Anda di halaman 1dari 12

Pertemuan ke-5

Pokok Bahasan : Jenis-Jenis Penelitian


Sub Pokok Bahasan : 1. Penelitian Menurut Pendekatan
2. Penelitian Menurut Tingkat Eksplanasi
Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat:

1. Menjelaskan perbedaan prinsip dasar


anatarpenelitian survey, eksperimen, ex post facto,
dan penelitian tindakan
2. Menjelaskan perbedaan prinsip dasar penelitian
deskriptif, penelitian asosiasif, dan penelitian
komparatif

C. Penelitian Menurut Pendekatan

Penelitian menurut pendekatan yang digunakan antara lain dikelompokkan menjadi

penelitian Survey, Eksperimen, Ex Post Facto, Action Research (penelitian tindakan).

1. Penelitian Survey

Menurut Singarimbun & Effendi (1995), peneltian survey merupakan penelitian

yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpul data yang pokok. Sementera menurut Sugiono (1997), penelitian survey,

merupakan penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data

yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga

ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel.

Berdasarkan dua pendapat di atas, maka penelitian survey pada umumnya

dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam.

Unit analisis dalam penelitin survey umumnya adalah individu, misalnya siswa, guru,

dan lain-lain. Contoh kajian survey adalah ”Tingkat aspirasi pendidikan masyarakat di

Kota X”. Walaupun metode survey ini tidak memerlukan kelompok kontrol seperti

1 Penelitian Pengajaran Matematika:


Rasmuin & Rahmatia
Pertemuan ke-5

halnya pada metode eksperimen, namun generalisasi yang dihasilkan bisa akurat bila

digunakan sampel yang representatif (Kline, 1980).

Peneltian survey dapat digunakan untuk maksud ekspolorasi, deskriftif, penjelasan

(eksplanasi maupun konfirmatori) hubungan kausal (pengujian hipotesis), serta

mengevaluasi manfaat praktis teori, serta untuk meramalkan atau memprediksi gelaja.

2. Penelitian Eksperimen

Penelitian eksperimen, merupakan suatu penelitian yang berusaha mencari

pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol

secara ketat. Penelitian eksperimen ini pada umumnya dilakukan pada laboratorium

(misalnya laboratorium Sains). Meskipun demikian, jika situasi laboratorium dapat

diciptakan di dalam setting dan situasi yang lain, penelitian ini pun dapat dilakukan

tanpa menggunakan laboratorium sungguhan. Proposisi atau logika dasar yang ingin

dibuktikan dalam penelitian ini adalah, jika diberi perlakuan X maka akan terjadi

respons berupa Y.

Dalam penelitian eksperimen, varian dari semua atau hampir semua variabel bebas

yang berpengaruh yang mungkin ada, namun tidak relevan dengan masalah yang

sedang diselidiki, diminimumkan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membuat setting

penelitian terpisah dari rutinitas yang dilakukan sebelumnya, dengan cara

memanipulasi satu atau beberapa variabel dengan kondisi kontrol yang cukup ketat.

Penelitian tentang Penggunaan Tes Standar Berbasis IT untuk Meningkatkan Kinerja

Guru dalam Melakukan Assemen Berbasis Kelas, dapat dikaji melalui studi

ekperimen. Alasannya adalah, selama ini, rutinitas yang dilakukan guru dalam

melakukan penilaian kelas adalah seperti guru kebanyakan, yakni menyiapkan tes

2 Penelitian Pengajaran Matematika:


Rasmuin & Rahmatia
Pertemuan ke-5

menjelang dilakukannya peneilaian. Selin itu, soal-soal standar berbasis IT merupakan

sesuatu yang baru, baik berkaitan dengan perangkat tesnya maupun system IT yang

digunakan.

Persoalannya adalah, apakah hal ini efektif meningkatkan kinerja penilaian

berbasis kelas yang dilakukanoleh guru? Untuk menjawab masalah ini, maka kita

dapat mengamatinya dalam setting eksperimen. Cara yang bisa ditempuh adalah, guru

yang terpilih sebagai sampel diamati kinerja awalnya tentang penilaian berbasis kelas

seperti cara yang dilakukannya selama ini, melalui data-data yang mungkin (misalnya

data mengenai kualitas soal-soal yang pernah mereka buat, cara memberikan skor,

hingga penentuan nilai). Selanjutnya, guru-guru tersebut diberi waktu untuk

menggunakan media IT yang telah dipersiapkan, sebagai media pengambilan soal-soal

standard dan menggunakannya dalam penilaian kelas. Data yang sama, berupa soal-

soal yang dipilih, cara menentukan skor, cara pemberian nilai, dibandingkan dengan

data yang dikumpulkan sebelum eksperimen melalui teknis analisis data yang relevan.

Cara lainnya adalah, membuat dua kelompok sampel guru, dengan karakteristik

yang relatif sama dalam sejumlah hal. Satu kelompok diantaranya, dibiarkan

melakukan penilaian kelas seperti cara yang dilakukan selama ini, sedangkan

kelompok yang lainya, diberikan media IT yang dimaksud untuk digunakan dalam

penilaian kelas. Dengan teknik analisis data yang sesuai, data amatan yang mungkin

dari kedua kelompok (misalnya data mengenai kualitas soal-soal yang mereka buat,

cara memberikan sekor, hingga penentuan nilai), diperbandingkan.

Terdapat 6 (enam) hal yang menjadi ciri dari penelitian eksperimen (McMillan &

Shumacher, 1989), yakni: 1) ekuivalensi statistik terhadap subjek dalam kelompok

yang berbeda, 2) adanya perbandingan antara dua kelompok (variabel terikat) atau

3 Penelitian Pengajaran Matematika:


Rasmuin & Rahmatia
Pertemuan ke-5

lebih, 3) ada manipulasi perlakuan, paling tidak pada satu variable bebas, 4) ada

pengukuran untuk setiap variable terikat, 5) menggunakan statistik inferensial dalam

menganalisis data, dan 6) menggunakan desain untuk mengontrol secara ketat variabel-

variabel lain yang tidak ikut diamati.

3. Penelitian Ex Post Facto

Penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti

peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang melalui data yang

dikumpulkan untuk menemukan faktor-faktor yang mendahului atau menentukan

sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang diteliti. Penelitian ini menggunakan

logika dasar yang sama dengan penelitian eksperimen yaitu “jika x terjadi maka

terjadi y, hanya saja dalam penelitian ini tidak ada manipulasi langsung terhadap

variabel independen (variable bebas), karena kondisi tersebut sudah terjadi sebelum

dilakukan penelitian.

Penelitian ekseperimen bermaksud menguji apa yang akan terjadi pada Y jika

diberi perlakuan X, sedangkan dalam penelitian ex post facto bermaksud menguji apa

yang telah terjadi pada Y sebagai akibat telah terjadinya perlakuan X. Pengaruh

kesesuaian pendidikan yang disyaratkan untuk menjadi guru kelas dengan hasil belajar

siswa SD di Kabuapten Buton, merupakan contoh penelitian ex post facto. Dalam

contoh ini, hasil belajar sudah terjadi, yang tidak mungkin diubah, demikian pula

syarat pendidikan guru kelas yang tidak mungkin lagi dimanipulasi. Contoh lain,

Perbedaan hasil belajar matematika siswa SD, antara yang tinggal dipemukiman

kumuh dengan yang tinggal di pemukiman elit. Pemukiman sebagai variabel bebas,

4 Penelitian Pengajaran Matematika:


Rasmuin & Rahmatia
Pertemuan ke-5

tentu tidak biasa dimanipulasi apalagi mengubah kondisinya, karena hal itu sudah

terjadi.

4. Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan pendekatan

dan program baru guna memecahkan masalah yang muncul pada situasi yang aktual

(Kline, 1980). Penelitian ini memfokuskan pada masalah yang lokal (local problem)

yang terjadi pada kondisi lokal (local setting), sehingga hasilnya tidal perlu untuk

pengembangan ilmu yang lebih jauh, namun lebih bersifat pragmatis.

Penelitian tindakan dapat dilakukan oleh perorangan atau kelompok yang

menghendaki perubahan dalam situasi tertentu untuk prosedur yang diperkirakan akan

menghasilkan perubahan tersebut, dan kemudian setelah sampai pada tahap

kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, melaksanakan prosedur ini. Tujuan

utama penelitian ini adalah mengubah situasi, perilaku, maupun organisasi termasuk

struktur mekanisme kerja, iklim belajar/kerja dan pranata sosial/sekolah.

Dalam pendidikan, penelitian jenis ini dapat dilakukan dalam bentuk penelitian

tindakan kelas (PTK). Berdasarkan namanya, ada tiga kata yang perlu dimaknai untuk

memahami karakteristik PTK, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian,

sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, merupakan kegiatan ilmiah (menggunakan

metode ilmiah) untuk mencermati hubungan antarvariabel atau antarfenomena, yang

duga ada oleh konsep, proposisi, teori, atau hipotesis yang memandunya. Tindakan,

adalah suatu perbuatan secara sengaja dilakukan (bisa berulang-ulang) untuk tujuan

tertentu dan ke arah yang lebih baik. Kelas, tidak hanya terkait dengan ruang kelas di

sekolah yang kita fahami selama ini, akan tetapi kelas bisa berarti tempat di mana bisa

5 Penelitian Pengajaran Matematika:


Rasmuin & Rahmatia
Pertemuan ke-5

terjadi proses belajar mengajar, tempat dimana ada sekelompok peserta didik dan ada

pendidik yang merencanakan atau melakukan tindakan.

Dengan menggabungkan pengertian ketiga kata yang membentuk PTK, maka pada

dasarnya PTK merupakan upaya pengamatan (penelitian) melalui tindakan yang

terencana dan berulang-ulang untuk mengubah keadaan kelas (fenomene kelas yang

mengalami masalah, misalnya hasil belajar) ke arah yang lebih baik (sesuai dengan

standar). Perencana tindakan dalam PTK dalam situasi pebelajaran di sekolah adalah

guru, sedangkan pelaku tindakan bisa guru bersama siswa, bergantung skenario yang

direncanakan. Sementara itu, tindakan yang diberikan bisa berupa metode penyelesaian

atau model pembelajaran yang diasumsikan dapat mengubah masalah yang dihadapi

oleh kelas ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam pendidikan, penelitian

tindakan (tanpa kata kelas) juga dapat direncanakan oleh kepala sekolah, pengawas,

dan unit kerja pada dinas pendidikan untuk memperbaiki kinerja guru atau pegawai

sekolah lainnya, misalnya mengubah rutinitas pengelolaan sekolah yang dianggap

belum optimal.

Agar PTK dapat dijalankan dengan baik, perlu dipahami sejumlah prinsip dasar

pelaksanaannya, yang terdiri dari: 1) PTK diawali dengan perencanaan yang

menggunakan prinsip SMAART (Spesific-Managable-Acceptable-Achievable-

Realistic-Time bound), 2) tidak mengubah situasi yang telah terjadi, 3) dilakukan

untuk memperbaiki kinerja pembelajaran dan hasil belajar, 4) dimulai dengan

menerapkan prinsip analisis SWOT (Strength-Weaknesses-Opportunity-Threath), dan

5) sistemik dan empiris (Arikunto, dkk, 2007).

Penelitian tindakan dilaksanakan dalam sejumlah siklus sampai diperoleh hasil

yang sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan sebelumnya. Pada setiap siklus,

6 Penelitian Pengajaran Matematika:


Rasmuin & Rahmatia
Pertemuan ke-5

tahapan pelaksanaan PTK meliputi: 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan,

3) observasi dan evaluasi, dan 4) refleksi.

PTK dimulai dengan tahap perencanaan, yakni menyusun rencana tindakan

yang menjeleskan tentang apa, dimana, kapan, siapa, serta bagaimana tindakan

dilakukan. Jika perencana tindakan (peneliti) berbeda dengan pelaku tindakan

(misalnya, Guru), maka perlu ada kolaborasi diantara keduanya dalam menyusun

rencana tindakan. Pada tahap ini, peneliti dan atau guru perlu menentukan focus

peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian, sehingga perlunya diadakan sebuah

tindakan khusus. Secara rinci pada tahap ini, kegiatan meliputi: 1) mengemukakan

masalah dan alasan mengapa masalah tersebut perlu diselesaikan dengan tindakan, 2)

mengidentifikasi masalah, 3) menetapkan/merumuskan masalah secara jelas, 4)

menyatakan hipotesis tindakan (pernyataan keyakinan), 5) menyatakan secara eksplisit

rencana tindakan (skenario tindakan), 6) menyiapkan instrumen yang diperlukan untuk

memperoleh data, dan 7) menetapkan indikator kinerja yang harus dicapai.

Tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, semua rencana

tindakan dilakukan sesuai dengan yang tertuang dalam skenario yang dibuat dan

disepakati oleh peneliti dan guru. Agar suasana kelas tidak mengalami perubahan,

(kecuali tindakan), maka sebaiknya yang melaksanakan tindakan adalah guru yang

mengajar di kelas yang bersangkutan. Peneliti dalam tahap ini berperan sebagai

pengamat, serta dapat mengingatkan guru, jika ada tindakan yang tidak sesuai dengan

scenario yang telah ditetapkan.

Tahap berikutnya adalah observasi dan evaluasi. Kegiatan observasi dilakukan

selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Dalam tahap ini pengamat perlu

menggunakan pedoman observasi yang telah disusun pada tahap perencanaan.

7 Penelitian Pengajaran Matematika:


Rasmuin & Rahmatia
Pertemuan ke-5

Pengamatan diarahkan pada kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa, termasuk

interaksi dan situsi pembelajaran, serta ketersediaan sarana pendukung tindakan. Hasil

pengamatan dijadikan dasar evaluasi, yakni menetapkan apakah pelaksanaan tindakan

sudah efektif atau belum dalam menyelesaikan fokus masalah. Kegiatan evaluasi

laiannya yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah pemberian serangkaian tugas

kepada objek tindakan (siswa) seperti yang tertera dalam skenario dengan

menggunakan instrumen baku yang telah disiapkan sebelumnya (tahap perencanaan).

Dengan demikian, tahapan evaluasi dimaksudkan untuk mendapatkan informasi

mengenai tingkat ketuntasan materi yang diajarkan.

Alternatif
Pelaksanaan
Observasi awal Pemecahan
Tindakan
Permasalahan (Rencana Tindakan)
I
I
Siklus
I
Analisis Data I
Terselesaikan Refleksi I Observasi I
(Evaluasi)

Alternatif
Belum Pelaksanaan
Pemecahan
Tindakan
Terselesaikan (Rencana Tindakan)
II
II
Siklus
II

Terselesaikan Refleksi II Analisis Data II


(Evaluasi) Observasi II

Belum
Siklus Selanjutnya
Terselesaikan

Gambar 4. Rancangan dan Model Penelitian Tindakan Kelas


(Tim Proyek PGSM, 1999 : 27)

Tahap akhir dalam setiap siklus PTK, adalah tahap refleksi. Tahap ini

merupakan tahap pemikiran dan pengkajian secara kritis, yang meliputi analisis,

8 Penelitian Pengajaran Matematika:


Rasmuin & Rahmatia
Pertemuan ke-5

sintesis, dan penilaian terhadap seluruh pelaksanaan tindakan. Kegiatan refleksi

didasarkan pada seluruh data yang terkumpul dari hasil observasi dan evaluasi. Jika

dalam tahap ini terdapat masalah atau bagian dari fokus masalah yang belum

terselesaikan, misalnya hasil belajar belum sesuai dengan indikator kinerja, maka

ditindaklanjuti dengan melakukan perencanaan ulang, pelaksanaan ulang tindakan,

observasi dan evaluasi ulang, serta reflesi ulang pada siklus selanjutnya. Skema PTK

dapat dilihat dalam Gambar 4.

D. Penelitian Menurut Tingkat Ekplanasi

Tingkat ekplanasi yang dimaksudkan adalah tingkat penjelasan yang dihasilkan

dari suatu penelitian, yaitu bagaimana variabel-variabel amatan menjelaskan objek

yang diteliti melalui data yang dikumpulkan (Sugiono, 1997). Berdasarkan hal ini,

penelitian dapat dikelompokkan menjadi, penelitian deskriptif, komparatif, dan

asosiatif.

1. Penelitian deskriptif

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

mendeskripsikan suatu fenomena dan biasanya dilakukan terhadap variabel mandiri.

Artinya, penelitian tipe ini tidak bermaksud membuat perbandingan antarvariabel

ataupun melihat hubungan antara fenomena yang satu dengan yang lainnya. Penelitian

seperti ini misalnya, menjawab pertanyaan 1) bagaimanakah produktivitas lulusan

Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Unidayan?, 2) bagaimanakah kepemimpinan,

etos kerja, dan prestasi kerja dosen Unidayan, 3) bagaimanakah prestasi belajar

matematika siswa SMK Negeri 3 Bau-Bau?.

9 Penelitian Pengajaran Matematika:


Rasmuin & Rahmatia
Pertemuan ke-5

2. Penelitian komparatif

Penelitian komparatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk

memperbandingkan variabel-variabel amatan. Penelitian ini dapat dilakukan dalam

setting penelitian eksperimen maupun penelitian kuasi ekseperimen (ekseperimen

semu).

Variabel dalam studi ini bisa bersifat tunggal, tetapi objek yang diamati lebih dari

satu, misalnya “perbedaan prestasi belajar Kalkulus antara mahasiswa yang berasal

dari Jurusan IPA dengan mahasiswa Jurusan IPS”. Prestasi belajar matematika sebagai

variabel tunggal yang diamati, sedangkan laki-laki dan wanita sebagai dua kelompok

sampel yang berbeda. Penelitian ini juga dapat dilakukan pada dua variabel atau lebih,

tetapi pada objek yang sama atau yang dibuat relatif sama. Penelitian komparatif,

dapat dianalisis dengan menggunkan uji beda rerata (data interval dan data rasio), uji

beda proporsi (data nominal dan ordinal), analisis varians.

Misalnya, studi mengenai perbedaan metode ekspositori dan metode penugasan

dalam pengajaran persamaan kuadrat pada siswa kelas 7 SMP. Dalam contoh ini, ada

dua variabel yang diamati, adalah: 1) metode ekspositori dan 2) metode penugasan,

sedangkan objek amatannya, bisa kelompok siswa yang sama, atau kelompok siswa

yang berbeda tetapi memiliki karakteristik yang relatif sama dalam hal prestasi belajar.

3. Penelitian asosiatif

Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk melihat atau

mengamati hubungan antarvariabel. Pada penelitian ini minimal terdapat dua variabel

yang dihubungkan. Hubungan antara fenomena pendidikan dapat berupa hubungan

10 Penelitian Pengajaran Matematika:


Rasmuin & Rahmatia
Pertemuan ke-5

simetris, hubungan asimetris atau kausal (sebab akibat), atau hubungan timbal balik

(interaktif) antarvariabel.

Hubungan simetris antara dua variabel terjadi bilai variabel yang satu tidak

disebabkan oleh variabel yang lain (Singarimbun & Efendi, 1995). Hal ini bisa terjadi

jika kedua variabel merupakan indikator dari konsep yang sama, merupakan akibat

dari faktor yang sama, berkaitan secara fungsional terhadap variabel yang sama.

Hubungan antarvariabel seperti ini, sulit digambarkan hubungannya dalam desain

penelitian, kecuali menempatkannya sebagai variabel-variabel penyebab dari variabel

yang sama, atau akibat dari variabel yang sama.

Contoh hubungan simetris antara lain, 1) hubungan antartujuan ukur butir-butir

soal dalam sebuah paket tes prestasi belajar, merupakan faktor dari kosenp yang sama,

yakni kemampuan kognitif; 2) hubungan antarkonsep motif, harapan, dan insentif,

yang merupakan fungsi dari motivasi kerja karyawan (Askal, 2011), atau 3) hubungan

antarvariabel bukti langsung, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empaty, yang

merupakan faktor dari konsep yang sama, yaitu kualitas pelayanan publik (Askal,

2011). Model hubungan antaravaribel seperti ini dapat dianalisis dengan menggunakan

analisis faktor, atau analisis multivariat.

Hubungan asimetris atau kausal terjadi, jika variabel yang satu menjadi penyebab

variabel lainnya, tetapi tidak terjadi sebaliknya, misalnya hubungan antara stimulus

dan respons. Dalam hal ini, stimulus adalah penyebab terjadinya respons tetapi bukan

sebalinya, atau respons bukanlah penyebab munculnya stimulus. Variabel penyebab

(stimulus) bisa merupakan variabel prasyarat dari variabel akibat (respons). Misalnya,

untuk mempelajari fisika, seseorang memerlukan pengetahuan mengenai matematika,

tetapi sebaliknya orang tidak perlu menguasai fisika untuk belajar matematika. Oleh

11 Penelitian Pengajaran Matematika:


Rasmuin & Rahmatia
Pertemuan ke-5

karena itu, penelitian dengan topik ” Hubungan antara tingkat kemampuan matematika

dengan tingkat kemampuan fisika siswa SMA” merupaka tipe penelitian asosiatif

kausalistik. Model penelitian asosiasi ini dapat dianalisis dengan menggunakan teknik

analisis korelasi atau teknik analisis regresi.

Hubungan timbal balik antara dua variabel terjadi, jika variabel yang satu menjadi

penyebab variabel lainnya, demikian pula sebaliknya. Hubungan antara motivasi dan

prestasi belajar. Apakah motivasi belajar yang menyebabkan prestasi belajar, atau

prestasi belajar menyebabkan orang semakin termotivasi untuk belajar? Keduanya bisa

benar, motivasi tinggi cenderung menyebabkan prestasi belajar yang baik, tetapi

sebailknya orang yang prestasi belajarnya tinggi, cenderung termotivasi untuk belajar

dengan baik. Model asosiasi ini dapat dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

korelasi, tetapi tidak bisa dianalisis dengan teknik analisis regresi.

12 Penelitian Pengajaran Matematika:


Rasmuin & Rahmatia

Anda mungkin juga menyukai