Anda di halaman 1dari 7

POLA PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

USIA 6 – 8 TAHUN DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI


GENDING KABUPATEN PROBOLINGGO

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


(STUDI KASUS)

Oleh :
VIDIA SAVITRI
NIM. 14401.16.17042

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan dan kepribadian individu melalui proses atau kegiatan tertentu
(pengajaran, bimbingan atau latihan) serta interaksi individu dengan
lingkungannya untuk mencapai manusia seutuhnya. Usaha yang dimaksud
adalah suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan secara sadar dan
terencana, sedangkan kemampuan berarti kemampuan dasar atau potensi.
Asumsinya, setiap manusia mempunyai potensi untuk mendidik dan di didik
(Yesi Nur Indah Sari, 2018). Pendidikan adalah kebutuhan manusia. Artinya,
semua orang yang hidup mempunyai hak untuk mengenyam pendidikan.
Pendidikan bukan hanya untuk mereka saja yang normal, namun juga bagi
mereka penyandang ketunaan/anak berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khsus adalah anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada
ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik. Anak berkebutuhan khusus
juga dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan
yang sesuai dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing – masing
anak secra individual. Mereka secara fisik, psikologis kognitif atau sosial
terhambat dalam mencapai tujuan kebutuhan dan potensinya secara
maksimal, sehingga membutuhkan penanganan yang terlatih dari tenaga
profesional. (Rafael & Pastiria, 2020)
Dikutip dari journal on teacher education 2017, WHO
memperkirakan dari total jumlah anak di Indonesia terdapat 2,8 juta jiwa
anak yang sekolah dengan rentang usia 5 – 14 tahun, jumlah anak dengan
berkebutuhan khusus di Indonesia sekitar 7-10%. Retardasi mental pada
anak-anak di bawah umur 18 tahun di negara maju diperkirakan mencapai
0,5-2,5%, di negara berkembang berkisar 4,6%. Banyak penelitian
melaporkan angka kejadian retardasi mental lebih banyak pada anak laki-
laki dibandingkan perempuan.
Malahayati nursing jurnal 2020 mengemukakan, Berdasarkan data
Dinas Kesehatan di Kota Bandar Lampung kejadian anak dengan
keterlambatan perkembangan sebanyak 109,93 anak (Data Dinkes Kota
Lampung, 2015), Sedangkan pada tahun 2016 keterlambatan
perkembangan perkembangan sebanyak 109,19 anak, sedangkan pada
tahun 2017 keterlambatan perkembangan sebanyak 151,59 anak (Data
Dinkes Kota Lampung, 2017). Di TK YOBEL HKBP Kedaton Bandar
Lampung pemberian terapi bermain sperti bermain peran dan bercerita
sering dilakukan untuk merangsang perkembangan sosial pada anak usia
3-5 tahun.
journal of ners community fakultas vokasi Surabaya 2020
menyebutkan bahwa 80% penyandang disabilitas ada di Negara
berkembang. Sedangkan di Jawa Timur sendiri penyandang disabilitas
dengan gangguan penglihatan ringan sebanyak 795.100, mendengar
461.026, berjalan 218.085, mengingat 393.290, dan mengurus diri 357.069
dan untuk penyandang disabilitas parah di jawa timur jumlah gangguan
melihat sebanyak 83.373, mendengar 78.225, berjalan 121.745.
Hasil data eviden based dari dinas pendidikan Kota Probolinggo tahun
2019/2020 di sekolah luar biasa Sinar Harapan Kecamatan Mayangan
Kota Probolinggo terdapat 132 siswa yang sedang mengenyam
pendidikannya. Angka tersebut terdiri dari 78 (78%) siswa laki – laki, dan
54 (54%) siswa perempuan. 36 (47.52%) siswa tingkat 1, 15 (19.8%)
siswa tingkat 2, 21 (27.72%) siswa tingkat 3, 18 (23.76%) siswa tingkat 4,
21 siswa tingkat 5, 21 (27.72%) siswa tingkat 6.
Hasil dari eviden based dinas pendidikan Kabupaten Probolinggo
2019/2020. terdapat 225 anak berkebutuhan khusus di Kabupaten
Probolinggo. Angka tersebut terdiri dari 135 (30.3%) laki – laki dan 90
(20.2%) perempuan yang tersebar di 24 kecamatan Kabupaten
Probolinggo. Diantaranya Kecamatan Kraksaan 136 (30.6%) anak, terdiri
dari 72 (97.92%) laki – laki dan 64 (87.04%) perempuan. Kecamatan
Paiton 29 (65.25%) anak, terdiri dari 19 (5.51%) laki – laki dan 10 (2.9%)
perempuan. Kecamatan Gending 60 (13.5%) anak, terdiri dari 44 (26.4%)
laki – laki dan 16 (9.6%) perempuan.
Data eviden based di dapatkan dari dinas pendidikan Kabupaten
Probolinggo, anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa Dharma
Asih Kraksaan tahun 2017/2018 terdapat 89 siswa. Data tersebut terdiri
dari 48 (42.72%) siswa laki – laki dan 41 (36.49%) siswa perempuan. 13
(11.57%) siswa tingkat 1, 10 (8.9%) siswa tingkat 2, 11 (9.79%) siswa
tingkat 3, 8 (7.12%) siswa tingkat 5, 8 (7.12%) siswa tingkat 6, 9 (8.01%)
siswa tingkat 7, 2 (1.78%) siswa tingkat 8, 7 (6.23%) siswa tingkat 9, 7
(6.23%) siswa tingkat 10, 7 (6.23%) siswa tingkat 11, 7(6.23%) siswa
tingkat 12.
Hasil studi pendahuluan eviden based anak berkebutuhan khusus di
sekolah luar biasa Negeri Gending Desa Curah Sawo tahun 2017/2018
terdapat 60 anak berkebutuhan khusus yang terdiri dari 3 anak tingkat 1
(1.8%),7 anak tingkat 2 (4.2%), 4 anak tingkat 3 (2.4%), 7 anak tingkat 4
(4.2%), 8 anak tingkat 5 (4.8%), 5 anak tingkat 6 (3%), 3 anak tingkat 7
(1.8%) , 8 anak tingkat 8 (4.8%), 4 anak tingkat 9 (2.4%), 4 anak tingkat
10 (2.4%), 1 anak tingkat 11 (0.6%), 6 anak tingkat 12 (3.6%). Terdapat
beberapa anak yang memiliki kesulitan beradaptasi dengan pola
pendidikan yang terdapat di Sekolah Luar Biasa Kecamatan Gending. Hal
tersebut terjadi karena anak tersebut masih sulit beradaptasi di awal mulai
sekolahnya. Selain itu, perilaku siswa ABK yang negatif seperti kurang
mendengarkan arahan dari guru dan berperilaku seenaknya sendiri juga
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan siswa ABK kurang
kooperatif dalam mengikuti pola pendidikan yang sudah ada.
Banyak faktor yang mempengaruhi pola pendidikan anak
berkebutuhan khusus. Salah satunya ia karena kondisi dari siswa ABK-nya
sendiri, sehingga hal tersebut bisa menjadi hambatan siswa ABK dalam
mengikuti pola pendidikan yang diberikan oleh sekolah. Hambatan
tersebut termasuk dalam kondisi – kondisi seperti gangguan presepsi,
kerusakan otak, MBD (Minimal Brain Dysfunction), kesulitan membaca
(dyslexia), dan kesulitan dalam memahami kata - kata (developmental
aphasia) (Dini Ratrie Desiningrum, 2016). Siswa ABK dengan kondisi
tersebut akan kesulitan dalam proses belajar hingga menghambat siswa
ABK dalam berproses dan mengikuti pola pendidikan yang sudah ada.
Dampak dari hal – hal yang disebutkan diatas tidak hanya berakibat
pada rendahnya nilai hasil belajar siswa ABK, namun juga ada dampak
psikologis lainnya yang cenderung merugikan individu dari siswa ABK
tersebut. Diantaranya, siswa ABK dapat mengulang kelas/tidak naik kelas
sehingga anak cenderung mendapat lebel yang kurang baik dari teman –
temannya, sehingga pada anak tumbuh perasaan minder terhadap teman –
temannya, dan anak cenderung bersikap pemalu, menarik diri dari
lingkungan sosialnya dan lamban dalam menerima informasi baru (Dini
Ratrie Desiningrum, 2016).
Pola pendidikan anak berkebutuhan khusus haruslah lebih
diperhatikan daripada dengan anak normal/anak biasa, karena pola
pendidikan anak berkebutuhan khusus lebih menyesuaikan kepada kondisi
masing – masing individu. Salah satunya ialah dapat dengan terapi
bermain, dimana anak berkebutuhan khusus (ABK) bukan hanya belajar
dengan serius di dalam kelas, namun juga dengan melakukan permainan
yang membuat anak berkebutuhan khusus (ABK) lebih senang dan
berminat dalam melaksanakan kegiatan belajar di dalam kelas.
Sikap siswa ABK sangat berperan penting dalam proses tersebut.
Sikap siswa ABK yang baik seperti mendengarkan arahan dari tenaga
pengajar dengan baik dapat membuat pola pendidikan berjalan dengan
baik. Sebaliknya, sikap siswa ABK yang negatif seperti berperilaku
seenaknya sendiri dan tidak mendengarkan arahan dari guru dapat
membuat pola pendidikan yang ada tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pola pendidikan anak berkebutuhan khusus usia 6 – 8
tahun di sekolah luar biasa Negeri Gending Kabupaten Probolinggo.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat di rumuskan
permasalahan sebagai berikut: “bagaimanakah pola pendidikan anak
berkebutuhan khusus usia 6-8 tahun di sekolah luar biasa Negeri Gending
Kabupaten Probolinggo?”

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan uraian latar belakan di atas, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pola pendidikan anak
berkebutuhan khusus usia 6-8 tahun di sekolah luar biasa Negeri Gending
Kabupaten Probolinggo.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dari hasil
penelitian untuk dikembangkan pada penelitian berikutnya tentang
pola pendidikan anak berkebutuhan khusus usia 6-8 tahun di
sekolah luar biasa Negeri Gending Kabupaten Probolinggo

1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan


Diharapkan penelitian ini dapat diaplikasikan dalam bidang
ilmu keperawatan komunitas, sehingga dapat membantu untuk
mengembangkan pengetahuan dan selanjutnya dapat di lakukan
perencanaan dalam pola pendidikan anak berkebutuhan khusus usia
6-8 tahun di sekolah luar biasa Negeri Gending Kabupaten
Probolinggo.

1.4.3 Bagi Lahan Penelitian


Diharapkan pada Guru Sekolah Luar Biasa Negeri Gending
membuat program agenda tentang peningkatan pelayanan publik
kaitannya dengan pendidikan dan berupaya memberikan edukasi
dan penyuluhan tentang pola pendidikan pada anak berkebutuhan
khusus

1.4.4 Bagi Subjek


Sebagai tambahan informasi bagi guru khususnya tentang pola
pendidikan anak berkebutuhan khusus usia 6 - 8 tahun disekolah
luar biasa Negeri Gending Kabupaten Probolinggo.

1.4.5 Bagi Peneliti


Menambah pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan
dalam hal peelitian dan dapat dipergunakan sebagai data dasar
untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan pola
pendidikan anak berkebutuhan khusus usia 6 - 8 tahun disekolah
luar biasa Negeri Gending Kabupaten Probolinggo.

Anda mungkin juga menyukai