Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya
laporan praktikum kami dengan judul “Tingkat Kesegaran Pada Ikan Tongkol
(Euthynnus Affinis)” tepat waktu. Tujuan dari pembuatan laporan ini sebagai media
pembelajaran, khusunya bagi pembaca. Laporan ini juga bertujuan menjadi bahan
evaluasin dan tolak ukur dalam pelaksanaan praktikum masa yang akan datang.
Terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Teknologi Penanganan
Hasil Perikanan yang telah membimbing kami dalam mata kuliah ini, serta kepada
kakak asisten yang telah mengajarkan kami mata kuliah ini. Semoga Allah SWT
membalas dengan pahala yang berganda.
Praktikum kali ini, praktikan menyadari bahwa belum terlalu mahir dan
laporan ini masih terdapat banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Agar kedepan menjadi lebih baik.
Praktikan
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................2
BAB III METODELOGI KERJA.............................................................................4
3.1 Waktu Dan Tempat.............................................................................................4
3.2 Alat Dan Bahan...................................................................................................4
3.3 Cara Kerja...........................................................................................................4
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................6
4.1 Hasil Pengamatan................................................................................................6
4.1 Pembahasan.........................................................................................................6
BAB V PENUTUP......................................................................................................9
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................9
5.2 Saran....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................10
LAMPIRAN..............................................................................................................11
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Alat.................................................................................................................4
Tabel 2. Bahan..............................................................................................................4
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Ikan Tongkol Euthynnu affinis...................................................................6
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan tongkol (Euthynnus affinis) merupakan ikan air laut yang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi. Ikan tongkol (Euthynnus affinis) memiliki kelebihan yaitu
kandungan protein yang tinggi serta kaya akan asam lemak omega 3 (Nuraini, 2013).
Setiap 100 gram daging ikan tongkol mengandung air 69,40%, energi 100 kkal,
protein 13,7 g, lemak 1,5 g, karbohidrat 8 g, kalsium 92 mg, fosfor 606 mg, dan besi
1,7 mg, vitamin B1 0,35 mg (Wirakusumah, 2010).Penyebab utama pembusukan
pada ikan adalah kandungan kadar air dan protein yang tinggi dan jarak yang jauh
antara pusat produsen dengan pusat konsumen menjadikan pengolahan dan
pengawetan ikan mempunyai prospek untuk dikembangkan, karena ikan akan
membusuk dalam waktu 6-7 jam setelah penangkapan (Effendi,2012).
Ikan pada sore hari tergolong ikan yang tidak segar. Perubahan kesegaran ikan
menyebabkan perubahan yang nyata pada kecerahan matanya. Mata ikan berwarna
putih susu, kornea keruh, dan bola mata menjadi cekung. Insang berwarna cokelat
tua dan diselimuti lendir yang tebal. Insang ikan merupakan pusat darah mengambil
oksigen dari dalam air. Ikan yang mati mengakibatkan peredaran darah terhenti,
bahkan sebaliknya dapat teroksidasi, sehingga warnanya berubah menjadi cokelat
tua (Widiastuti, 2007).
Penyebab kerusakan lainnya yang sering terjadi pada ikan adalah terinjak dan
terbanting. Ikan yang terinjak dan terbanting dapat terjadi pada saat pemanenan dan
pendaratan oleh nelayan ataupun pada saat dijual di pasar oleh pedagang. Ikan yang
terinjak tentunya akan mengalami kerusakan fisik, seperti isi perut keluar dan kepala
lepas untuk ikan yang berukuran relatif lebih kecil, luka dan memar untuk ikan yang
berukuran relatif lebih besar. Apapun bentuk kerusakan fisik yang terjadi pada ikan,
tentunya akan menyebabkan penurunan mutu ikan yang akan berimplikasi terhadap
penurunan nilai jual ikan tersebut Murachman(2006).
Permasalahan yang dihadapi saat ini yang berkaitan dengan pengujian tingkat
kesegaran dengan metode konvensional, misalnya melalui uji organoleptic adalah
sulitnya mencari orang yang dapat melakukannya dengan baik. Sehubungan dengan
kesulitan yang dialami tersebut maka telah dikembangkan instrumen pengukur
tingkat kesegaran ikan (fish freshness instrument, FFI) sebagai alternatif pengujian
2
kesegaran ikan berdasarkan metode akustik. Melalui metode akustik, deteksi yang
dilakukan dengan FFI diharapkan dapat bersifat obyektif, konsisten dan praktis (Jaya
dan Rakhmat, 2004).
Penanganan ikan segar sangat memegang peranan penting sebab tujuan
utamanya adalah mengusahakan agar kesegaran ikan setelah tertangkap dapat
dipertahankan selama mungkin. Kondisi penjualan ikan di pasar-pasar ikan saat ini
masih kurang menerapkan prinsip hati-hati, cepat, cermat, dan bersih. Sehingga
kualitas ikan sangat cepat mengalami penurunan mutu Irawan (1997).
3
BAB III
METODELOGI KERJA
Praktikum ini dilaksanankan pada hari jumat tanggal jumat, 15 maret 2019,
pukul 08.00 sampai dengan pukul 09.30 wib di Fakultas Kelautan dan Perikanan.
Universitas syiah kuala.
Tabel 1. Alat
Tabel 2. Bahan
1 Ikan 1 ekor
2 Kunyit 1 buah
4
6. Dilihat apakah ikan tersebut mengandung formalin atau tidak, dengan
menusukkan tusuk gigi yang telah di tusukakan ke kunyit.
5
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Ikan pada pagi hari tergolong ikan yang masih segar. Ikan yang masih segar
mempunyai kenampakan mata yang cerah, bola mata menonjol (cembung), dan
kornea berwarna putih. Keadaan tersebut dikarenakan belum banyak perubahan
biokimia yang terjadi, sehingga metabolisme dalam tubuh ikan masih berjalan
sempurna. Insang berwarna merah cemerlang tanpa ditutupi lendir. Lapisan lendir
6
permukaan badan berwarna jernih, transparan, dan cerah mengkilat. Daging apabila
disayat berwarna sangat cemerlang, tidak ada perubahan warna pada sepanjang
tulang belakang, dan dinding perut dalam kondisi utuh. Bau sangat segar asam, dan
busuk sama sekali. Tekstur padat, elastis bila ditekan dengan jari, dan sulit untuk
menyobek daging pada bagian tulang belakang. Daging ikan segar cukup lentur jika
dibengkokkan dan segera akan kembali ke bentuknya semula apabila dilepaskan.
Kelenturan itu dikarenakan belum terputusnya jaringan pengikat pada daging.
Pada praktikum kali ini kami mengidentifikasi ikan yang di beli di pasar pagi
dengan munggunakan metode organoleptik. Organoleptik merupakan salah satu
metode untuk menguji kualitas makanan yang juga digunakan untuk menguji kualitas
ikan maupun produk perikanan. Pengujian ini biasa juga disebut sebagai metode uji
fisik, karena penilaiannya yang menggunakan indra sensori manusia untuk
menentukan kualitas ikan. Penilaian organoleptik meliputi penilaian terhadap
penampakan, bau, tekstur dan rasa dari makanan tersebut.
Organ pengindraan yang berperan adalah hidung, lidah, mata dalam
menentukan keadaan benda yang dinilai. Jenis kesannya adalah spesifik seperti: rasa
manis, pahit, asin dengan intensitas kesan kuat lemahnya suatu rangsang. Lama
kesan adalah bagaimana suatu rangsang menimbulkan kesan mudah atau tidak
mudahnya hilang setelah dilakukannya pengindraan. Rasa manis memiliki kesan
lebih rendah setelah dibandingkan dengan rasa pahit sesudahnya
Praktikum ini menggunakan lima sampel ikan yang berbeda, Nilai
organoleptik pada ikan Tongkol didapat dari hasil penilaian terhadap mata, insang,
tekstur, dan bau. Dari hasil penilaian organolpetik terhadap mata dari ikan Tongkol
adalah nilai 8, hal ini menunjukkan bahwa ikan tersebut masih termasuk dalam
kategori sangat segar, karena secara organoleptik bola mata rata, pupil berwarna
hitam cerah mengkilap dan kornea selaput mata masih jernih. Hasil penilaian
organoleptik terhadap insang ikan Tongkol ialah bernilai 3 dimana warna pada
insang sudah mulai berubah menjadi merah kecoklatan dan berlendir yang
menandakan ikan sudah mulai mengalami pembusukan. Bisa dikatakan bahwa
perubahan warna pada insang itu dapat terjadi akibat peningkatan jumlah bakteri.
Dari hasil penilaian terhadap lendir permukaan ikan Tongkol ialah bernilai 9,
dimana bisa dikatakan lapisan lendir masih jernih, transparan dan juga masih
mengkilat cerah di tandai dengan tubuh ikan belum mengalami perubahan warna
7
pada kulitnya. Untuk daging (warna dan kenampakan) pada ikan Tongkol yang di
amati menggunakan metode organoleptik, memiliki nilai 5 dengan sayatan daging
yang mulai pudar, banyak pemerahan sepanjang tulang belakang, dinding perut agak
lunak . Nilai organoleptik bau ikan Tongkol ialah 8 dengan bau yang masih segar,
spesifik jenis. Dan yang terakhir dalam pengamatan ini ialah tekstur pada ikan kurisi
yang memiliki nilai 5 secara organoleptik tekstur pada ikan tongkol agak lunak,
kurang elastis bila di tekan dengan jari, agak mudah menyobek daging pada tulang
belakang yang berarti ikan tersebut kurang segar.
Metode organoleptik memiliki nilai untuk kesegaran ikan yaitu 8,1 – 9,0
sangat segar, 7,1 – 8,0 baik, 6,1 – 7,0 kurang segar, ≤6,0 ikan tidak segar/ busuk. Jadi
untuk ikan Tongkol yang di amati menggunakan metode organoleptik memiliki nilai
6,33 yang berarti ikan Tongkol tersebut kurang segar. Berbeda dengan ikan yang di
amati lainnya seperti ikan Biji Nangka yang bernilai 7,5, ikan ikan Kembung 6,6,
ikan Layang 7,16 dan yang terakhir ikan Makarel dengan nilai 6,33. Jadi dari hasil
pengamatan seluruh ikan dapat di simpulkan bahwa ikan yang paling segar adalah
ikan Layang dengan nilai 7,16 (baik) dan ikan yang paling tidak segara adalah ikan
Kembung dengan nilai 6,6 dikondisikan kurang baik.
Dari hasil tes formalin di ke lima ekor ikan tersebut, membuktikan ikan pada
pasar pagi tersebut tidak ada yang mengandung formalin.
8
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Semoga praktikum kedepannya jadi lebih baik lagi dan berjalan dengan
lancar
9
DAFTAR PUSTAKA
10
LAMPIRAN
Kode Sampel
No Spesifikasi Kenampakan Nilai
K1 K2 K3 K4 K5
1. Mata
2. Insang
11
Warna merah coklat, lendir tebal 3
12
13
4. Daging (warna dan Kenampakan)
Sayatan daging sangat cemerlang, spesifik jenis, tidak
14
Sayatan daging kusam sekali, warna merah jelas sekali
1
sepanjang tulang belakang, dinding perut sangat lunak
5. Bau
Netral 7
6. Tekstur
Padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek
9
daging dari tulang belakang
15
Sumber: BSN (2006)
16