Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PEDAHULUAN KEPERAWATAN

MATERNITAS DENGAN BBLR

VIDIA SAVITRI
14401.16.17042

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2019
LAPORAN PEDAHULUAN KEPERAWATAN
MATERNITAS DENGAN BBLR

I. DEFINISI
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500
gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu, berarti
bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilannya.

II. ETIOLOGI
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum,
dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan
multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia
antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan social ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari
perkawinan yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi
yang lahir perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat
narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat
tertentu.

III. GAMBARAN KLINIS


Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :

1. Berat kurang dari 2500 gram


2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit

IV. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum

cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi

lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya

lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.

Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam

kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,

infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan

ke bayi jadi berkurang.


Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak

mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.

Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita

sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu

akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi

kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa

hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang

tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi

prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada

dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat

napas sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada

bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila

prematuritas bayilebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir

selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature

harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki

kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat

mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ

lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi

system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang

karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum

sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap

peradangan masih belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami

infeksi, system integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya

lecet, system termoregulasi dimana bayi premature belum mampu


mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang bertambah

karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang

belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi

atau kehilangan panas dalam tubuh


PATHWAY

Faktor Pencetus

Faktor Ibu Faktor Janin Faktor Lingkungan

1. Faktor penyakit 1. Hydroamnion 1. Tempat tinggal di


(toksemia 2. Kehamilan dataran tinggi
gravidarum, multiple/ganda 2. Radiasi
trauma fisik, dll) 3. Kelainan 3. Zat-zat beracun
2. Faktor usia kromosom

BBLR

Kulit tipis dan lemak Imaturitas system pernafasan Reflek menelan dan menghisap blm
subcutan kurang sempurna

Tidak dapat menyimpan Pernafasan belum Intake nutrisi tidak adekuat


panas sempurna

Asupan gizi kurang


Mudah kehilangan panas O2 dalam darah CO2

Sel-sel kekurangan nutrisi


kedinginan O2 dalam sel darah rendah Co2
tinggi

Hipotermi Kerusakan sel


Asidosis respiratoris

Penurunan BB/kematian

Gangguan pertukaran
gas
Resiko Defisit Nutrisi
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )

VI. PENATALAKSANAAN
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir
rendah adalah sebagai berikut :

1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih
besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator

2. Pelestarian suhu tubuh

Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam


mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal
suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.

Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu
normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi
berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C,
bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan
berat kurang dari 2000 gram

3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan,
sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi
yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.

4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan
sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi
dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina
bayi yang dapat menimbulkan kebutaan

5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun
khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker,
gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar
bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.

6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama,
dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap
dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan
lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.

VII. MASALAH KEPERAWATAN DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan pertukaran gas
2. Resiko Defisit Nutrisi
3. Hipotermi

ASKEP SECARA TEORI


A. Pengkajian (Data Fokus)
a. Pengkajian
1) Pengkajian fisik
a) Pengukuran umum :
 Lingkar kepala 33-35 cm
 Lingkar dada 30,5-33 cm
 Lingkat kepala 2-3 cm > dari lingkar dada
 Panjang kepala ke tumit 48-53 cm
 BBL 2700-4000 gram
b) Tanda vital :
 Suhu 36,50C-370C (aksila),
 Frekwensi jantung 120-140 x/m (apical),
 Pernafasan 30-60x/m
c) Kulit :
 Saat lahir: merah terang, menggembung, halus
 Hari kedua-ketiga: merah muda, mengelupas, kering
 Vernik kaseosa
 Lanugo
 Edema sekitar mata, wajah, kaki, punggung tangan, telapak,
dan skrotum atau labia
d) Kepala
 Fontanel anterior: bentuk berlian, 2,5-4,0 cm
 Fontanel posterior:bentuk segitiga 0,5-1 cm
 Fontanel harus datar, lunak danpadat
 Bagian terlebar dari fontanel diukur dari tulang ke tulang,
bukan dari sututa ke sutura.
e) Mata :
 Kelopak biasanya edema, mata tertutup
 Warna agak abu-abu, biru gelap, coklat
 Tidak ada air mata
 Ada refleks merah, reflek pupil (repon cahaya), refleks
berkedip (respon cahaya atau sentuhan)
 Fiksasi rudimenter pada obyek dan kemampuan mengikuti ke
garis tengah
f) Telinga :
 Posisi puncak pinna berada pada garis horizontal bersama
bagian luar kantus mata
 Reflek moro atau refleks terkejut ditimbulkan oleh bunyi keras
dan tiab-tiba
 Pina lentur adanya kartilago.
g) Hidung : patensi nasal, rabas nasal-mukus putih encer, bersin
h) Mulut dan tenggorok :
 Reflek menghisap kuat dan terkoordinasi, reflek rooting
 Refleks gag, refleks ekstrusi
 Salivasi minimal atau tidak ada, menangis keras
i) Leher : Pendek, gemuk, biasanya dikelilingi oleh lipatan kulir,
reflek leher tonik, refleks neck-righting, refleks otolith righting
j) Dada :
 Diameter anterior posteriordan lateral sama
 Retraksi sternal sedikit terlihat selama inspirasi
 Terlihat prosesusxifoideus pembesaran dada.
k) Paru-paru :
 Pernafasan utamanya adalah pernafasan abdominal
 Reflek batuk tidak ada saat lahir, ada setelah 1-2 hari.
 Bunyi nafas bronchial sama secara bilateral
l) Jantung :
 Apeks: ruang intercostal ke4-5, sebelah lateral batas kiri
sternum
 Nada S2 sedikit lebih tajam dan lebih tinggi daripada S1
m) Abdomen :
 Bentuk silindris
 Hepar: dapat diraba 2-3 cm dibawah marjin kostal kanan
 Limpa: puncak dapat diraba pada akhir minggu pertama
 Ginjal: dapat diraba 1-2 cm diatas umbilicus
 Pusat umbilicus: putih kebiruan pada saat lahir dengan 2 arteri
dan 1 vena
 Nadi femoral bilateral sama
n) Genetalia
wanita :
 Labia dan klitoris biasanya edema
 Labia minora lebih besar dari labia mayora
 Meatus uretral di belakang klitoris
 Verniks kaseosa di antara labia
 Berkemih dalam 24 jam
pria :
 Testis sudah turun
o) Ekstremitas :
 10 jari kaki dan tangan
 rentang gerak penuh
 punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara
B. Diagnosa Keperawatan
1.Gangguan pertukaran gas
2.Resiko Defisit Nutrisi
3.Hipotermi
A. Rencana Keperawatan
No Dx Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 Pertukaran gas 1.Dispnea menurun (5) 1. Pematauan Respirasi
meningkat 2.Bunyi napas tambahan a) Observasi
menurun (5)  Monitor frekuensi, irama, kedalama dan upaya napas
3. PCO2 membaik (5)  Monitor pola napas
4. PO2 membaik (5)  Monitor kemampuan batuk efektif
5. PH arteri membaik (5)  Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
b) Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kndisi
pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
c) Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan jika perlu

2 Status nutrisi membaik 1. porsi makan yang . Edukasi Nutrisi Bayi


dihabiskan cukup membaik a) Observasi
(5)  Identifikasi kesiapan dan kempuan ibu atau pengasuh
2.perasaan cepat kenyang menerima informasi
cukup menurun (5)  Identifikasi kemampuan ibu atau pengasuh
3.Nyeri abdomen menurun menyediakan nutrisi
(5) b) Terapeutik
4.Sariawan menurun (5)  Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
5.Berat badan membaik (5)  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
6.IMT membaik (5)  Berikan kesempatan kepada ibu atau pengasuh untuk
bertanya
c) Edukasi
 Jelaskan tanda tanda awal lapar (mis, bayi gelisah
membuka mulut dan menggeleng gelengkan kepala,
menjulurkan lidah, menghisap jari atau tangan
 Anjurkan menghindari pemberian pemanis buatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) (Mis,
cuci tangan sebelum dan sesudah makan, cuci tangan
dengan sabun setelah ke toilet)
 Ajarkan cara memilih makanan sesuai dengan usia bayi
 Ajarkan cara mengatur frekuensi makan sesuai usia
bayi
 Anjutkan tetap memberikan ASI saat bayi sakit
3 Termoregulasi 1. menggigil menurun (5) 1. Manajemen Hipotermia
membaik 2. kulit merah menurun (5) d) Observasi
3. pucat menurun (5)  Monitor suhu tubuh
4. suhu tubuh membaik (5)  Identifikasi penyebab hipotermia
5. suhu kulit membaik (5)  Moitor tanda dan gejala akibat hipotermia
6. ventilasi membaik (5) e) Terapeutik
7. tekanan darah membaik  Sediakan lingkungan yang hangat
(5)  Ganti pakaian dan atau linen yang basah
 Lakukan penghangatan pasif internal
 Lakukan penghangatan aktif internal
f) Edukasi
 Anjurkan makan dan minum hangat
DAFTAR PUSTAKA

1. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
2. Bobak, Lowdermilk, Jansen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi
4. Jakarta : EGC.
3. MNH, JNPK-KR dan DepKes. 2003. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta
: DepKes

Anda mungkin juga menyukai