Disusun oleh
TUTUT HARDIYANTI
D 121 09 323
Pergeseran fungsi lahan akibat industrialisasi, dengan merubah fungsi lahan pertanian
telah menyebabkan luas daerah resapan air dibanyak daerah di Indonesia. Disamping merubah
fungsi lahan kegiatan industri ini juga telah berdampak pada terjadinya pencemaran tanah dan
badan air. Akibat pencemaran ini antara lain juga dapat menurunkan kualitas dan kuantitas
hasil/produk pertanian, terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup
lain.
Kegaiatan lain yang berdampak pada ikutan kerusakan dan pencemaran tanah,
sedimentasi, erosi serta kekeringan, adalah kegiatan pertambangan. Kerusakan akibat kegiatan
pertambangan adalah berubah atau hilangnya bentuk permukaan bumi (landscape), terutama
pertambangan yang dilakukan secara terbuka (opened mining) meninggalkan lubang-lubang
besar di permukaan bumi. Untuk memperoleh bijih tambang, permukaan tanah dikupas dan
digali dengan menggunakan alat-alat berat. Para pengelola pertambangan meninggalkan areal
bekas tambang begitu saja tanpa melakukan upaya rehabilitasi atau reklamasi.
Terjadinya Pencemaran Tanah
Tanah dikatagorikan subur apabila tanah mengandung cukup nutrisi bagi tanaman
maupun mikro organisme, dan dari segi fisika, kimia, dan biologi memenuhi untuk pertumbuhan.
Tanah dapat rusak karena terjadinya pencemaran tanah.
Pencemaran tanah merupakan keadaan di mana materi fisik, kimia, maupun biologis
masuk dan merubah alami lingkungan tanah. Pencemaran dapat terjadi karena kegiatan rutin
manusia maupun akibat keceroban, seperti kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau
fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan yang tercemar dalam lapisan
sub-permukaan; kecelakaan armada pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari
tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak
memenuhi syarat (illegal dumping).
Apabila diklasifikasikan maka pencemaran tanah dapat terjadi karena hal-hal di bawah
ini, yaitu:
Pencemaran langsung : Pencemaran ini misalnya terjadi karena penggunaan pupuk secara
berlebihan, pemberian pestisida, dan pembuangan limbah yang tidak dapat diuraikan
seperti plastik, kaleng, botol, dan lain-lainnya.
Pencemaran melalui air : Air yang tercemar (mengandung bahan pencemar/polutan) akan
mengubah susunan kimia tanah sehingga mengganggu jasad yang hidup di dalam atau di
permukaan tanah.
Pencemaran melalui udara : Udara yang tercemar akan menurunkan hujan yang
mengandung bahan pencemar yang mengakibatkan tanah tercemar juga.
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam
tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat
berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan
udara di atasnya.
Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk
ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan
herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada
anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh
populasi.
Pada Ekosistem
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya
dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan
pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi.
Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-
bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
Terdapat beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran tanah, antara lain
dengan remediasi dan bioremidiasi. Remediasi yaitu dengan cara membersihkan permukaan
tanah yang tercemar. Sedangkan Bioremediasi dengan cara proses pembersihan pencemaran
tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak
beracun (karbon dioksida dan air).
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada
dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-
site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke
daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar.
Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih
dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang
kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal
dan rumit.
Penanganan pestisida sebagai pencemar tanah ialah dengan tidak menggunakannya. Cara
ini merupakan yang paling baik hasilnya, tetapi hama tanah mengakibatkan hasil produksi
menurun.
Cara yang dapat ditempuh antara lain pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam,
Memilih varietas tanaman yang tahan hama, menggunakan musuh alami untuk hama,
menggunakan hormon serangga, pmandulan (sterilisasi), serta memanfaatkan daya tarik seks
untuk serangga
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, google, serta pakain kerja yang
memadai penting dilakukan agar bahan tidak kontak langsung dengan tubuh dan lingkungan
sehingga mencemari lingkungan. Sedangkan perlakukan yang harus diterapkan pada sampah
hasil kegiatan, sebagaimana prinsip penanganan sampah lainnya harus selalu diperhatikan,
misalnya dengan prinsip Reuse, Recycling, Reducing, dengan metode-metode sanitary landfill,
dumping, grinding, composting, incineration, atau derngan metode pirolisis.