1. Penelitian Survey
yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpul data yang pokok. Sementera menurut Sugiono (1997), penelitian survey,
merupakan penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data
yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga
dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam.
Unit analisis dalam penelitin survey umumnya adalah individu, misalnya siswa, guru,
dan lain-lain. Contoh kajian survey adalah ”Tingkat aspirasi pendidikan masyarakat di
Kota X”. Walaupun metode survey ini tidak memerlukan kelompok kontrol seperti
halnya pada metode eksperimen, namun generalisasi yang dihasilkan bisa akurat bila
mengevaluasi manfaat praktis teori, serta untuk meramalkan atau memprediksi gelaja.
2. Penelitian Eksperimen
pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol
secara ketat. Penelitian eksperimen ini pada umumnya dilakukan pada laboratorium
diciptakan di dalam setting dan situasi yang lain, penelitian ini pun dapat dilakukan
tanpa menggunakan laboratorium sungguhan. Proposisi atau logika dasar yang ingin
dibuktikan dalam penelitian ini adalah, jika diberi perlakuan X maka akan terjadi
respons berupa Y.
Dalam penelitian eksperimen, varian dari semua atau hampir semua variabel bebas
yang berpengaruh yang mungkin ada, namun tidak relevan dengan masalah yang
sedang diselidiki, diminimumkan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membuat setting
memanipulasi satu atau beberapa variabel dengan kondisi kontrol yang cukup ketat.
Guru dalam Melakukan Assemen Berbasis Kelas, dapat dikaji melalui studi
ekperimen. Alasannya adalah, selama ini, rutinitas yang dilakukan guru dalam
melakukan penilaian kelas adalah seperti guru kebanyakan, yakni menyiapkan tes
sesuatu yang baru, baik berkaitan dengan perangkat tesnya maupun system IT yang
digunakan.
berbasis kelas yang dilakukanoleh guru? Untuk menjawab masalah ini, maka kita
dapat mengamatinya dalam setting eksperimen. Cara yang bisa ditempuh adalah, guru
yang terpilih sebagai sampel diamati kinerja awalnya tentang penilaian berbasis kelas
seperti cara yang dilakukannya selama ini, melalui data-data yang mungkin (misalnya
data mengenai kualitas soal-soal yang pernah mereka buat, cara memberikan skor,
standard dan menggunakannya dalam penilaian kelas. Data yang sama, berupa soal-
soal yang dipilih, cara menentukan skor, cara pemberian nilai, dibandingkan dengan
data yang dikumpulkan sebelum eksperimen melalui teknis analisis data yang relevan.
Cara lainnya adalah, membuat dua kelompok sampel guru, dengan karakteristik
yang relatif sama dalam sejumlah hal. Satu kelompok diantaranya, dibiarkan
melakukan penilaian kelas seperti cara yang dilakukan selama ini, sedangkan
kelompok yang lainya, diberikan media IT yang dimaksud untuk digunakan dalam
penilaian kelas. Dengan teknik analisis data yang sesuai, data amatan yang mungkin
dari kedua kelompok (misalnya data mengenai kualitas soal-soal yang mereka buat,
Terdapat 6 (enam) hal yang menjadi ciri dari penelitian eksperimen (McMillan &
yang berbeda, 2) adanya perbandingan antara dua kelompok (variabel terikat) atau
lebih, 3) ada manipulasi perlakuan, paling tidak pada satu variable bebas, 4) ada
menganalisis data, dan 6) menggunakan desain untuk mengontrol secara ketat variabel-
Penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti
peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang melalui data yang
sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang diteliti. Penelitian ini menggunakan
logika dasar yang sama dengan penelitian eksperimen yaitu “jika x terjadi maka
terjadi y, hanya saja dalam penelitian ini tidak ada manipulasi langsung terhadap
variabel independen (variable bebas), karena kondisi tersebut sudah terjadi sebelum
dilakukan penelitian.
Penelitian ekseperimen bermaksud menguji apa yang akan terjadi pada Y jika
diberi perlakuan X, sedangkan dalam penelitian ex post facto bermaksud menguji apa
yang telah terjadi pada Y sebagai akibat telah terjadinya perlakuan X. Pengaruh
kesesuaian pendidikan yang disyaratkan untuk menjadi guru kelas dengan hasil belajar
contoh ini, hasil belajar sudah terjadi, yang tidak mungkin diubah, demikian pula
syarat pendidikan guru kelas yang tidak mungkin lagi dimanipulasi. Contoh lain,
Perbedaan hasil belajar matematika siswa SD, antara yang tinggal dipemukiman
kumuh dengan yang tinggal di pemukiman elit. Pemukiman sebagai variabel bebas,
tentu tidak biasa dimanipulasi apalagi mengubah kondisinya, karena hal itu sudah
terjadi.
4. Penelitian Tindakan
dan program baru guna memecahkan masalah yang muncul pada situasi yang aktual
(Kline, 1980). Penelitian ini memfokuskan pada masalah yang lokal (local problem)
yang terjadi pada kondisi lokal (local setting), sehingga hasilnya tidal perlu untuk
menghendaki perubahan dalam situasi tertentu untuk prosedur yang diperkirakan akan
utama penelitian ini adalah mengubah situasi, perilaku, maupun organisasi termasuk
Dalam pendidikan, penelitian jenis ini dapat dilakukan dalam bentuk penelitian
tindakan kelas (PTK). Berdasarkan namanya, ada tiga kata yang perlu dimaknai untuk
duga ada oleh konsep, proposisi, teori, atau hipotesis yang memandunya. Tindakan,
adalah suatu perbuatan secara sengaja dilakukan (bisa berulang-ulang) untuk tujuan
tertentu dan ke arah yang lebih baik. Kelas, tidak hanya terkait dengan ruang kelas di
sekolah yang kita fahami selama ini, akan tetapi kelas bisa berarti tempat di mana bisa
terjadi proses belajar mengajar, tempat dimana ada sekelompok peserta didik dan ada
Dengan menggabungkan pengertian ketiga kata yang membentuk PTK, maka pada
terencana dan berulang-ulang untuk mengubah keadaan kelas (fenomene kelas yang
mengalami masalah, misalnya hasil belajar) ke arah yang lebih baik (sesuai dengan
standar). Perencana tindakan dalam PTK dalam situasi pebelajaran di sekolah adalah
guru, sedangkan pelaku tindakan bisa guru bersama siswa, bergantung skenario yang
direncanakan. Sementara itu, tindakan yang diberikan bisa berupa metode penyelesaian
atau model pembelajaran yang diasumsikan dapat mengubah masalah yang dihadapi
oleh kelas ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam pendidikan, penelitian
tindakan (tanpa kata kelas) juga dapat direncanakan oleh kepala sekolah, pengawas,
dan unit kerja pada dinas pendidikan untuk memperbaiki kinerja guru atau pegawai
belum optimal.
Agar PTK dapat dijalankan dengan baik, perlu dipahami sejumlah prinsip dasar
yang sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan sebelumnya. Pada setiap siklus,
yang menjeleskan tentang apa, dimana, kapan, siapa, serta bagaimana tindakan
(misalnya, Guru), maka perlu ada kolaborasi diantara keduanya dalam menyusun
rencana tindakan. Pada tahap ini, peneliti dan atau guru perlu menentukan focus
tindakan khusus. Secara rinci pada tahap ini, kegiatan meliputi: 1) mengemukakan
masalah dan alasan mengapa masalah tersebut perlu diselesaikan dengan tindakan, 2)
Tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, semua rencana
tindakan dilakukan sesuai dengan yang tertuang dalam skenario yang dibuat dan
disepakati oleh peneliti dan guru. Agar suasana kelas tidak mengalami perubahan,
(kecuali tindakan), maka sebaiknya yang melaksanakan tindakan adalah guru yang
mengajar di kelas yang bersangkutan. Peneliti dalam tahap ini berperan sebagai
pengamat, serta dapat mengingatkan guru, jika ada tindakan yang tidak sesuai dengan
Pengamatan diarahkan pada kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa, termasuk
interaksi dan situsi pembelajaran, serta ketersediaan sarana pendukung tindakan. Hasil
sudah efektif atau belum dalam menyelesaikan fokus masalah. Kegiatan evaluasi
laiannya yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah pemberian serangkaian tugas
kepada objek tindakan (siswa) seperti yang tertera dalam skenario dengan
Alternatif
Pelaksanaan
Observasi awal Pemecahan
Tindakan
Permasalahan (Rencana Tindakan)
I
I
Siklus
I
Analisis Data I
Terselesaikan Refleksi I Observasi I
(Evaluasi)
Alternatif
Belum Pelaksanaan
Pemecahan
Tindakan
Terselesaikan (Rencana Tindakan)
II
II
Siklus
II
Belum
Siklus Selanjutnya
Terselesaikan
Tahap akhir dalam setiap siklus PTK, adalah tahap refleksi. Tahap ini
merupakan tahap pemikiran dan pengkajian secara kritis, yang meliputi analisis,
didasarkan pada seluruh data yang terkumpul dari hasil observasi dan evaluasi. Jika
dalam tahap ini terdapat masalah atau bagian dari fokus masalah yang belum
terselesaikan, misalnya hasil belajar belum sesuai dengan indikator kinerja, maka
observasi dan evaluasi ulang, serta reflesi ulang pada siklus selanjutnya. Skema PTK
yang diteliti melalui data yang dikumpulkan (Sugiono, 1997). Berdasarkan hal ini,
asosiatif.
1. Penelitian deskriptif
ataupun melihat hubungan antara fenomena yang satu dengan yang lainnya. Penelitian
etos kerja, dan prestasi kerja dosen Unidayan, 3) bagaimanakah prestasi belajar
2. Penelitian komparatif
semu).
Variabel dalam studi ini bisa bersifat tunggal, tetapi objek yang diamati lebih dari
satu, misalnya “perbedaan prestasi belajar Kalkulus antara mahasiswa yang berasal
dari Jurusan IPA dengan mahasiswa Jurusan IPS”. Prestasi belajar matematika sebagai
variabel tunggal yang diamati, sedangkan laki-laki dan wanita sebagai dua kelompok
sampel yang berbeda. Penelitian ini juga dapat dilakukan pada dua variabel atau lebih,
tetapi pada objek yang sama atau yang dibuat relatif sama. Penelitian komparatif,
dapat dianalisis dengan menggunkan uji beda rerata (data interval dan data rasio), uji
dalam pengajaran persamaan kuadrat pada siswa kelas 7 SMP. Dalam contoh ini, ada
dua variabel yang diamati, adalah: 1) metode ekspositori dan 2) metode penugasan,
sedangkan objek amatannya, bisa kelompok siswa yang sama, atau kelompok siswa
yang berbeda tetapi memiliki karakteristik yang relatif sama dalam hal prestasi belajar.
3. Penelitian asosiatif
mengamati hubungan antarvariabel. Pada penelitian ini minimal terdapat dua variabel
simetris, hubungan asimetris atau kausal (sebab akibat), atau hubungan timbal balik
(interaktif) antarvariabel.
Hubungan simetris antara dua variabel terjadi bilai variabel yang satu tidak
disebabkan oleh variabel yang lain (Singarimbun & Efendi, 1995). Hal ini bisa terjadi
jika kedua variabel merupakan indikator dari konsep yang sama, merupakan akibat
dari faktor yang sama, berkaitan secara fungsional terhadap variabel yang sama.
soal dalam sebuah paket tes prestasi belajar, merupakan faktor dari kosenp yang sama,
yang merupakan fungsi dari motivasi kerja karyawan (Askal, 2011), atau 3) hubungan
antarvariabel bukti langsung, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empaty, yang
merupakan faktor dari konsep yang sama, yaitu kualitas pelayanan publik (Askal,
2011). Model hubungan antaravaribel seperti ini dapat dianalisis dengan menggunakan
Hubungan asimetris atau kausal terjadi, jika variabel yang satu menjadi penyebab
variabel lainnya, tetapi tidak terjadi sebaliknya, misalnya hubungan antara stimulus
dan respons. Dalam hal ini, stimulus adalah penyebab terjadinya respons tetapi bukan
(stimulus) bisa merupakan variabel prasyarat dari variabel akibat (respons). Misalnya,
tetapi sebaliknya orang tidak perlu menguasai fisika untuk belajar matematika. Oleh
karena itu, penelitian dengan topik ” Hubungan antara tingkat kemampuan matematika
dengan tingkat kemampuan fisika siswa SMA” merupaka tipe penelitian asosiatif
kausalistik. Model penelitian asosiasi ini dapat dianalisis dengan menggunakan teknik
Hubungan timbal balik antara dua variabel terjadi, jika variabel yang satu menjadi
penyebab variabel lainnya, demikian pula sebaliknya. Hubungan antara motivasi dan
prestasi belajar. Apakah motivasi belajar yang menyebabkan prestasi belajar, atau
prestasi belajar menyebabkan orang semakin termotivasi untuk belajar? Keduanya bisa
benar, motivasi tinggi cenderung menyebabkan prestasi belajar yang baik, tetapi
sebailknya orang yang prestasi belajarnya tinggi, cenderung termotivasi untuk belajar
dengan baik. Model asosiasi ini dapat dianalisis dengan menggunakan teknik analisis