Oleh NAMA : MUASILATURRAHMI NIM : E1S017050 Kelas: B/V
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2019 A. Setting lokasi tempat terjadinya masalah tersebut yaitu: 1. Gubuk Pande Proyek, Kec. Pringgabaya, Kab. Lombok Timur. 2. Gubuk Ponjen Boros, Kec. Pringgabaya, Kab. Lombok Timur. 3. Desa Apitaik, Kec. Pringgabaya, Kab. Lombok Timur. B. Masalah-masalah yang diidentifikasi 1. Kecanduan Merokok 2. Membuang Sampah Sembarangan 3. Meminum Minuman Keras (Mabuk-mabukan) C. Uraian Masalah Sosial 1. Kecanduan Merokok Peristiwa kecanduan merokok ini kerap terjadi dikalangan orang tua, remaja atau anak sekolahan. Sehingga berdasarkan 4 ciri yang masalah sosial yang dikemukakan oleh Parillo dapat diuraikan sebagai berikut: a) Terjadi dalam periode waktu tertentu yang tercatat pada tahun 2018-2019 semakin meningkatnya perokok aktif. Dimana dalam 1 bulan kasus pecandu rokok yang terjadi setiap tahunnya semakin meningkat. Dalam 1 bulan kasus yang terjadi yaitu ada 10 kasus dan jika dalam 1 tahun maka mencapai 10 kasus x 12 bulan = 120 kasus. Dan dalam 2 tahun maka 120 x 2 = 240 kasus. Sehingga masalah ini bisa dikatakan berulang-ulang. b) Kerugian fisik yang ditimbulkan dari masalah ini yaitu menyebabkan kanker paru-paru, kanker mulut, kanker tenggorokan, serangan jantung dan sebagainya. Dan kerugian non fisiknya yaitu dari segi materi dimana harga rokok perbungkusnya itu Rp 17.000. Dalam 1 hari di Desa Proyek per orang itu bisa menghabiskan 2 bungkus rokok sehingga menghabiskan uang Rp 34.000. Jika dalam kurun waktu 1 bulan saja 30 x 2 = 60 bungkus rokok mereka akan menghabiskan uang Rp. 1.800.000. Apabila ditambah dengan biaya pengobatan penyakit-penyakit tersebut maka akan menimbulkan kerugian yang begitu banyak bagi para pecandu rokok tersebut. c) Pelanggaran nilai/norma yaitu norma hukum yang diatur dalam UU RI Nomor 32 tahun 2010 yang dimaksudkan dalam pasal 5 ayat (2) yang berbunyi “perokok yang melakukan tindakan merokok di kawasan dilarang merokok akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp 200.000.000”. Dan norma kesusilaan yang berasal dari hati nurani orang tersebut akan kurangnya kesadaran terhadap bahaya yang ditimbulkan dari merokok tersebut. d) Sehingga masalah tersebut memerlukan penanganan yang khusus guna mengurangi pecandu rokok. 2. Membuang sampah sembarangan Di desa-desa terutama desa yang masih minim tempat untuk pembuangan sampah sehingga banyak orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya sehingga sampah menjadi bau, menumpuk, membusuk dan kotor. Uraian masalah ini berdasarkan 4 ciri yang yang dikemukakan oleh Parillo yaitu: a. Kondisi tersebut merupakan masalah yang bertahan untuk satu periode tertentu yaitu dimana sampah terus saja meningkat dari tahun ke tahun terutama sampah plastik. Tercatat pada tahun 2016-2018 terahir, saat itu sampah setiap harinya menumpuk di selokan permukiman warga. Dalam sehari ditemukan 2 kasus pembuangan sampah sembarangan. Jika dihitung dalam 1 bulan maka 30 x 2 = 60 kasus. Dalam kurun waktu 1 tahun maka 60 x 12 = 720 kasus dan jika dihitung dalam kurun waktu 3 tahun sampai tahun 2018 kemarin maka diperoleh 720 x 3 = 2.160 kasus. Sehingga dapat dikatakan bahwa peristiwa ini terjadi terus-terusan dan berulang-ulang. b. Kerugian fisik yang ditimbulkan yaitu penyakit seperti DBD, diare, alergi dan sebagainya. Untuk kerugian non fisik khusunya bagi mereka yang sakit tentu saja kerugian materi karena biaya untuk pergi berobat tentu tidaklah murah. Tentu saja biaya Rumah Sakit untuk berobat 1 orang saja bisa menghabiskan Rp 200.000 sehari dan jika dihitung dalam 1 minggu berarti menghabiskan biaya sekitar 200.000 x 7 = Rp 1.400.000. c. Pelanggaran nilai/norma dalam masalah tesebut yaitu melanggar Norma Hukum yang diatur dalam Perda Lombok Timur Nomor 5 tahun 2012 pasal 36 tentang larangan pembuangan sampah sembarangan, sanksinya berupa kurungan paling lama 3 bulan penjara atau denda sebesar Rp 50.000.000.. Pelanggaran yang kedua yaitu pelanggaran Norma Agama sesuai yang diterangkan dalam hadist riwayat Ahmad yang mengatakan bahwa “kebersihan itu sebagian dari iman”. d. Sehingga masalah tersebut perlu adanya suatu pemecahan/penanganan. 3. Meminum Minuman Keras (Mabuk-mabukan) a. Terjadi dalam periode waktu tertentu yang dimana tercatat pada tahun 2017-2018 mengalami peningkatan yang dimana selama 1 minggu diidentifikasi terjadi 2 kasus mabuk berat yang rata- rata mengalami penyakit jantung dan paru-paru dan jika dihitung dalam 1 bulan berarti 2 kasus x 4 minggu = 8 kasus perbulannya. Jika dihitung 1 tahunnya maka diperoleh sebanyak 8 kasus x 12 bulan = 96 kasus yang terjadi dan bila dihitung 2 tahun maka 96 kasus x 2 tahun = 192 kasus. Sehingga masalah ini bisa dikatakan terjadi secara berulang- ulang. b. Kerugian fisik yang ditimbulkan yaitu sangat berbahaya bagi tubuh seperti bisa mengalami kerusakan otak, penyakit jantung, kanker, masalah paru-paru, gangguan hati dan sebagainya. Dan kerugian non fisik dilihat dari segi materi dimana harga perbotol miras itu mencapai Rp. 100.000 dan dalam 1 bulan itu mereka bisa menghabiskan 10 botol lebih, maka uang yang dihabiskan sebesar 10 botol x 100.000 = Rp 1.000.000. Jika dihitung 1 tahun 10 botol x 12 bulan = 120 botol dan uang yang dihabiskan sebesar Rp. 12.000.000. Dan apabila ditambah dengan biaya pengobatan penyakit-penyakit tersebut yang rata- ratanya menghabiskan Rp. 1.000.000 perbulannya maka pecandu miras tersebut akan menghabiskan biaya Rp.12.000.000 dalam 1 tahun. Maka hal ini tentu sangat merugikan mereka. c. Pelanggaran nilai/norma dari masalah ini yaitu melanggar Norma Hukum yang diatur dalam pasal 18, sanksinya adalah 3 bulan penjara dan maksimal 2 tahun sedangkan dendanya Rp. 10.000.000. Dan Norma Agama yang dilanggar tertera dalam HR. Abu Daud dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa “ Allah melaknat (mengutuk) khamar, peminumnya, penyajinya, pedagangnya, pembelinya, pemeras bahannya, penahan atau penyimpannya, pembawanya dan penerimanya”. d. Sehingga masalah ini perlu adanya suatu penanganan.