STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN PROBOLINGGO 2020 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian individu melalui proses atau kegiatan tertentu (pengajaran, bimbingan atau latihan) serta interaksi individu dengan lingkungannya untuk mencapai manusia seutuhnya. Usaha yang dimaksud adalah suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan secara sadar dan terencana, sedangkan kemampuan berarti kemampuan dasar atau potensi. Asumsinya, setiap manusia mempunyai potensi untuk mendidik dan di didik (Yesi Nur Indah Sari, 2018). Pendidikan adalah kebutuhan manusia. Artinya, semua orang yang hidup mempunyai hak untuk mengenyam pendidikan. Pendidikan bukan hanya untuk mereka saja yang normal, namun juga bagi mereka penyandang ketunaan/anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khsus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik. Anak berkebutuhan khusus juga dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing – masing anak secra individual. Mereka secara fisik, psikologis kognitif atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan kebutuhan dan potensinya secara maksimal, sehingga membutuhkan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional. (Rafael & Pastiria, 2020) Dikutip dari journal on teacher education 2017, WHO memperkirakan dari total jumlah anak di Indonesia terdapat 2,8 juta jiwa anak yang sekolah dengan rentang usia 5 – 14 tahun, jumlah anak dengan berkebutuhan khusus di Indonesia sekitar 7-10%. Retardasi mental pada anak-anak di bawah umur 18 tahun di negara maju diperkirakan mencapai 0,5-2,5%, di negara berkembang berkisar 4,6%. Banyak penelitian melaporkan angka kejadian retardasi mental lebih banyak pada anak laki- laki dibandingkan perempuan. Malahayati nursing jurnal 2020 mengemukakan, Berdasarkan data Dinas Kesehatan di Kota Bandar Lampung kejadian anak dengan keterlambatan perkembangan sebanyak 109,93 anak (Data Dinkes Kota Lampung, 2015), Sedangkan pada tahun 2016 keterlambatan perkembangan perkembangan sebanyak 109,19 anak, sedangkan pada tahun 2017 keterlambatan perkembangan sebanyak 151,59 anak (Data Dinkes Kota Lampung, 2017). Di TK YOBEL HKBP Kedaton Bandar Lampung pemberian terapi bermain sperti bermain peran dan bercerita sering dilakukan untuk merangsang perkembangan sosial pada anak usia 3-5 tahun. journal of ners community fakultas vokasi Surabaya 2020 menyebutkan bahwa 80% penyandang disabilitas ada di Negara berkembang. Sedangkan di Jawa Timur sendiri penyandang disabilitas dengan gangguan penglihatan ringan sebanyak 795.100, mendengar 461.026, berjalan 218.085, mengingat 393.290, dan mengurus diri 357.069 dan untuk penyandang disabilitas parah di jawa timur jumlah gangguan melihat sebanyak 83.373, mendengar 78.225, berjalan 121.745. Hasil data eviden based dari dinas pendidikan Kota Probolinggo tahun 2019/2020 di sekolah luar biasa Sinar Harapan Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo terdapat 132 siswa yang sedang mengenyam pendidikannya. Angka tersebut terdiri dari 78 (78%) siswa laki – laki, dan 54 (54%) siswa perempuan. 36 (47.52%) siswa tingkat 1, 15 (19.8%) siswa tingkat 2, 21 (27.72%) siswa tingkat 3, 18 (23.76%) siswa tingkat 4, 21 siswa tingkat 5, 21 (27.72%) siswa tingkat 6. Hasil dari eviden based dinas pendidikan Kabupaten Probolinggo 2019/2020. terdapat 225 anak berkebutuhan khusus di Kabupaten Probolinggo. Angka tersebut terdiri dari 135 (30.3%) laki – laki dan 90 (20.2%) perempuan yang tersebar di 24 kecamatan Kabupaten Probolinggo. Diantaranya Kecamatan Kraksaan 136 (30.6%) anak, terdiri dari 72 (97.92%) laki – laki dan 64 (87.04%) perempuan. Kecamatan Paiton 29 (65.25%) anak, terdiri dari 19 (5.51%) laki – laki dan 10 (2.9%) perempuan. Kecamatan Gending 60 (13.5%) anak, terdiri dari 44 (26.4%) laki – laki dan 16 (9.6%) perempuan. Data eviden based di dapatkan dari dinas pendidikan Kabupaten Probolinggo, anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa Dharma Asih Kraksaan tahun 2017/2018 terdapat 89 siswa. Data tersebut terdiri dari 48 (42.72%) siswa laki – laki dan 41 (36.49%) siswa perempuan. 13 (11.57%) siswa tingkat 1, 10 (8.9%) siswa tingkat 2, 11 (9.79%) siswa tingkat 3, 8 (7.12%) siswa tingkat 5, 8 (7.12%) siswa tingkat 6, 9 (8.01%) siswa tingkat 7, 2 (1.78%) siswa tingkat 8, 7 (6.23%) siswa tingkat 9, 7 (6.23%) siswa tingkat 10, 7 (6.23%) siswa tingkat 11, 7(6.23%) siswa tingkat 12. Hasil studi pendahuluan eviden based anak berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa Negeri Gending Desa Curah Sawo tahun 2017/2018 terdapat 60 anak berkebutuhan khusus yang terdiri dari 3 anak tingkat 1 (1.8%),7 anak tingkat 2 (4.2%), 4 anak tingkat 3 (2.4%), 7 anak tingkat 4 (4.2%), 8 anak tingkat 5 (4.8%), 5 anak tingkat 6 (3%), 3 anak tingkat 7 (1.8%) , 8 anak tingkat 8 (4.8%), 4 anak tingkat 9 (2.4%), 4 anak tingkat 10 (2.4%), 1 anak tingkat 11 (0.6%), 6 anak tingkat 12 (3.6%). Terdapat beberapa anak yang memiliki kesulitan beradaptasi dengan pola pendidikan yang terdapat di Sekolah Luar Biasa Kecamatan Gending. Hal tersebut terjadi karena anak tersebut masih sulit beradaptasi di awal mulai sekolahnya. Selain itu, perilaku siswa ABK yang negatif seperti kurang mendengarkan arahan dari guru dan berperilaku seenaknya sendiri juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan siswa ABK kurang kooperatif dalam mengikuti pola pendidikan yang sudah ada. Banyak faktor yang mempengaruhi pola pendidikan anak berkebutuhan khusus. Salah satunya ia karena kondisi dari siswa ABK-nya sendiri, sehingga hal tersebut bisa menjadi hambatan siswa ABK dalam mengikuti pola pendidikan yang diberikan oleh sekolah. Hambatan tersebut termasuk dalam kondisi – kondisi seperti gangguan presepsi, kerusakan otak, MBD (Minimal Brain Dysfunction), kesulitan membaca (dyslexia), dan kesulitan dalam memahami kata - kata (developmental aphasia) (Dini Ratrie Desiningrum, 2016). Siswa ABK dengan kondisi tersebut akan kesulitan dalam proses belajar hingga menghambat siswa ABK dalam berproses dan mengikuti pola pendidikan yang sudah ada. Dampak dari hal – hal yang disebutkan diatas tidak hanya berakibat pada rendahnya nilai hasil belajar siswa ABK, namun juga ada dampak psikologis lainnya yang cenderung merugikan individu dari siswa ABK tersebut. Diantaranya, siswa ABK dapat mengulang kelas/tidak naik kelas sehingga anak cenderung mendapat lebel yang kurang baik dari teman – temannya, sehingga pada anak tumbuh perasaan minder terhadap teman – temannya, dan anak cenderung bersikap pemalu, menarik diri dari lingkungan sosialnya dan lamban dalam menerima informasi baru (Dini Ratrie Desiningrum, 2016). Pola pendidikan anak berkebutuhan khusus haruslah lebih diperhatikan daripada dengan anak normal/anak biasa, karena pola pendidikan anak berkebutuhan khusus lebih menyesuaikan kepada kondisi masing – masing individu. Salah satunya ialah dapat dengan terapi bermain, dimana anak berkebutuhan khusus (ABK) bukan hanya belajar dengan serius di dalam kelas, namun juga dengan melakukan permainan yang membuat anak berkebutuhan khusus (ABK) lebih senang dan berminat dalam melaksanakan kegiatan belajar di dalam kelas. Sikap siswa ABK sangat berperan penting dalam proses tersebut. Sikap siswa ABK yang baik seperti mendengarkan arahan dari tenaga pengajar dengan baik dapat membuat pola pendidikan berjalan dengan baik. Sebaliknya, sikap siswa ABK yang negatif seperti berperilaku seenaknya sendiri dan tidak mendengarkan arahan dari guru dapat membuat pola pendidikan yang ada tidak berjalan sebagaimana mestinya. Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pola pendidikan anak berkebutuhan khusus usia 6 – 8 tahun di sekolah luar biasa Negeri Gending Kabupaten Probolinggo.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut: “bagaimanakah pola pendidikan anak berkebutuhan khusus usia 6-8 tahun di sekolah luar biasa Negeri Gending Kabupaten Probolinggo?”
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pola pendidikan anak berkebutuhan khusus usia 6-8 tahun di sekolah luar biasa Negeri Gending Kabupaten Probolinggo.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dari hasil penelitian untuk dikembangkan pada penelitian berikutnya tentang pola pendidikan anak berkebutuhan khusus usia 6-8 tahun di sekolah luar biasa Negeri Gending Kabupaten Probolinggo
1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan penelitian ini dapat diaplikasikan dalam bidang ilmu keperawatan komunitas, sehingga dapat membantu untuk mengembangkan pengetahuan dan selanjutnya dapat di lakukan perencanaan dalam pola pendidikan anak berkebutuhan khusus usia 6-8 tahun di sekolah luar biasa Negeri Gending Kabupaten Probolinggo.
1.4.3 Bagi Lahan Penelitian
Diharapkan pada Guru Sekolah Luar Biasa Negeri Gending membuat program agenda tentang peningkatan pelayanan publik kaitannya dengan pendidikan dan berupaya memberikan edukasi dan penyuluhan tentang pola pendidikan pada anak berkebutuhan khusus
1.4.4 Bagi Subjek
Sebagai tambahan informasi bagi guru khususnya tentang pola pendidikan anak berkebutuhan khusus usia 6 - 8 tahun disekolah luar biasa Negeri Gending Kabupaten Probolinggo.
1.4.5 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan dalam hal peelitian dan dapat dipergunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan pola pendidikan anak berkebutuhan khusus usia 6 - 8 tahun disekolah luar biasa Negeri Gending Kabupaten Probolinggo.