ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh modal kerja,
pengalaman, dan harga jual terhadap pendapatan nelayan, mengetahui progam-
program peningkatan pendapatan yang dilakukan pemerintah di daerah penelitian,
menganalisis persepsi nelayan terhadap program peningkatan yang dilakukan
pemerintah.
Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu di
desa Bogak dengan jumlah populasi nelayan sebanyak 1718 orang. Penarikan
sampel dilakukan dengan metode simple random sampling,yaitu sampel diambil
sebanyak 40 sampel, yang terdiri atas 25 sampel yang tidak dapat program dan 15
sampel yang dapat program. Metode analisis yag digunakan adalah analisis
deskriptif, analisis skala likert, dan regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel modal berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pendapatan nelayan, sedangkan variabel pengalaman dan
harga jual tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan. Program
peningkatan pendapatan yang ada di desa Bogak adalah Bantuan Langsung
Masyarakat Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (BLM
PUMP). Persepsi nelayan yang tidak dapat program BLM PUMP terhadap
program PUMP adalah 93,33 % negatif dan 6,67 % positif sedangkan persepsi
nelayan yang dapat program adalah 73,3 % positif dan 26,7 % negatif. Jadi dapat
disimpulkan Persepsi nelayan terhadap program BLM PUMP adalah negatif.
1
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
2
Statistik mencatat jumalah nelayan miskin di Indonesia pada tahun 2011 mencapai
7,87 juta orang atau 25,14 persen dari total penduduk miskin nasional yang
mencapai 31,02 juta orang.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membantu program
Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN) berbasis industrialisasi perikanan terpadu
di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara. Terdapat delapan kegiatan utama di
dalam Program PKN, antara lain pembangunan rumah sangat murah bagi nelayan,
tersedianya pekerjaan alternatif dan tambahan bagi keluarga nelayan, serta
bantuan langsung masyarakat berupa skema KUR (kredit usaha rakyat).
Sedangkan program lainnya yakni pembangunan SPBU solar, pembangunan "cold
storage" serta angkutan umum murah, termasuk pembangunan fasilitas sekolah
dan puskesmas serta fasilitas Bank Rakyat. Program PKN akan berlangsung
bertahap hingga tahun 2014 dengan menyasar rumah tangga miskin nelayan yang
tersebar di 816 pelabuhan perikanan di berbagai daerah. Untuk Kabupaten
Batubara Provinsi Sumatera Utara, program tersebut dilaksanakan di PPI (Pusat
Pendaratan Ikan) Desa Lalang, PPI Tanjung Tiram, PPI Perupuk dan PPI
Pangkalan Dodek. Guna mendukung program PKN di Batubara, KKP sendiri
telah mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pembangunan kelautan dan
perikanan. Khususnya yang sudah terealisasi antara lain, penyaluran BLM PUMP
(Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Mina Pedesaan) Perikanan
Tangkap sebanyak 26 KUB (Kelompok Usaha Bersama) dengan nilai Rp2,6
miliar. Selain itu, terdapat pula pembangunankKapal >30 GT sebanyak satu unit
dengan nilai Rp1,5 miliar serta sarana pemasaran sebanyak satu paket dengan
nilai Rp50 juta, serta sarana sistem rantai dingin sebanyak satu paket dengan nilai
Rp50 juta. Bantuan juga berasal dari dana alokasi khusus (DAK) Kabupaten
Batubara, berupa pengadaan Kapal Motor 5 GT, pengadaan alat penangkapan
ikan, pengadaan peralatan pengolahan sederhana, pembangunan pondok jaga,
pembangunan tempat tambat labuh serta mesin kapal pengawas (KKP 2014)
Optimasi keberhasilan suatu kegiatan sangat dipengaruhi oleh ketepatan
pengorganisasian, sistem kerja yang djalankan dan unsur-unsur pendukungnya
yaitu, mutu orang-orangnya serta sarana yang diperlukan. Dalam keadaan
demkian maka akan dapat dicapai suatu penyelenggaraan pemerintahan dan
3
pembangunan yang berdaya guna dan berhasil meskipun sumber sumber sangat
terbatas. Sejalan dengan itu, maka dalam penyelenggaraan pembangunan
diperlukan pengorganisasian yang mampu menggerakkan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pembangunan serta melaksanakan administrasi pembangunan
yang semakin rasional, tidak didasarkan pada tuntutan emosional yang sukar
dipertanggungjawabkan pelaksanaannya (Suwignjo, 1986)
Identifikasi Masalah
Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Teori Pendapatan
Pendapatan nelayan adalah selisih antara peneriamaan (TR) dan semua biaya
(TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan usaha nelayan (TR) adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya usaha nelayan
biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya
tidak tetap (variable cos). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap
jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau
sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
4
produksi yang diperoleh, contoh biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC
(soekartawi, 1995).
Teori Produksi
Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan atau input. Produksi atau memproduksi
menambah kegunaan suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila
memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi
produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input
untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum, (Joesron dan Fathorrosi,
2003).
Persepsi
Menurut Saptorini (1989), Persepsi adalah suatu proses mental yang rumit
dan melibatkan berbagai kegiatan untuk menggolongkan stimulus yang masuk
sehingga menghasilkan tanggapan untuk memahami stimulus tersebut. Persepsi
dapat terbentuk setelah melalui berbagai kegiatan, yakni proses fisik
(penginderaan), fisiologis (pengiriman hasil penginderaan ke otak melalui saraf
sensoris) dan psikologis (ingatan, perhatian, pemrosesan informasi di otak).
Penelitian Terdahulu
Sujarno (2008), dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat diketahui bahwa Biaya
kerja, jumlah tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat. Biaya
kerja merupakan faktor yang memberikan pengaruh yang besar dibandingkan 3
faktor lain. Biaya kerja mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan, ceteris
paribus. Dengan kata lain, apabila biaya kerja naik akan meningkatkan
pendapatan nelayan. Begitu juga halnya dengan tenaga kerja, pengalaman, dan
jarak tempuh melaut mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan nelayan.
5
Serta, nilai elastisitas dari variabel Biaya kerja, tenaga kerja, pengalaman, dan
jarak tempuh melaut mempunyai nilai elastisitas kurang dari 1 (inelastis) terhadap
pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat, sehingga respon pendapatan nelayan
terhadap Biaya kerja, tenaga kerja, pengalaman, dan jarak tempuh melaut sangat
kecil.
METODE PENELITIAN
6
perikanan dan kelautan sumatera utara dan kabupaten batu bara, dan literatur yang
mendukung penelitian.
7
variabel modal kerja, pengalaman kerja, harga jual terhadap pendapatan
diperoleh tingkat signifikansi F adalah sebesar 0,000 (≤ 0,05) yang berarti variabel
bebas modal kerja, pengalaman, dan harga jual secara serempak berpengaruh
nyata terhadap variabel terikat Pendapatan nelayan.
Secara Parsial modal kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan
nelayan dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05. Besarnya
koefisien regresi adalah 0,445. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya
kenaikan modal 1 persen, maka akan terjadi kenaikan pendapatan sebesar 0,445
persen dengan asumsi variabel lain tetap. Sehingga untuk mendapatkan
penambahan pendapatan yang besar harus diikuti dengan penambahan modal yang
lebih besar lagi. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Mubyarto bahwa modal
mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu usaha
produksi yang didirikan.
Secara Parsial pengalaman tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan
nelayan dengan nilai signifikansi t adalah 0,131 ≥0,05. Hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang menyatakan variabel pengalaman tidak berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan nelayan di kabubaten langkat (Sujarno, 2008).
Secara parsial harga jual tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan
nelayan. nilai signifikansi t variabel harga jual adalah 0,460 ≥ 0,05. Hal ini
disebabkan karena jika pada musim ikan, hasil tangkapan meningkat, namun
harga jual ikan akan turun. Sedangkan pada musim paceklik, hasil tangkapan
sangat sedikit, namun harga jual tinggi. Selain itu, ikan yang memiliki harga jual
lebih tinggi biasanya lebih sedikit yang bisa ditangkap nelayan. Sedangkan ikan
yang memiliki harga jual yang lebih rendah biasanya lebih banyak yang bisa
ditangkap nelayan.
8
kelompok yang berjumlah 15 orang yang mendapat program PUMP pada
tahun 2013
Untuk mengetahui persepsi nelayan yang tidak dapat program dan yang
tidak dapat program diambil sampel masing-masing 15 orang. Nilai standar
deviasi yang diperoleh untuk nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP
adalah sebesar 1,162919. Nilai standar deviasi untuk nelayan yang mendapat
program BLM PUMP adalah sebesar 2,491892.
Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 15 sampel yang tidak dapat program
BLM PUMP yang diambil, 1 sampel (6,67%) memiliki persepsi positif terhadap
program BLM PUMP, dan 14 sampel (93,33%) memiliki persepsi negatif
terhadap program BLM PUMP. Mayoritas dari sampel memiliki persepsi yang
negatif, sehingga dapat dikatakan bahwa sampel nelayan yang tidak dapat
program memiliki persepsi negatif terhadap program BLM PUMP. Dari 15
nelayan yang mendapat program BLM PUMP, 11 nelayan (73,33%) memiliki
persepsi positif terhadap program BLM PUMP, dan 4 sampel (26,67%) memiliki
persepsi negatif terhadap program BLM PUMP. Mayoritas dari nelayan memiliki
persepsi yang positif, sehingga dapat dikatakan bahwa nelayan yang pernah
mendapat program BLM PUMP memiliki persepsi positif terhadap program BLM
PUMP.
Dari 30 nelayan sampel yang diambil, yaitu 15 nelayan yang dapat
program, dan 15 nelayan yang tidak dapat program, mayoritas memiliki persepsi
negatif terhadap program BLM PUMP
9
Kesimpulan
Modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan
pendapatan nelayan di Desa Bogak, Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu
Bara. Pengalaman kerja, dan harga jual tidak berpengaruh terhadap pendapatan
nelayan.
Program pemerintah yang ada di desa Bogak untuk meningkatkan
pendapatan nelayan adalah Bantuan Langsung Masyarakat Program
Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (BLM PUMP).
Dari 15 sampel nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP, 14
nelayan atau 93,33% memliki persepsi negatif terhadap program PUMP.
Sedangkan 15 nelayan yang mendapat program PUMP, 11 nelayan (73,33%)
memiliki persepsi positif terhadap program PUMP, dan 4 nelayan (26,67%)
memiliki persepsi negatif terhadap program PUMP. Secara keseluruhan, nelayan
di desa Bogak kecamatan Tanjung Tiram, memiliki persepsi negatif terhadap
Program PUMP.
Saran
Agar Pemerintah dan dinas perikanan dan kelautan sebaiknya membuka
akses bagi nelayan untuk memperoleh modal kerja dalam meningkatkan
pendapatannya dengan cara bekerjasama dengan dinas terkait, koperasi ataupun
lembaga keuangan bank dan non bank
Agar nelayan meningkatkan modal kerja untuk meningkatkan
pendapatannya. Modal kerja dapat diperoleh dengan cara membentuk kelompok
nelayan ataupun koperasi yang dapat membantu dalam memperoleh pinjaman
modal. Selain itu, nelayan sebaiknya aktif dalam kelompok untuk bermusyawarah
dan tukar ilmu serta informasi antar nelayan dan dinas perikanan dan kelautan
DAFTAR PUSTAKA
Joesran, Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Salemba Empat,
Jakarta.Kementrian Perikanan dan Kelautan Indonesia (KKP) 2014
10
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
11