangan ke ruangan lain untuk tujuan tertentu
Alat dan bahan
1. Brankar atau tempat tidur
2. Bantal (bila perlu)
Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Lakukan persiapan seperti disebut diatas
3. Dua atau tiga perawat dengan tinggi badan kurang lebih sama berdiri
berdampingan menghadap tempat tidur pasien
4. Setiap orang bertanggujng jawab untuk salah satu dari area tubuh pasien
(kepala dan bahu, panggul, paha, dan pergelangan kaki)
5. Masing-masing pasien membentuk dasar pijakan yang luas yang mendekat
ketempat tidur di depan, lutut agak fleksi
6. Lengan pengangkat ditempatkan dibawah kepala dan bahu, panggul, paha, dan
pergelangan kaki pasien, dengan jari jemari mereka menggenggam sisi tubuh
pasien
7. Pengangkat menggulingkan pasien kearah dada mereka
8. Pada hitungan ketiga, pasien diangkat dan digendong ke dada perawat
9. Pada hitungan ketiga yang kedua, perawat melangkah kebelakang dan
menumpu salah satu kaki untuk mengarah ke brankar/tempat tidur lain,
dengan bergerak kedepan bila perlu
10. Perawat dengan perlahan menurunkan pasien kebagian tengah brankar/tempat
tidur dengan memfleksikan lutut dan panggul mereka sampai siku mereka
pada setinggi tepi brankar/tempat tidur
11. Perawat mengkai kesejajaran tubuuh pasien, tempatkan pagar tempat tidur
pada posisi terpasang.
12. Posisikan pasien pada posisi yang dipilih
13. Observasi pasien untuk menentukan respon terhadap pemindahan. Observasi
terhadap kesejajaran tubuh yang tepat dan adanya titik tekan
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
15. Catat prosedur dalam catatan keperawatan
28
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Minta pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau memegang
telapak tangan perawat
4. Berdiri disamping pasien dan pegang telapak dan lengan tangan pada bahu
pasien.
5. Bantu pasien untuk jalan
6. Observasi respoms pasien saat berdiri dari tempat tidur
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8. Catat tindakan dan respon klien
3) Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
pergelangn tangan pasien
4) Tekuk tangan pasieun ke depan sejauh mungkin
5) Catat perubahan yang tejadi.
f. Rotasi Bahu
Cara:
1) Jelaskan prosedur yan akan dilakukan.
2) Cuci tangan.
3) Atur posisi lengan pasien menjauhi dari tubuh (ke samping) dengan siku
menekuk.
4) Letakan satu lengan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang
tangan pasien dengan tangan yang lain.
5) Lakukan rotasi bahu dengan lengan kebawah sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke awah.
6) Kembalikan lengan ke posisi awal.
7) Gerakan lengan bawah ke belakang sampai enyentuh tempat tidur, tangan
menghadap ke atas.
8) Kembalikan ke posisi awal.
9) Cuci tangan setelh prosedur dilakukan.
10) Catat perubaan yang terjadi. Misal, rentang gerak, kekakuan dan nyeri.
3) Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan sementara tangan lain
memegang kaki.
4) Bengkokan (tekuk) jari-jari ke bawah.
5) Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.
6) Kembalikan ke posisi awal.
7) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
8) Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan adanya kekakuan
sendi.
4) Angkat kaki pasien kurang lebih 8cm dari tempat tidur dan pertahankan posisi
tetap lurus. Gerakan kaki menjauhi badan pasien atu ke samping arah perawat.
5) Gerakan kaki mendekati badan pasien.
6) Kembalikan ke posisi awal.
7) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
8) Catat perubahan yang terjadi. Miasal, rentang gerak dan kekakuan sendi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi
gangguan mobilitas adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan fungsi sistem tubuh
b. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
c. Peningkatan fleksibilitas sendi
d. Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien
menunjukkan keceriaan
34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas
dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal.Aktivitas adalah suatu energy
atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas).
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya, Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan
gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar,
duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan
gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring
B. Saran
Diharapkan untuk mahasiswa dapat memehami materi ini dan dapat
menerapkannya dengan baik kepada pasien, sehingga kebutuhan pasien terpenuhi dalam
kebutuhan aktivitas (mobilitas).
35
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Azis Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A. Azis Alimul. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/12/kebutuhan-aktivitas-mobilitas.html