Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN
Secara khusus penanganan jenazah sangat penting guna mengurangi risiko infeksi
nosokomial. Proses penanganan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram, meliputi
penempatan sementara sampai diperlihatkan ke keluarga pasien, pemulasaraan jenazah
dan pengawetan jenazah.

II. LATAR BELAKANG


Di Rumah Sakit Umum Daerah kota Mataram, Instalasi Pemulasaraan Jenazah
berada di bangunan sebelah utara dimana alur untuk penanganan pelayanan Instalasi
Pemulasaraan Jenazah sudah diatur. Instalasi Pemulasaraan Jenazah tidak bisa dilalui oleh
orang yang tidak berkepentingan. Lalu lintas hanya bisa dilalui oleh petugas Instalasi
Pemulasaraan Jenazah.
Penanganan untuk jenazah yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Mataram melakukan perawatan sebelum diperlihatkan kepada keluarga, pemulasaraan
jenazah dan pengawetan jenazah. SDM di Instalasi Pemulasaraan jenazah adalah seorang
yang berpendidikan minimal SMA yang mempunyai kemampuan dalam perawatan
jenazah. SDM tersebut telah memiliki pengetahuan tentang pencegahan dan pengendalian
infeksi sehingga selalu disiplin dalam penggunaan APD.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang khas terjadi atau didapat di rumah sakit.
Infeksi ini telah dikenal sejak lama. Permasalahan yang terjadi akibat infeksi nosokomial
sangatlah kompleks dan dapat menyebabkan kerugian bagi pasien maupun bagi rumah
sakit. Mengingat bahwa penularan penyakit dapat melalui udara, percikan dan kontak,
sehingga indicator kejadian infeksi nosokomial menjadi penting untuk diperhatikan.
Selanjutnya salah satu upaya untuk menekan kejadian infeksi nosokomial adalah dengan
melakukan standar kamar jenazah yang baik. Selain itu pengetahuan dan perilaku petugas
kesehatan juga mernpunyai peran yang sangat penting. Petugas Instalasi Pemulasaraan
Jenazah wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dan orang lain (pasien dan

Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah


1
pengunjung) serta bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan yang telah ditetapkan
oleh rumah sakit.
.
III. TUJUAN
Tujuan Umum :
Sebagai pedoman bagi Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram untuk
dapat melaksanakan pelayanan jenazah dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit.
Tujuan Khusus :
1. Sebagai pedoman pelaksanaan pelayananan di Instalasi Pemulasaraan jenazah yang
merupakan salah satu upaya rumah sakit dalam mencegah infeksi nosokomial.
2. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan, pasien, keluarga dan
masyarakat.
3. Sebagai pedoman kerja untuk melaksanakan pelayanan jenazah sebelum ditunjukkan
dan dibawa pulang oleh keluarga.
4. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi silang.

IV. RUANG LINGKUP


Penggunaan pedoman ini diterapkan kepada petugas Instalasi Pemulasaraan Jenazah.
Yang diharapkan menerapkan pelayanan jenazah sesuai prosedur. Sehingga dapat
meningkatan mutu pelayanan instalasi pemulasaraan jenazah dan menghindari adanya
infeksi silang.

V. BATASAN OPERASIONAL
Sebagai acuan Rumah Sakit Umum Daerah kota Mataram dalam memberikan mutu
pelayanan yang baik bagi keluarga pasien. Jenazah secara etis diperlakukan
penghormatan sebagaimana manusia, karena ia adalah manusia. Martabat kemanusiaan
ini adalah perawatan kebersihan sebagaimana kepercayaan agama/adatnya. Perlakuan
sopan dan tidak merusak badan, termasuk kerahasiannya. Oleh karena itu kamar jenazah
harus bersih dan bebas dari kontaminasi khususnya hal yang membahayakan petugas,

Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah


2
aman bagi petugas yang bekerja, termasuk terhadap resiko penularan jenazah terinfeksi
karena penyakit mematikan.

VI. LANDASAN HUKUM


1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
5. Keputusan menteri kesehatan RI nomor 106/MENKES/SK/1/2004 tentang Sistem
Penaggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
6. Permenkes No. 986/Menkes/Per/Xl/ 1992 tentang penyehatan Lingkungan Rumah
Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan No.983/Menkes/SK/X/1992 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit.
8. Undang-Undang no.4 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat
II Mataram
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
10. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
11. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan
yang menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kota Mataram
12. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 10 Tahun 2013 tentang Susunan Organisasi
Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Kota Mataram
13. Peraturan Menteri Kesehatan No.340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi
Rumah Sakit

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

I. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Status kesehatan

Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah


3
Seluruh tenaga yang bekerja di instalasi kamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Mataram dianjurkan untuk :
1. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik, X-ray untuk TBC paling
sedikit 1 kali dalam setahun
2. Status imunisasi untuk Hepatitis B,
3. Laporan mengenai sakit yang dialami selama bekerja di Instalasi Pemulasaraan
Jenazah seperti ISPA, infeksi kulit, infeksi gastrointestinal, dll.
Petugas Instalasi kamar jenazah antara lain :
1. KEPALA INSTALASI

a. Pengertian : Kepala IPJ adalah seorang dokter spesialis kedokteran forensik yang
mempunyai kompetensi teknis dan manajerial yang telah di kredensial di RSUD
Kota Mataram
b. Kualifikasi Minimal
1. Dokter Spesialis 1 Kedokteran Forensik dan Medikolegal
2. Memiliki keterampilan, ketelitian dan tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas
3. Mampu melakukan komunikasi antar teman dan pemakai jasa
2. KOORDINATOR PETUGAS PEMULASARAN JENAZAH

a. Pengertian : Seorang staf IPJ yang diberikan tanggung jawab mengkoordinasikan


pekerjaan pemulasaran jenazah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Instalasi IPJ.
b. Kualifikasi minimal
1. Pendidikan : minimal SMA/sederajat
2. Kursus /Pelatihan : BCLS, service excellent, pelatihan bedah minor,
pelatihan universal precaution, pelatihan embalming,
dan pelatihan penanganan jenazah infeksius dan non
infeksius
3. Pengalaman Kerja : Sebagai tenaga pemulasaran jenazah minimal 1 tahun
4. Kondisi Fisik : Sehat jasmani dan rokhani
5. Mempunyai kemampuan manajerial.
6. Mempunyai prestasi dan dedikasi
Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah
4
3. SEKERTARIS IPJ
a. Pengertian : Seorang dokter umum yang diberikan tanggung jawab
mengkoordinasikan pekerjaan pemulasaran jenazah, administrasi dan ambulance
jenazah dan bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi IPJ.
b. Kualifikasi minimal
1. Pendidikan : Dokter Umum
2. Kursus /Pelatihan : BCLS, service excellent, pelatihan bedah minor,
pelatihan universal precaution, pelatihan embalming, dan
pelatihan penanganan jenazah infeksius dan non infeksius
3. Pengalaman Kerja : Sebagai tenaga pemulasaran jenazah minimal 1 tahun
4. Kondisi Fisik : Sehat jasmani dan rokhani
5. Mempunyai kemampuan manajerial.
6. Mempunyai prestasi dan dedikasi
7. Penilaian DP 3 baik
8. komunikasi yang baik
4. KOORDINATOR SOPIR AMBULANCE JENAZAH

a. Pengertian : Seorang staf IPJ yang diberikan tanggung jawab


mengkoordinasikan pekerjaan sopir ambulance jenazah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Instalasi IPJ melalui Sekertaris IPJ.
b. Kualifikasi minimal
1. Pendidikan : minimal SMA/sederajat
2. Kursus /Pelatihan : BCLS, service excellent, pelatihan bedah minor, pelatihan
universal precaution, pelatihan embalming, dan pelatihan penanganan jenazah
infeksius dan non infeksius
3. Pengalaman Kerja : Sebagai sopir ambulance jenazah minimal 1 tahun dan
mempunyai SIM A
4. Kondisi Fisik : Sehat jasmani dan rohani
5. Mempunyai kemampuan manajerial.
6. Mempunyai prestasi dan dedikasi
7. Penilaian DP 3 baik
8. Komunikasi baik
5. SOPIR AMBULANCE JENAZAH

a. Pengertian : Seorang staf IPJ yang diberikan tanggung jawab melaksanakan


pekerjaan sopir ambulance jenazah dan bertanggung jawab kepada koordinator
sopir ambulance jenazah.
b. Kualifikasi minimal
Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah
5
1. Pendidikan : minimal SMA/sederajat
2. Kursus /Pelatihan : BCLS, service excellent, pelatihan bedah minor,
pelatihan universal precaution, pelatihan embalming, dan
pelatihan penanganan jenazah infeksius dan non infeksius
3. Pengalaman Kerja : mempunyai SIM A
4. Kondisi Fisik : Sehat jasmani dan rohani
5. Komunikasi baik
6. PETUGAS PEMULASARAN JENAZAH

a. Pengertian : Seorang staf IPJ yang diberikan tanggung jawab melaksanakan


pekerjaan pemulasaran jenazah dan bertanggung jawab kepada koordinator
pemulasaran jenazah.
b. Kualifikasi minimal
1. Pendidikan : minimal SMA/sederajat
2. Kursus /Pelatihan : BCLS, service excellent, pelatihan bedah
minor, pelatihan universal precaution, pelatihan embalming, dan
pelatihan penanganan jenazah infeksius dan non infeksius
3. Pengalaman Kerja : pernah merawat jenazah
4. Kondisi Fisik : Sehat jasmani dan rohani
5. Komunikasi baik

II. DISTRIBUSI KETENAGAAN


1. Kepala Instalasi Pemulasaraan jenazah
a. Memimpin Instalasi Pemulasaraan jenazah untuk pencapaian Visi dan Misi
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
b. Memimpin dan mengembangkan Sumber Daya Manusia Instalasi Pemulasaraan
jenazah
c. Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan rutin dan berkala manajemen
dan administrasi Instalasi Pemulasaraan jenazah
d. Melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan
evaluasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Instalasi Pemulasaraan jenazah.
e. Memberikan usulan program kerja dan anggaran Instalasi Pemulasaraan jenazah
f. Mengembangkan kemampuan Sumber Daya Manusia Instalasi Pemulasaraan
jenazah

Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah


6
g. Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan dinas kerja staf bawahannya
h. Merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi semua alat alat
inventaris dan barang barang kebutuhan Instalasi Pemulasaraan jenazah.
i. Menjalin komunikasi dan kerjasama secara aktif dengan instalasi-instalasi kerja
yang terkait sehingga mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien
j. Melaksanakan tugas-tugas lain dari atasan

2. Staff Kamar jenazah


a. Bertanggungjawab kepada kepala Instalasi Pemulasaraan Jenazah.
b. Mengarahkan semua aktifitas staff yang berkaitan dengan suplai alat steril bagi
perawatan pasien di rumah sakit
c. Menjaga kebersihan diri dan ruangan
d. Menjaga inventaris yang dimiliki Instalasi Pemulasaraan Jenazah

III. PENGATURAN JAGA


Kepala instalasi pemulasaraan jenazah bekerja mulai jam 08.00 WITA – 14.00 WITA
Staf instalasi pemulasaraan jenazah bekerja sesuai shift :
 Pagi : Jam 08.00 WITA -14.00 WITA
 Siang : Jam 14.00 WITA - 20.00 WITA
 Malam : Jam 20.00 WITA – 08.00 WITA
Briefing staf instalasi pemulasaraan jenazah setiap hari jumat.

Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah


7
BAB III
STANDAR FASILITAS

I. DENAH RUANG
Instalasi Pemulasaraan jenazah Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram terletak di
bangunan utara Rumah Sakit, yang mana di sebelah timur ruang jenazah terdapat ruangan gas
medis dan ruang K3RS, di sebelah selatan kamar jenazah terdapat ruang Instalasi Pengelolaan
Sarana dan Prasarana Medik dan di sebelah barat terdapat instalasi Gawat Darurat. Instalasi
Pemulasaraan Jenazah terdiri dari ruang administrasi, tempat penerimaan jenazah, tempat
pemulasaraan jenazah,ruang doa dan ruang frezeer jenazah.

TEMPAT

PEMULASARAAN
JENAZAH
FREZEER
JENAZAH

RUANG TEMPAT PENERIMAAN

ADMINISTRASI JENAZAH

Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah


8
II. STANDAR FASILITAS
Sarana fisik dan peralatan sangat mempengaruhi efisien kerja dan pelayanan instalasi
kamar jenazah. Mengingat tugas pokok instalasi kamar jenazah adalah melayani pasien yang
sudah meninggal dengan atau tanpa penyakit menular, maka diperlukan sarana dan prasarana
yang memadai. Guna mencegah infeksi silang.

Lokasi
Lokasi jauh dari lalu lintas utama rumah sakit karena berdampak pada efisiensi kerja dan
meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan cara meminimalkan terjadinya kontaminasi.
Area tertutup tidak dapat diakses oleh orang yang tidak berkepentingan.

Syarat Instalasi Pemulasaraan jenazah


Pada prinsipnya kamar jenazah berada di tempat yang jauh dari lalu lintas perawatan
pasien untuk menghindari terjadinya kontaminasi dan sesuai dengan alur kerja.

Kebersihan ruangan
1. Setiap hari lantai dan permukaan harus dibersihkan
2. Lakukan dekontaminasi permukaan setelah selesai kegiatan
3. Secara teratur dilakukan pembersihan besar yang disesuaikan dengan jadwal pembersihan
Instalasi kamar jenazah

Sarana fisik dan peralatan Instalasi Pemulasaraan Jenazah


Di kamar jenazah tempat tidur untuk perawatan pasien sebelum ditunjukkan kepada keluarga.
Terdapat troli untuk menempatkan alat – alat yang dibutuhkan untuk pelayanan jenazah.
Terdapat brankar untuk memindahkan jenazah dari rumah sakit ke mobil jenazah. Di dalam
kamar jenazah terdapat lemari penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD). Dan kranjang atau
box untuk meletakkan APD yang telah dipakai untuk perawatan jenazah. Yang nantinya akan
dibawa ke ruang laundry/CSSD. Terdapat wastafel dan antiseptic serta handwash untuk
petugas mencuci tangan setelah menyiapkan jenazah. Peralatan yang diperlukan di kamar
jenazah antara lain :

Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah


9
1. Peralatan antropometri
2. System komunikasi internal
3. Sarung tangan panjang
4. Apron plastic
5. Masker
6. Tutup kepala
7. Surat kematian
8. Label jenazah
9. Senter

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Pelayanan Instalasi Pemulasaraan Jenazah adalah kegiatan mempersiapkan jenazah


sebelum diperlihatkan kepada keluarga. Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada
pasien meninggal, maka diperlukan alur penanganan jenazah yang jelas. Tersedianya Instalasi
Pemulasaraan Jenazah yang standar dapat dipakai sebagai acuan oleh petugas Instalasi
Pemulasaraan jenazah dalam memberikan mutu pelayanan yang baik bagi keluaga pasien.

ALUR PENANGANAN JENAZAH DI INSTALASI PEMULASARAAN JENAZAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MATARAM

JENAZAH DARI MASUK INSTALASI SURAT


PEMULASARAAN KETERANGAN
INSTALASI LAIN
JENAZAH KEMATIAN

Pedoman PENGAMBILAN JENAZAH OLEH


Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazahKELUARGA PEMBAYARAN DI
(MENGGUNAKAN KERETA JENAZAH DAN MOBIL 10
KASIR RS
JENAZAH)
1. Pasien dari instalasi lain yang sudah dinyatakan meninggal (jenazah) dikirim ke Instalasi
Pemulasaraan Jenazah.
2. Di Instalasi Pemulasaraan Jenazah dilakukan perawatan sebelum ditunjukkan kepada
keluarga. Di Instalasi Pemulasaraan Jenazah dilakukan pemeriksaan kembali. Kepala diberi
tali kassa sampai mulut jenazah tertutup. Tangan diposisikan diatas perut kemudian
pergelangan tangan ditali. Kemudian diantara jempol kaki diselipkan kassa dan ditali
kembali. Setelah posisi dan keadaan jenazah sudah dirapikan, keluarga dipanggil untuk
melihat keadaan keluarganya yang meninggal.
3. Setelah dilakukan perawatan di Instalasi Pemulasaraan Jenazah petugas Instalasi
Pemulasaraan Jenazah memberikan surat kematian.
4. Kemudian keluarga membawa surat kematian ke ruang administrasi rumah sakit untuk
mengurus biaya perawatan selama di Rumah sakit. Setelah surat kematian dan biaya
administrasi telah selesai, keluarga menunjukkan kepada petugas Instalasi Pemulasaraan
Jenazah.
5. Setelah ditunggu 2 jam jenazah diperbolehkan dibawa pulang dengan menggunakan
kereta/brankar khusus untuk jenazah menuju ke mobil jenazah rumah sakit.

Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah


11
BAB V
LOGISTIK

Instalasi Pemulasaraan jenazah di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram sebagai
salah satu bagian penting rumah sakit untuk mencegah resiko infeksi dan menunjang pelayanan
medis baik untuk petugas, pasien dan pengunjung. Apabila alat dan bahan untuk pemrosesan
linen habis maka petugas atau staf menulis permintaan barang kepada kepala instalasi kamar
jenazah. Kepala Instalasi Pemulasaraan Jenazah memberikan formulir permintaan bahan dan alat
kepada bagian CSSD.
Untuk pengajuan kebutuhan logistik serta keperluan gudang kamar jenazah selama satu
tahun dibuatkan dalam satu anggaran pada satu tahun berjalan. Setiap anggaran yang dibuat
diharapkan dapat digunakan secara optimal dalam tahun berjalan. Sistem Logistik yang
digunakan mengacu pada panduan logistik yang dibuat oleh Bagian Logistik dan Inventaris
dengan mengacu pada sistem yang baku.

Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah


12
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keseimbangan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat, kematian,
dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi. (KKP-RS)

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar

Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah


13
terciptan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di
rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan. (KKP-RS)

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Mencipatakan kepemimpinan
dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang kuat
dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko. Mengembangkan system dan proses
pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial
bermasalah.
4. Mengembangkan system pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian / insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada KKP-
PS.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong karyawan
untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian
itu timbul.
7. Mencegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien. Menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada
system pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus diterapkan.
Standar tersebut adalah:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah
14
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan
pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen
dan karyawan
5. Menetapkan system pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut diatas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas) dan
melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan
pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah
sakit dan kejadian tidak diharapkan.

Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah


15
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

UU No 23 tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib menyelenggarakan upaya


kesehatan kerja adalah tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang
termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan
keluarga bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan
di luar rumah sakit..
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap
warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal
ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan
pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan
terhadap pekerja dalam hal ini tim PPK dan perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai
adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan
meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-
Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan
sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada
tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja

Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah


16
b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi;
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas atau
terlalu dingin;
- Tidak tersedia alat-alat pengaman;
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dll.
a. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan
 Petugas kesehatan yang menangani linen kotor harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
 Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
 Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin)
dengan baik dan menjaga kebersihan tangan setiap saat dan:
o Memeriksa suhu dua kali sehari dan mewaspadai munculnya gejala
pernapasan terutama batuk
o Memiliki catatan pribadi mengenai kontak yang dialami. Catatan tidak
boleh dibawa ke dalam area isolasi
o Bila timbul demam, segera batasi interaksi dan isolasi diri dari area umum.
Segera lapor kepada Tim Dalin / Pandalin, Tim Kesehatan kerja (K3) dan
dokter poliklinik RS, adanya kemungkinan terinfeksi penyakit menular
yang sedang ditangani.
b. Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan
 Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan,
petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk kewaspadaan Standar dan

Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah


17
Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan secara kontak, droplet, atau udara)
sesuai dengan penyebaran penyakit.
 Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit
menular yang sedang dihadapi.
 Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari
kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di unit perawatan
intensif (ICU), ruang rawat anak, ruang bayi.
 Jika petugas kesehatan mengalami gejala demam atau gangguan pernapasan
dalam jangka waktu 10 hari setelah terpajan penyakit menular melalui udara,
maka ia perlu dirawat di ruang isolasi.
 Petugas terpajan yang tidak memiliki gejala demam atau gangguan pernapasan
tidak perlu dibebastugaskan namun harus melaporkan pajanan yang dialami
segera kepada Tim Dalin.
 Surveilans aktif perlu dilakukan terhadap gejala demam dan gangguan pernapasan
setiap hari kepada petugas kesehatan yang terpajan. Petugas diinstruksikan untuk
mewaspadai timbulnya demam, gangguan pernapasan dan atau peradangan
konjungtiva selama 10 hari setelah terpajan dengan penyakit menular melalui
udara.

Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah


18
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang akan digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan.
Adapun pengendalian mutu Instalasi kamar jenazah harus sesuai dengan protap yang
telah ditentukan. Setiap proses pelayanan jenazah berjalan petugas selalu mengenakan APD.
Dan tidak ada kejadian infeksi yang terjadi.

Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah


19
BAB IX
PENUTUP

Undang-undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen menjadi tantangan


yang harus diantisipasi oleh para praktisi pelayanan kesehatan. Selain itu juga dituntut
memberikan pelayanan yang professional dengan diberlakukannya undang – undang tentang
praktek kedokteran yang ditujukan kepa da kepastian hukum baik bagi penerima pelayanan
kesehatan maupun pemberi pelayanan kesehatan.
Kejadian infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien
dirawat di rumah sakit. Bagi pasien dirumah sakit, infeksi nosokomial merupakan masalah serius
yang dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien.
Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian namun
menyebabkan hari perawatan menjadi lebih lama di rumah sakit. Ini berarti pasien membayar
lebih mahal dan dalam kondisi tidak produktif, disamping pihak rumah sakit juga akan
mengeluarkan biaya yang lebih besar. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
merupakan kegiatan yang sangat penting dan salah satu factor yang mendukung untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dan erat kaitannya dengan citra rumah sakit. Oleh karena itu
pencegahan dan pengendalian infeksi rumh sakit harus diperhatikan.
Salah satu kegiatan untuk menekan kejadian infeksi nosokomial adalah dengan
melaksanakan pelayanan instalasi kamar jenazah yang baik. Tanggung jawab untuk
melaksanakan semua kegiatan secara aman dilingkungan pusat sterilisasi menjadi
tanggungjawab petugas instalasi kamar jenazah. Pada dasarnya kecelakaan kerja di lingkungan
pusat sterilisasi dapat dihindari dengan cara megetahui potensi bahaya yang dapat timbul.
Dengan cara memperhatikan secara seksama dan melatih teknik – teknik bekerja secara aman
maka resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan

Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah


20
Pedoman Pelayanan Instalasi Pemulasaraan jenazah
21

Anda mungkin juga menyukai