Anda di halaman 1dari 10

Nama : Ahmad Badar Zamiat

Kelas : 2C D3 Keperawatan
NIM : KHGA18090

Tugas Individu :

KASUS !!!
Seorang pasien wanita 25 tahun dibawa ke IGD dengan penurunan kesadaran 1 hari yang
lalu, keluhan terjadi pada pagi hari saat bangun tidur, pasien terlihat lemas dan tak mampu
berkomunikasi. Sebelumnya pasien mengeluh nyeri kepala, mual muntah dan tidak nafsu
makan diserti riwayat demam. Nyeri kepala menetap dirasakan sepanjang hari. Pasien juga
mengeluh sering batuk berdahak. Riwayat pengobatan TBC +. Hipertensi -, DM -. GCS
E3V2M5, TD 100/80, RR 20, NADI 86 Suhu 38.9. konjungtiva
anemis, kaku kuduk +, Babinski +/+. Pasien didiganosa mengalami meningitis

JAWABAN !!!

1. Apakah yang dimaksud meningitis? Etiologi? Tanda dan gejala?


A. Definisi
Meningitis adalah Peradangan pada susunan saraf, Radang umum pada araknoid dan
piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut
dan kronis. (Arief Mansjoer : 2000)
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat, (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis adalah radang pada selaput otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
parasit, jamur, dan keadaan non infeksi seperti neoplasma (Arydina, Triono, & Herini,2014).
Meningitis Tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang mengenai salah satu atau
semua selaput meningen disekeliling otak dan medulla spinalis yang disebabkan oleh kuman
tuberkulosa (Mycobacterium Tuberculosa).

B. Etiologi
Adapun etiologi menurut Alpers, (2006) adalah sebagai berikut.
1. Meningitis Bakterial (Meningitis sepsis)
Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon
dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan
eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid
ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang
tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan
peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami
infark.
2. Meningitis Virus (Meningitis aseptic)
Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus seperti campak, mumps,
herpes simplek dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel
sehingga sell cepat mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga mengganggu produksi
enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan
neurologic.
3. Meningitis Jamur
Meningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem
saraf pusat pada klien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari
system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi. Respon inflamasi
yang ditimbulkan pada klien dengan menurunnya sistem imun antara lain: bisa
demam atau tidak, sakit kepala, mual, muntah dan menurunnya status mental.

C. Tanda dan Gejala


Baughman & Hackley (2003) menjelaskan bahwa tanda dan gejala meningitis adalah
sebagai berikut.
1. Sakit kepala
2. Demam merupakan gejala awal yang sering timbul.
3. Muntah
4. Peka rangsang
5. Kejang (seringkali merupakan tanda awal)
6. Kaku kuduk (stiff neck) merupakan tanda awal meningitis. Usaha untuk
memfleksikan kepala sangat sulit pada penderita meningitis karena mengalami
kejang otot pada leher.
7. Tanda kernig positif (Kernig’s sign) yaitu ketika pasien berbaring dengan paha
difleksikan ke abdomen, pasien akan merasa kesakitan.
8. Tanda Brudzinki positif (Brudzinski’s sign) yaitu ketika leher pasian
dibungkukkan ke arah dada, pasien secara spontan menekuk lututnya ke atas
9. Fotofobia yaitu peka terhadap cahaya.
10. Ruam kulit berupa bintik-bintik merah yang tersebar (tidak terjadi pada semua
orang).
11. Perubahan tingkat kesadaran berkaitan dengan tipe bakteri yang menyerang.
12. Disorientasi dan kerusakan memori merupakan hal yang umum pada awal
penyakit.
13. Letargi, tidak memberikan respons, dan koma dapat berkembang sejalan
dengan perkembangan penyakit.
14. Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) merupakan gejala sekunder akibat
akumulasi eksudat purulen.

2. Apakah klasifikasi meningitis? Berdasarkan kasus diatas pasien dikelompokan ke


dalam kategori apa?
D. Klasifikasi
Diagnosis pasti penyakit meningitis ditegakkan dengan pemeriksaan cairan
serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal. Klasifikasi meningitis dapat dibedakan
menurut penyebabnya sebagai berikut (Mesranti, 2011).
1. Meningitis karena virus (aseptik)
2. Meningitis karena bakteri (septik)
3. Meningitis jamur
Berdasarkan kasus di atas pasien termasuk dalam klasifikasi meningitis karena
bakteri (Septik) yang dapat di buktikan dari klien memili “Riwayat pengobatan TBC”
yang bias di indikasikan pada meningitis Tuberkulosa yang merupakan reaksi
peradangan yang mengenai salah satu atau semua selaput meningen disekeliling otak
dan medulla spinalis yang disebabkan oleh kuman tuberkulosa (Mycobacterium
Tuberculosa).
PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien
Nama : Ny.I
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Dx Medis : Meningitis

2. Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran

3. Riwayat Kesehatan Saat Ini : Berdasarkan penuturan keluarga klien sehari sebelum
masuk rumah sakit pada pagi hari setelah bangun tidur klien terlihat lemas dan tidak
bisa berkomunikasi. Sebelumnya pasien mengeluh nyeri kepala, mual muntah dan
tidak nafsu makan diserti riwayat demam. Nyeri kepala menetap dirasakan sepanjang
hari. Pasien juga mengeluh sering batuk berdahak.

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Keluarga klien mengatakan Klien memiliki riwayat
TBC dan dalam riwayat pengobatan. Keluarga juga mengatakan bahwa klien
memiliki riwayat hipertensi.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
memiliki riwayat penyakit seperti klien hanya saja nenek klien yang sudah meninggal
memiliki riwayat TBC.

6. Data Fokus Pengkajian (Doeges,2000)

a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise)
Keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya
Tanda : Antaksia, masalah berjalan, kelumpuhan, Gerakan involunter.
Kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak
Hipotonia

b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endocarditis, abses otak
Tanda : Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat
(berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat
vasomotor)
c. Eliminasi
Tanda : Adanya inkontinensia dan /atau retensi.

d. Makanan/Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan
Kesulitan menelan (pada periode akut)
Tanda : Anoreksia, muntah.
Turgor kulit jelek, membrane mukosa kering
e. Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada
periode akut
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala ( mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya berat)
Parestesia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena,
kehilangn sensasi (kerusahkan pada saraf kranial).
Hiperalgesia/meningkatnya sensitivitas pada nyeri (meningitis).
Timbul kejang (meningitis bakteri atau abses otak)
Fotofobia (meningitis)
Tanda : Status mental/tingkat kesadaran : letargi sampai koma, delusi dan
halusinasi.
Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan
Afasia/kesulitan dalam berkomunikasi
Mata : unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya (peningkatan
TIK) nystagmus (bola mata bergerak terus menerus
Karakteristik facial : perubahan pada perubahan pada fungsi motoric
dan sensorik (saraf kranial V dan VII terkena)
Kejang umung atau local (pada abses otak), otot mengalami
hypotonia/falksid paralisis (pada fase akut meningitis)
Hemiparese atau hemiplegia (meningitis)
Tanda Brudzinski positif dan/atau tanda kernig positif merupakan
indikasi adanya iritasi meningeal
Rigiditas nukal (iritasi meningeal)
Refleks tendon dalam : terganggu, babiski positif
Refleks abdominal turun/tidak ada,

g. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : Sakit kepala (berdenyut dengan hebat,frontal) mungkin kan
diperburuk oleh ketegangan : leher/punggung
Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi/ gelisah

h. Pernafasan
Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru (abses otak)
Tanda : Peningkatan kerja pernafasan (episode awal)
Perubahan mental (letargi sampai koma) dan gelisah

i. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Adanya riwayat menggunakan obat (abses otak)
Hipersensitif terhadap obat (meningitis non-bakteri)
Masalah medis sebelumnya, seperti penyakit kronis/gangguan umum

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Analisa CSS dari fungsi lumbal :


Meningitis bacterial : tekanan meningkat, cairan keruh berkabut,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur
positif terhadap beberapa jenis bakteri.
b. Glukosa serum : meningkat (meningitis)
c. LDH serum : meningkat (pada meningitis bakteri)
d. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrophil
e. Elektrolit darah : abnormal
f. ESR/LED : meningkat (pada meningitis)
g. EEG : mungkinterlihat gelombang lambat secara local atau umum(ensefalitis)
atau voltasenya meningkat (abses).
h. Ronsen dada dan kepala : mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi
intracranial.

8. Pemeriksaan Fisik

Tingkat Kesadaran : Somnolen


GCS E3V2M5
Tanda-Tanda Vital :
TD : 100/80 mmHg
Nadi : 86x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 38,9oC

Pemeriksaan Head to Toe


a. Kepala
1. Mata
Lakukan pemeriksaan mulai dari warna, bentuk, kebersihan, kesimetrisan,
ada lesi dan jejeas atau tidak, dan kemampuan untuk menggerakkan bola
mata, adanya benjolan dan nyeri tekan.
2. Telinga
Lakukan pemeriksaan mulai dari warna, kebersihan, bentuk, kesimetrisan,
ada lesi dan jejeas atau tidak, dan kemampuan untuk mendengar dengan
baik, adanya benjolan dan nyeri tekan.
3. Hidung
Lakukan pemeriksaan mulai dari warna, kebersihan, bentuk, kesimetrisan,
ada lesi dan jejeas atau tidak, dan kemampuan untuk mencium aroma
dengan baik, adanya benjolan dan nyeri tekan.

4. Mulut
Lakukan pemeriksaan mulai dari warna, kebersihan, bentuk, kesimetrisan,
ada lesi dan jejeas atau tidak, ada karies, menggunakan gigi pasangan atau
tidak, adanya benjolan dan nyeri tekan.
5. Leher
Lakukan pemeriksaan mulai dari warna, kebersihan, bentuk, kesimetrisan,
ada lesi dan jejeas atau tidak, adanya pembesaran kelenjar getah bening,,
adanya benjolan dan nyeri tekan.
6. Dada
Lakukan berdasarkan pemeriksaan jantung dan paru-paru.
7. Abdomen
Lakukan pemeriksaan mulai dari warna, kebersihan, bentuk, kesimetrisan,
ada lesi dan jejeas atau tidak, pembesaran hati dan limfe, adanya ascites,
pembesaran vena, adanya benjolan dan nyeri tekan.
8. Urogenital
Terpasang kateter atau tidak.
9. Ekstremitas
Lakukan pemeriksaan mulai dari warna, kebersihan, bentuk, kesimetrisan,
ada lesi dan jejeas atau tidak, kemampuan untuk bergerak dengan baik,
kekuatan otot, adanya edema, adanya benjolan dan nyeri tekan.
10. Kulit dan kuku
Lakukan pemeriksaan mulai dari warna, sianosis atau tidak, CRT kurang
atau lebih dari 2 dtik, kebersihan, bentuk, kesimetrisan, ada lesi dan jejeas
atau tidak, adanya benjolan dan nyeri tekan.
11. Keadaan lokal
Terpasang alat invasive atau tidak.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL (Doenges,200)


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis, adanya proses
infeksi/inflamasi, toksin dalam sirkulasi
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan
kekuatan/ketahanan
3. Perubahan persepsi sensoris berhubungan dengan perubahan resepsi sensoris,
trasnmis, atau integrase ditandai dengan konsentrasi buruk, gelisah, disorientasi
4. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar] mengenai penyebab infeksi dan kebutuhan
pengobatan
5. Risiko tinggi terhadap [penyebaran] infeksi berhubungan dengan diseminata
hematogen dari pathogen
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis, adanya proses
infeksi/inflamasi, toksin dalam sirkulasi
Tujuan :
a. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
b. Menunjukan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi :
a. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting.
Rasional : Menurunkan Gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
b. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman,seperti kepala agak tinggi
sedikit pada meningitis.
Rasional : Menurunkan iritasi meningeal, resultan kenyamanan lebih lanjut
c. Berikan latihan rentang gerak aktif/fasif secara tepat dan mesase otot daerah
leher/bahu
Rasional : Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang
meningkatkan reduksi nyeri ata rasa tidak nyaman tersebut

2. Diagnosa : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,


penurunan kekuatan/ketahanan
Tujuan :
a. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional yang ditunjukan
oleh tidak terdapatnya kontraktur, footdrop
b. Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi umum.
c. Mempertahankan integritas kulit, fungsi kandungkemih dan usus
Intervensi :
a. Letakan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena
tekanan. Ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi
antara waktu perubahan posisi tersebut
Rasional : Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap
berat badan dan meningkatkan sirkulasi pada setiap bagian tubuh. Jika ada
paralisi atau keterbatasan kognitif, pasien harus diubah posisinya secara
teraturdan posisi dari daerah yang sakit hanya dalam jangka waktu sangat
terbatas
b. Berikan/bantu untuk melakukan latihan rentang gerak
Rasional : mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/posisi normal
ektermitas dan menurunkan kejadian vena yang statis
c. Berikan perawatan kulit dengan cermat, mesase dengan pelembab, dan ganti
linen/pakaian yang basah dan pertahankan linen tersebut tetap bersih dan
bebas dari kerutan (jaga tetap tegang)
Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas dan menurunkan resiko
terjadinya eksoriasi kulit

3. Diagnosa : Perubahan persepsi sensoris berhubungan dengan perubahan resepsi


sensoris, trasnmis, atau integrase ditandai dengan konsentrasi buruk, gelisah,
disorientasi
Tujuan :
a. Meningkatkan tingkat kesadaran dan fungsi persepsi
b. Mendemonstrasikan perubahan perilaku/gaya hidup untuk mengkonfensasi/
menghadapi deficit
Intervensi :
a. Evaluasi secara teratur perubahan orientasi, kemampuan berbicara, alam
perasan, sensorik dan proses piker
Rasional : Perubahan motoric, persepsi, kognitif, dan keperibadian mungkin
berkembang dan menetap dengan perbaikan respon secara perlahan-lahan atau
tetap bertahan secara terus menerus pada derajat tertentu.
b. Hilangkan suara bising atau stimulus yang berlebihan sesuai kebutuhan
Rasional : Menurunkan ansietas, respon emosi yang berlebihan yang
berhubungan dengan sensorik yang berlebihan
c. Berikan lingkungan terstruktur termasuk terapi, aktifitas. Buatkan jadwal
untuk pasien (jika memungkinkan) dan tinjau kembali secara teratur.
Rasional : Meningkatkan konsistensi dan keyakinan yang dapat menurunkan
ansietas yang berhubungan dengan ketidaktahuan pasien tersebut

4. Diagnosa : Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar] mengenai penyebab infeksi dan


kebutuhan pengobatan
Tujuan :
a. Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/proses penyakit dan pengobatan
b. Mampu menjelaskan alas an tindakan
Intervensi :
a. Berikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan
sederhana
Rasional : Menurunya rentang perhatian dapat menurunkan kemampuan untuk
menerima/memperoses dan mengingat/menyimpan informasi yang diberikan
b. Diskusikan mengenai kemungkinan proses penyembuhan yang lama
Rasional : Memberikan informasi yang tepat mengenai harapan untuk dapat
menolong pasien dan juga agar dapat menerima perasaan tidak nyaman yang
lama
c. Tingkatkan perkembangan dari sitem latihan yang dimodifikasi
Rasional : Mencegah kejenuhan dan membantu mempertahankan rasa berguna
dalam hidup selama periode pemulihan

5. Diagnosa : Risiko tinggi terhadap [penyebaran] infeksi berhubungan dengan


diseminata hematogen dari pathogen
Tujuan :
a. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi
endogen atau keterlibatan orang lain
Intervensi :
a. Pertahankan Teknik aseptic dan Teknik cuci tangan yang tepat baik bagi
pasien, pengunjung,maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung/staf sesui
kebutuhan
Rasional : Menurunkan risiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol
penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi
(mis., individu yang mengalami infeksi saluran nafas atas)
b. Identifikasi kontak yang beresiko terhadap perkembangan proses infeksi
serebral dan anjurkan mereka untuk meminta pengobatan.
Rasional : Orang-orang yang koontak pernapasan memerlukan terafi
antibiotika profilaksis untuk mencegah penyebaran infeksi
c. Berikan terapi antibiotika IV sesuai indikasi
Rasional : Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas
individu.

Anda mungkin juga menyukai