Anda di halaman 1dari 5

UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi


Dosen Pengampu : Tati Suheti, S.Pd., M.Kes

Disusun Oleh :

Amelia Sabila

P17320118028

Tingkat 2A

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG
2019-2020
Upaya Meningkatkan Interaksi sosial

Manusia merupakan makhluk yang diciptakan untuk bisa memberi manfaat bagi
manusia yang lain, sebab secara humanis manusia adalah makhluk sosial. Sejak manusia
dilahirkan dan menatap dunia, secara otomatis manusia mempunyai dua kebutuhan primer,
yaitu hasrat untuk bisa menyatu dan berkecimpung dengan manusia lain dalam beberapa
kegiatan di lingkungan masyarakat, dan kebutuhan untuk menunggal dengan Lingkungan
alam di sekitarnya.

Interaksi sosial sebagaimana di ungkapkan oleh Bonner (Gerungan, 2004)


menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu
manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki
kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Rumusan ini dengan tepat menggambarkan
kelangsungan timbal baliknya intereaksi sosial antara dua atau lebih manusia. Pendapat lain
dikemukakan oleh Bales (dalam Santosa, 1999) bahwa interaksi adalah suatu tingkah laku
yang tampak sebagai pernyataan pribadi, setiap aksi adalah interaksi sebab selalu
menghubungkan subyek dengan obyek atau situasi tertentu. Sehingga ketika tingkah laku
yang dimiliki kurang positif maka interaksi yang terjadi juga bisa dikatakan menjadi kurang
positif.

Interaksi sosial memiliki bentuk-bentuk yang terbagi menjadi dua kelompok, yakni
interaksi sosial asosiasif dan interaksi sosial disosiasif. Interaksi sosial asosiasif terdiri atas:

1. Kerjasama (cooperation)
Kerjasama merupakan suatu usaha bersama antar individu atau kelompok
untuk mencapai tujuan bersama. Akomodasi merupakan proses penyesuaian sosial
dalam interaksi antar individu dan antar kelompok untuk meredakan suatu
pertentangan.
2. Akomodasi (accommodation)
Asimilasi merupakan sebuah proses ke arah peleburan kebudayaan sehingga
setiap pihak bisa merasakan kebudayaan tunggal sebagai kepunyaan bersama Dan,
akulturasi merupakan proses yang timbul dari suatu kebudayaan untuk menerima
kebudayaan yang tanpa menghilangkan kebudayaan sendiri.
3. Asimilasi (assimilation)
Asimilasi merupakan sebuah proses ke arah peleburan kebudayaan sehingga
setiap pihak bisa merasakan kebudayaan tunggal sebagai kepunyaan bersama Dan,
akulturasi merupakan proses yang timbul dari suatu kebudayaan untuk menerima
kebudayaan asing tanpa menghilangkan kebudayaan sendiri.
4. Akulturasi (acculturation)
Akulturasi merupakan proses yang timbul dari suatu kebudayaan untuk
menerima kebudayaan asing tanpa menghilangkan kebudayaan sendiri,
5. Disosiatif (dissociation)
Interaksi sosial disosiatif terdiri dari persaingan (competition), kontraversi,
dan pertentangan. Persaingan merupakan proses sosial yang melibatkan individu atau
kelompok dalam hal berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan
tertentu. Kontraversi merupakan suatu pertentangan atau perbedaan pendapat, sikap
yang biasanya berupa perdebatan terhadap suatu masalah yang bertentangan dan
mempunyai dua sisi berlainan. Dan, pertentangan merupakan suatu keadaan berupa
konflik sosial.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan interaksi social yang positif
yaitu:

1. Bimbingan Kelompok
Menurut Djiwandono (2005), tujuan dari bimbingan kelompok pada anak
adalah membantu anak mengembangkan kekuatan yang berpusat dan
mengaktualisasikan diri mereka sehingga mereka dapat menghadapi dengan lebih
sukses dengan diri mereka dan lingkunganya. Bimbingan kelompok sendiri
didefinisikan sebagai suatu dinamika, proses antar pribadi yang memusatkan pada
pikiran sadar, perasaan dan tingkah laku dalam situasi kelompok. Situasi kelompok
dapat lebih tercipta dinamika yang menarik sehing9a dapat membuat perasaan dan
tingkah laku peserta didik menjadi lebih baik. Sehingga interaksi sosial juga dapat
lebih mudah untuk diterapkan dan lebih optimal dalam situasi bimbingan kelompok.
2. Permainan Tradisional Sederhana
Dimana permainan tradisional ini sudah sangat jarang di lakukan oleh anak-
anak sekarang. Dalam kenyataan sekarang ini sering dijumpai bahwa di zaman serba
modern anak-anak lebih senang mengisi waktunya dengan permainan modern, yang
justru men jadikan mereka sebagai pemakai tidak mampu untuk menciptakan,
Permainan tradisional dapat di lakukan secara individual maupun kelompok. Melalui
permainan tradisional anak akan belajar tentang kebersamaan, tenggang rasa, jujur,
kreatif, dan sportif yang sarat dengan nilai- nilai pendidikan.
Pola permainan yang dapat memotivasi perkembangan sosial anak adalah pola
permainan yang melibatkan interaksi anak satu dengan yang lainya. Suasana tersebut
dapat ditemui dalam permainan tradisional, Salah satu ciri yang menonjol dari
permainan tradisional adalah dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bertatap
muka, keadaan ini memungkinkan anak dalam berinteraksi dengan teman
sepermainannya Saat anak bermain dalam permainan tradisional, anak-anak diajak
untuk berkumpul dan mengenal teman sepermainannya.
3. Investigasi kelompok
Investigasi kelompok merupakan sarana untuk memajukan dan membimbing
keterlibatan siswa di dalam proses pembelajaran. Dalam investigasi kelompok,
kebermaknaan pembelajaran sangat bergantung pada aspek kebutuhan-kebutuhan
siswa dalam memperoleh dan mengembangkan domain kognitif, nilai-nilai (ualue),
serta pengalaman belajar mereka dapat terpenuhi secara optimal melalui kegiatan
pembela jaran yang dilaksanakan di sekolah. Pembelajaran investigasi kelompok yang
di dalamnya sangat menekankan vitalnya komunikasi yang bebas dan saling bertukar
(sharing) pengalaman yang dimiliki akan memberikan lebih banyak manfaat
dibandingkan jika mereka melakukan tugas secara sendirisendiri, Joyce, Weil dan
Calhoun (2000: 16) mengungkapkan bahwa model investigasi kelompok dapat
digunakan untuk membentangkan permasalahan amoral dan sosial yang terjadi di
Lingkungan siswa, selanjutnya siswa dapat diorganisasikan dengan teknik melakukan
penelitian bersama atau cooperative inquiry terhadap masalah-masalah sosial dan
moral, maupun masalah akademis.
4. Bermain Peran (Role Playing)
Role Playing merupakan sebuah model pembelajaran yang didasarkan pada
perspektif pendidikan individu maupun interaksi sosial, Model ini mengakomodasi
kebutuhan tiap-tiap siswa untuk dapat menemukan makna pribadinya dalam jagat
sosial mereka dan menunjang cara memecahkan masalah/dilema pribadi dengan
dukungan golongan sosialnya Dalam dimensi sosial model ini membantu
memudahkan individu untuk bekerjasama menganalisis keadaan sosial, khususnya
masalah antarmanusia. Model ini juga membantu dalam Proses pengembangan sikap
sopan dan demokratis dalam menghadapi masalah.
Sumber:

Mushfi, Muhammad. (2017). Model Interaksi Sasial Dalam Mengelaborasi

Anda mungkin juga menyukai