Anda di halaman 1dari 12

A.

Pengertian Campak

Campak merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi pada anak,
sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal (4 hari sebelum muncul
ruam) sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam.1,2 Campak timbul karena
terpapar droplet yang mengandung virus campak. Sejak program imunisasi campak
dicanangkan, jumlah kasus menurun, namun akhir-akhir ini kembali meningkat.4,6 Di
Amerika Serikat, timbul KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan 147 kasus sejak awal
Januari hingga awal Februari 2015.3 Di Indonesia, kasus campak masih banyak
terjadi dan tercatat peningkatan jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2014
(Halim, 2016).
Virus campak merupakan salah satu mikroorganisme yang sangat mudah
menular antara individu satu ke individu yang lain, terutama pada anak-anak yang
memasuki usia prasekolah dan tamat SD. Campak adalah penyakit menular yang
sering menyebabkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB). Campak adalah anggota
dari Paramyxoviridae, dalam genus Morbillivirus. Penyakit ini mudah menular
melalui sistem pernapasan, terutama percikan ludah atau cairan yang keluar dari
sistem pernapasan, seperti pada saat bersin, batuk, maupun berbicara(Oktaviasari,
2018).
Masa inkubasi penyakit campak antara 7-18 hari. Gejala awal atau yang sering
disebut juga dengan stadium prodormal yaitu demam dengan suhu tubuh ≥ 38C yang
terjadi selama 3-5 hari, disertai dengan beberapa gejala lainnya, seperti batuk, pilek,
dan gejala konjungtivitis. Gejala yang lebih spesifik yaitu adanya koplik’s spot atau
bercak putih keabu-abuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam (muscola
bucal).Gejala selanjutnya yaitu stadium erupsi dengan gejala batuk pilek bertambah
berat, suhu badan menigkat, timbulnya bercak merah di seluruh tubuh.Bercak tersebut
bertahan selama 4-8 hari dan berangsur menjadi merah kehitaman, panas turun setelah
rash muncul. Stadium convalescens terjadi apabila tanda-tanda dari stadium
sebelumnya mereda dan menghilang tanpa bekas atau menimbulkan bekas coklat
kehitaman karena terjadi pengelupasan (Oktaviasari, 2018).

Kasus campak menyebar di daerah yang memiliki penduduk yang


padat.Penyebaran kasus campak paling banyak terjadi di negara berkembang, salah
satunya di Indonesia. Kejadian campak di Indonesia cenderung meningkat pada tahun
2016, yaitu sebanyak 12.681 kasus, dengan Incidence Rate (IR) sebesar 5 per 100.000
penduduk dan terdapat 1 kasus meninggal yang berasal dari Provinsi Jawa Barat.
Jumlah tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya, tahun 2015 yaitu sebesar 10.655
kasus, dengan IR sebesar 3,20 per 100.000 penduduk. Jumlah kasus campak pada
tahun 2015 lebih tinggi daripada tahun 2014, yaitu sebesar 12.944 kasus, dengan IR
sebesar 5,13 per 100.000 penduduk (Oktaviasari, 2018).

B. Patogenesis Campak
Patogenesis Campak adalah infeksi sistemik.Situs utama infeksi adalah epitel
pernapasan nasofaring.Dua sampai tiga hari setelah invasi dan replikasi pada
pernapasan epitel dan kelenjar getah bening regional, viremia primer terjadi dengan
infeksi retikuloendotelial selanjutnya sistem.Mengikuti replikasi virus lebih lanjut di
regional dan situs retikuloendotelial distal, viremia kedua terjadi 5-7 hari setelah
infeksi awal.Selama viremia ini, mungkin ada infeksi saluran pernapasan dan organ
lainnya. Campak virus dilepaskan dari nasofaring dimulai dengan prodrome sampai 3-
4 hari setelah onset ruam (Strebel & Orenstein, 2019).
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari
penderita.Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel
epitel saluran napas.Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan penyebaran
ke kelenjar limfe regional.Setelah penyebaran ini, terjadi viremia primer disusul
multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan kelenjar
limfe.Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus.Pada hari ke-5
sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit dan
saluran pernapasan.Pada hari ke-11 sampai hari ke14, virus ada di darah, saluran
pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari kemudian virus mulai berkurang.
Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan
makrofag(Halim, 2016).

C. Epidemiologi Campak
Kejadian Campak terjadi di seluruh dunia.Namun, gangguan penularan campak
telah terjadi dicapai di Amerika Serikat dan bagian lain Barat Belahan bumi.Waduk
Campak adalah penyakit manusia.Tidak ada binatang yang dikenal reservoir, dan
keadaan pembawa asimptomatik belum didokumentasikan.Transmisi Penularan
campak terutama orang ke orang melalui besar tetesan pernapasan. Transmisi melalui
udara melalui aerosol inti droplet telah didokumentasikan di area tertutup (mis., ruang
pemeriksaan kantor) hingga 2 jam setelah seseorang dengan campak menempati area
tersebut. Pola Temporal Di daerah beriklim sedang, penyakit campak terjadi terutama
pada akhir-akhir ini musim dingin dan musim semi Kemampuan berkomunikasi
Campak sangat menular, dengan lebih dari 90% tingkat serangan sekunder di antara
orang yang rentan. Campak dapat ditransmisikan dari 4 hari sebelum hingga 4 hari
setelah ruam serangan. Kemampuan berkomunikasi maksimum terjadi sejak awal
prodrome melalui 3-4 hari pertama ruam(Strebel & Orenstein, 2019).
Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi
145.700 kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar 400
kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak kurang
dari 5 tahun.2 Berdasarkan laporan DirJen PP&PL DepKes RI tahun 2014, masih
banyak kasus campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang dilaporkan mencapai
12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104 kasus. Sebagian
besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia SD. Selama periode 4
tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun (3591
kasus) dan pada kelompok umur 1-4 tahun (3383 kasus)(Halim, 2016).

D. Etiologi Campak
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus genus
Morbillivirus,famili Paramyxoviridae.1,5,6 Virus ini dari famili yang sama dengan
virus gondongan (mumps), virus parainfluenza, virus human metapneumovirus, dan
RSV (Respiratory Syncytial Virus).5Virus campak berukuran 100-250 nm dan
mengandung inti untai RNA tunggal yang diselubungi dengan lapisan pelindung lipid.
Virus campak memiliki 6 struktur protein utama.Protein H (Hemagglutinin) berperan
penting dalam perlekatan virus ke sel penderita.Protein F (Fusion) meningkatkan
penyebaran virus dari sel ke sel. Protein M (Matrix) di permukaan dalam lapisan
pelindung virus berperan penting dalam penyatuan virus. Di bagian dalam virus
terdapat protein L (Large), NP (Nucleoprotein), dan P (Polymerase phosphoprotein)
(Halim, 2016).
Protein L dan P berperan dalam aktivitas polimerase RNA virus, sedangkan
protein NP berperan sebagai struktur protein nucleocapsid.Karena virus campak
dikelilingi lapisan pelindung lipid, maka mudah diinaktivasi oleh cairan yang
melarutkan lipid seperti eter dan kloroform. Selain itu, virus juga dapat diinaktivasi
dengan suhu panas (>370C), suhu dingin (<200C), sinar ultraviolet, serta kadar (pH)
ekstrim (pH <5 dan >10).5,7 Virus ini jangka hidupnya pendek (short survival time),
yaitu kurang dari 2 jam(Halim, 2016).

E. Gambaran Klinik
Masa inkubasi campak, dari paparan sampai prodrome, rata-rata 10-12 hari.Dari
paparan hingga ruam awitan rata-rata 14 hari (kisaran, 7-21 hari).Prodrome
berlangsung 2-4 hari (kisaran 1-7 hari). Ini ditandai dengan demam, yang meningkat
secara bertahap, sering memuncak setinggi 103 ° F –105 ° F. Ini diikuti oleh
timbulnya batuk, coryza (pilek), atau konjungtivitis. Bintik Koplik, ruam yang ada
pada selaput lendir, adalah dianggap patognomonik untuk campak. Itu terjadi 1-2 hari
sebelum ruam hingga 1-2 hari setelah ruam, dan muncul sebagai bintik-bintik biru
putih di latar belakang merah cerah dari mukosa bukal.
Ruam campak adalah erupsi makulopapular yang biasanya berlangsung 5-6
hari.Itu dimulai dari garis rambut, kemudian melibatkan wajah dan leher bagian
atas.Selama 3 hari berikutnya, ruam berangsur-angsur hasil ke bawah dan ke luar,
mencapai tangan dan kaki.Lesi makulopapular umumnya diskrit, tetapi dapat menjadi
konfluen, terutama pada tubuh bagian atas.Awalnya, lesi memucat dengan tekanan
ujung jari.3–4 hari, kebanyakan tidak pucat dengan tekanan.Desuamasi yang bagus
terjadi di daerah yang lebih parah. Ruam memudar di urutan yang sama yang muncul,
dari kepala hingga ekstremitas.Gejala lain dari campak termasuk anoreksia; diare,
terutama pada bayi; dan limfadenopati menyeluruh(Strebel & Orenstein, 2019).

F. Laboratorium
Isolasi virus campak tidak dianjurkan sebagai rutin metode untuk mendiagnosis
campak.Namun, isolat virus sangat penting bagi pengawasan epidemiologi molekuler
untuk membantu menentuka asal geografis virus dan strain virus yang beredar di
Amerika Serikat.Virus campak dapat diisolasi dari urin, nasofaring aspirasi, darah
heparinisasi, atau usap tenggorokan. Spesimen untuk kultur virus harus diperoleh dari
setiap orang dengan kasus campak yang diduga secara klinis dan harus dikirim ke
laboratorium kesehatan masyarakat negara bagian atau CDC, di arah departemen
kesehatan Negara (Strebel & Orenstein, 2019).
Spesimen klinis untuk isolasi virus harus dikumpulkan bersamaan dengan
sampel diambil untuk pengujian serologis.Karena virusnya lebih mungkin diisolasi
ketika spesimen dikumpulkan dalam waktu 3 hari dari onset ruam, pengumpulan
spesimen untuk virus isolasi tidak boleh ditunda sampai konfirmasi serologis
diperoleh.Spesimen klinis harus diperoleh dalam 7 hari, dan tidak lebih dari 10 hari,
setelah onset ruam (Strebel & Orenstein, 2019).
Pengujian serologis, paling umum dengan enzim terkait immunoassay (EIA),
tersedia secara luas dan mungkin diagnostik jika dilakukan pada waktu yang tepat.
Secara umum, a orang yang sebelumnya rentan terpapar vaksin atau virus campak tipe
liar pertama-tama akan me-mount respons IgM dan kemudian respons IgG. Respons
IgM akan bersifat sementara (1-2 bulan), dan respons IgG harus bertahan lama tahun.
Orang yang tidak terinfeksi harus IgM negatif dan akan baik IgG negatif atau IgG
positif, tergantung pada mereka riwayat infeksi atau vaksinasi sebelumnya (Strebel &
Orenstein, 2019).

G. Penatalaksanaan
Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah baring,
antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4 jam),
cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A.1,10,12 Vitamin A dapat
berfungsi sebagai imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi terhadap
virus campak. Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi
seperti diare dan pneumonia.5 Vitamin A diberikan satu kali per hari selama 2 hari
dengan dosis sebagai berikut:1,5-7,9,10,12 200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau
lebih „ 100.000 IU pada anak umur 6 - 11 bulan „ 50.000 IU pada anak kurang dari 6
bulan „ Pemberian vitamin A tambahan satu kali dosis tunggal dengan dosis sesuai
umur penderita diberikan antara minggu ke-2 sampai ke-4 pada anak dengan gejala
defisiensi vitamin A. Pada campak dengan komplikasi otitis media dan/atau
pneumonia bakterial dapat diberi antibiotik.1,7,12 Komplikasi diare diatasi
dehidrasinya sesuai dengan derajat dehidrasinya(Halim, 2016).

H. Kaitan Penyakit Campak Pada Masalah Gizi


Hasil penelitian menyatakan bahwa resiko anak yang berstatus gizi
kurang/buruk untuk terkena campak sebesar 3,2 kali lebih besar dibandingkan dengan
anak yang memiliki status gizi baik. Umar juga menyebutkan bahwa kekurangan gizi
mengakibatkan berkurangnya sistem respon imun tubuh sehingga anak rentan
terhadap infeksi. Penelitian Casaeri (2002) tentang faktor resiko kejadian penyakit
campak di Kabupaten Kendal diperoleh bahwa ada hubungan bermakna antara status
gizi dengan kejadian campak dengan OR=4,9, artinya anak yang status gizinya kurang
akan berpeluang untuk mengalami campak 4,9 kali lebih besar dibandingkan dengan
anak dengan status gizi baik.
Menurut Almatsier (2003) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zatzat gizi.Status gizi ditentukan oleh tersedianya
zat gizi yang dibutuhkan baik yang esensial maupun non esensial dalam jumlah
cukup, dalam kombinasi dan waktu yang tepat.Apabila tubuh berada dalam tingkat
kesehatan gizi optimum dimana jaringan penuh oleh semua zat gizi, maka disebut
status gizi optimum. Dalam kondisi demikian tubuh terbebas dari penyakit dan
mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya (Endahuluan, 2012).
Gizi kurang dapat disebabkan karena konsumsi gizi yang tidak mencukupi
kebutuhan anak dalam waktu tertentu, hal ini dapat disebabkan karena anak usia
prasekolah dan anak usia sekolah sangat aktif bermain dan banyak kegiatan baik di
sekolah maupun di lingkungan rumahnya. Di pihak lain anak kelompok ini terkadang
nafsu makannya menurun, sehingga konsumsi makanan tidak seimbang dengan kalori
yang diperlukan. Bila orangtua terutama ibu kurang memperhatikan asupan makanan
untuk anak mereka maka anak dapat mengalami malnutrisi/ gizi kurang sehingga anak
mudah terkena penyakit, diantaranya campak. Berdasarkan penelitian, 26,7%
responden yang mempunyai gizi baik ternyata menderita campak hal itu dapat
disebabkan karena anak belum diimunisasi campak(Endahuluan, 2012).
Hasil penelitian juga menunjukkan 53,3% dari 60 responden memiliki status
gizi kurang, peneliti berpendapat penting bagi para orangtua untuk selalu
memperhatikan kesehatan anak termasuk gizi anak dengan menyiapkan makanan
yang bergizi untuk mereka sehingga kebutuhan gizi anak tercukupi yang ditandai
dengan tinggi badan dan berat badan anak yang optimal sesuai usia. Anak dengan
status gizi kurang juga seharusnya diperhatikan oleh orangtua juga petugas kesehatan
diantaranya dapat melalui cara memberikan makanan tambahan bagi anak terutama
anak sekolah dengan melakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di sekolah-
sekolah seperti di Sekolah Dasar atau sederajat misalnya pemberian susu, bubur
kacang ijo, telur, dan lainnya yang bekerjasama dengan sekolah bersangkutan,
Puskesmas, Kader posyandu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pertanian
atau swasta secara bergilir dan dipantau jalannya program ini sehingga anak usia
Sekolah Dasar dengan gizi kurang dapat diminimalisir dan kesehatan mereka pun
optimal sehingga tidak mudah terserang penyakit misalnya campak(Endahuluan,
2012).

DAFTAR PUSTAKA
Endahuluan, P. (2012). Jurnal Dunia Kesmas Volume 1. Nomor2. April 2012 1. 1(April), 1–
10.
Halim, R. G. (2016). Campak Pada Anak. 31-56-1-Sm. 43(3), 186–189.
Oktaviasari, K. E. (2018). Relationship of Measles Immunization with Measles in East Java.
Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(2), 166.
Strebel, P. M., & Orenstein, W. A. (2019). Measles. New England Journal of Medicine,
381(4), 349–357. https://doi.org/10.1056/NEJMcp1905181

A. Pengertian Gondok
Penyakit gondok (Pembengkakan atau benjolan pada leher) Penyakit gondok
adalah pembengkakan atau benjolan besar pada leher sebelah depan (pada
tenggorokan) dan terjadi akibat pertumbuhan kelerijar gondok yang tidak normal.
Kebanyakan penyakit gondok disebabkan oleh kekurangan yodium dalam
makanan.Demikian pula, kukurangan yodium pada wanita hamil kadang-kadang
menyebabkan bayi meninggal dunia atau dilahirkan dengan kelambatan mental
dan/atau tuli Hal ini dapat terjadi, walaupun ibu tidak menderita penyakit gondok.
Bagaimana mencegah atau mengobati penyakit gondok dan mencegah kretinisme:
Semua orang yang tinggal di daerah endemis (daerah yang banyak penderita) gondok
harus menggunakan garam beryodium. Garam ber- yodium dapat mencegah penyakit
gondok dan dapat menyembuhkan benjolan gondoknya. (Namun, benjolan gondok
yang lama dan keras hanya dapat dihilangkan dengan pembedahan/operasi, tetapi
tindakan ini tidak selalu diperlukan) (Pratama, 2012).
Apabila tidak dapat memperoleh garam beryodium, gunakanlah yodium tinctura
(larutan yodium dalam alkohol). Masukkan 1 tetes larutan tersebut dalam segelas air
dan minumlah setiap hari. HATI-HATI: terlalu banyak larutan yodium dapat
menimbulkan keracunan. Minumlah hanya 1 tetes sehari.Simpanlah botolnya di
tempat yang tidak terjangkau oleh anak-anak. Garam beryodium merupakan cara
pengobatan yang jauh le- bih aman. Kebanyakan cara pengobatan rakyat untuk
penyakit gondok tidak manjur. Akan tetapi, makan kepiting atau makanan laut lainnya
dapat membantu penyembuhan karena makanan tersebut mengandung yodium.
Mencampurkan sedikitg ggang laut dalam makanan juga menambah kadar yodium.
Namun, cara termudah ialah dengan menggu- nakan garam beryodium(Pratama,
2012).
B. Etiologi Penyakit Gondok
Penyakit Gondok/ Giter sering disebut sebagai penyakit Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium(GAKY). Penyebab timbulnya GAKY adalah karena tubuh
seseorang kekurangan undur yodium secara tertus menerus dalam jangka waktu yang
lama (Dardjito dan Rahardjo, 2010)
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan defisiensi yodium
yang berlangsung lama akibat dari pola kons umsi pangan yang kurang mengonsumsi
yodium sehingga akan menggangu fungsi kelenjar tiroid, yang secara perlahan
menyebabkan kelenjar membesar sehingga menyebabkan gondok. Yodium sendiri
adalah sejenis mineral ang terdapat di alam, baik di tanah maupun di air., merupakan
zat gizi mikro yang diperlukan utnuk pertumbuhan dan perkembangan makhluk
hidup. Dalam tubuh manusia Yodium diperlukan untuk membntuk Homon Tiroksi
yang berfunsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan termasuk kecerdasan
mulai dari janin sampai dewasa (Dardjito dan Rahardjo, 2010)
Defisiensi yodium akan menguras cadangan yodium serta mengurangai
produksi tetraiodotironin/T4. Penurunan kadar T4 dalam darah memicu sekresi
Thyroid Stimulating Hormon(TSH) yang selanjutnya menyebabkan kelenjar tiroid
bekerja lebih giat sehingga fisiknya kemudian membesar (hiperplasi.) Pada saat ini
efisiensi pemompaan yodium bertambah yang dibarengi dengan percepatan
pemecahan, yodium dalam kelenjar.Kekurangan yodi um pada masa kehamilan, dan
awal kehidupan menyebabkan, perkembangan otak terhambat.Titik paling kritis
GAKY adalah trimester ke-2 kehamilan sampai dengan 3 tahun setelah lahir.GAKY
merupakan salah satu peyebab kerusakan otak yang dapat dicegah (Pratama, 2012).
Agent kimia penyebab goiter/gondok adalah goitrogen yaitu suatu zat kimia
yang dapat menggangu hormogenesis tiroid.Goitrogen menyebabakan pembesaran
kelenkar tiroid seperti yang terdapat dalam kandungan kol, lobak, padi-padian,
singkong, dan goitrin dalam rumput liar.Goitrogen juga terdapat dalam obat-obatan
seperti propylthiouraci, lithium, phenylbutazone, aminoglutethimide, expectorants
yang mengandung yodium secara berlebih (Pratama, 2012).

C. Patogenesis Penyakit Gondok


Patogenesis Gondok terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga pula penghambatan dalam pembentukan
TSH oleh hipofisis anterior.Hal tersebut memungkinakan hipofisis mensekresikan
TSH dalam jumlah yang berlebuhan.TSH kemudian meenebabakna sel-sel tiroid
mensekresikan tiroglobulin dalam jumlah yang besar (kolid) ke dalam folikel.Dan
kelenjar tumbuh makin lama makin bertambah besar. Akibat kekurangan yodium
maka tiak terjadi peningkatan pembentukan T4 dan T3 , ukuran folikel menjadi lebih
besar dan kelenjar tiroid dapat bertambah berat sekitar 300-500 gram (Wijayanti,
2010).
Selain itu goiter/gondok dapat disebabkan kelainan metabolik kongenital yang
menghambat sintesa hormon tiroid, penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia
(goitrogenic agent), proes peradangan atau gangguan autoimun seperti penyakit
Graves.Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasma dan
penghambatan sintesa hormon tiroid oleh obat-obatan misalnya thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium, gangguan metabolik misalnya goiter kolid dan goiter non
toksis (goiterendemik) (Wijayanti, 2010).

D. Gejala Penyakit Gondok
Gejala utama penyakit gondok adalah munculnya benjolan di leher. Namun,
tidak semua orang menyadari munculnya benjolan ini, terutama bila ukurannya masih
kecil dan tidak mengakibatkan perubahan kadar hormon tiroid. (Dardjito dan
Rahardjo, 2010)
Pada beberapa penderita, benjolan di leher akibat pembesaran kelenjar tiroid
dapat disertai gejala berupa:
a. Sulit menelan (disfagia)
b. Sulit bernapas
c. Suara serak dan batuk
d. Nyeri di area leher.
Selain munculnya benjolan di leher, penyakit gondok dapat mengakibatkan
perubahan pada kadar hormon tiroid dalam darah. Peningkatan hormon tiroid akan
menimbulkan gejala hipertiroid, dan sebaliknya, penurunan kadar hormon tiroid akan
menimbulkan gejala hipotiroid. Namun, kadar hormon tiroid bisa juga tetap normal,
sehingga tidak menimbulkan keluhan (Dardjito dan Rahardjo, 2010).
Bila terkena penyakit gondok, apalagi sampai mengakibatkan perubahan kadar
hormon tiroid, waspadailah beberapa gejala berikut:
1. Demam
2. Lemas
3. Mual Dan Muntah
4. Nyeri Perut
5. Diare atau Konstipasi
6. Keringat berlebihan atau merasa kedinginan
7. Berat badan meningkat atau menurun drastis
8. Sesak nafas
9. Kejang
10. Penurunan kesadaran

E. Diagnosis Penyakit Gondok


Penyakit gondok akan terlihat sebagai benjolan di leher. Dokter akan meraba
leher pasien dan meminta pasien untuk menelan, agar dapat dipastikan benjolan
tersebut adalah kelenjar tiroid. (Dardjito dan Rahardjo, 2010).
Guna memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan
berupa:
1. USG tiroid. Pemeriksaan USG tiroiddilakukan untuk mengetahui ukuran gondok
dan melihat apakah terdapat benjolan lain yang tidak dapat teraba atau terlihat
dari luar.
2. Pemeriksaan hormon. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat perubahan kadar
hormon tiroid dan hormon TSH yang memengaruhi kelenjar tiroid.
3. Pemeriksaan nuklir. Pemindaian ini dilakukan dengan terlebih dahulu
menyuntikkan zat radioaktif ke dalam pembuluh darah. Kemudian, kamera
khusus akan digunakan untuk mengambil gambar tiroid. Dengan cara ini, ukuran
dan lokasi gondok dapat terlihat lebih jelas.
4. Biopsi. Biopsi dilakukan dengan mengambil sampel jaringan atau cairan dari
kelenjar tiroid, untuk kemudian diperiksa di laboratorium.

F. Pengobatan Penyakit Gondok


Metode pengobatan penyakit gondok berbeda-beda, tergantung kepada ukuran
benjolan, kadar hormon tiroid, gejala yang dirasakan, serta penyebab yang
mendasarinya. Pada benjolan kecil yang tidak menimbulkan gejala, pengobatan tidak
diperlukan. Namun, dokter tetap akan memantau perkembangan kondisi pasien. Bagi
pasien yang kekurangan yodium, dokter akan menyarankan untuk mencukupi asupan
yodium, yaitu 150 mikrogram setiap hari. Asupan yodium bisa didapatkan dari
makanan yang tinggi yodium, seperti ikan laut, kerang, udang dan rumput laut,
atau garam beryodium (Dardjito dan Rahardjo, 2010)
Meskipun begitu, jangan mengonsumsi makanan yang mengandung yodium
secara berlebihan.Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kelebihan yodium juga dapat
memicu gondok.Oleh karena itu, sebaiknya mintalah saran dari dokter dalam
pemenuhan asupan yodium. (Dardjito dan Rahardjo, 2010)
Secara umum, penyakit gondok bisa diatasi dengan beberapa cara berikut:
a. Levotiroksin. Obat ini digunakan untuk mengatasi penyakit gondok dengan kadar
hormon tiroid yang rendah.
b. Obat antitiroid (misalnya propylthiouracil atau methimazole). Obat ini diberikan
pada penyakit gondok dengan kadar hormon tiroid yang tinggi.
c. Operasi pengangkatan tiroid. Jika ukuran gondok cukup besar hingga
menyebabkan gangguan dalam bernapas dan membuat penderita sulit menelan,
dokter dapat menganjurkan operasi pengangkatan tiroid (tiroidektomi). Prosedur
bedah ini bertujuan untuk mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar tiroid.
Operasi juga disarankan jika gondok disebabkan oleh kanker tiroid.
d. Terapi nuklir tiroid. Terapi nuklir akan menghancurkan sel-sel tiroid, sehingga
ukuran gondok mengecil. Meski demikian, metode ini dapat menyebabkan
hipotiroidisme, sehingga perlu diberikan tambahan hormon dari luar (terapi
hormon).

Komplikasi yang dapat terjadi adalah:

1. Orkitis : peradangan pada salah satu atau kedua testis dilaporkan terjadi pada 10-
20% penerita.. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang
terjadi kerusakan testis yang permanen sehingga terjadi kemandulan.
2. Ovoritis: peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut
yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan.
3. Ensefalitis atau meningitis: peradangan otak atau selaput otak. Meningitis lebih
sering terjadi daripada ensefalitis. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk,
mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan
kebanyakan akan sembuh total. Gejala yang dapat terjadi adalah sakit kepala,
demam, mual, muntah, dan meningismus. Ditandai perubahan kesadaran atau
gangguan kesadaran. Pleocytosis yang terjadi pada cairan sumsum tulang.
4. Pankreatitis: peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama.
Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan
menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.
5. Nefritis atau Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air
kemih yang kental dalam jumlah yang banyak.
6. Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi:
a. Transient myelitis
b. Polineuritis
c. Infeksi otot jantung atau miokarditis
d. Infeksi kelenjar tiroid
e. Purpura
f. Mastitis atau peradangan payudara
g. Pnemonia atau Infeksi paru-paru ini juga pernah dilaporkan sebagai
komplikasi pada penderita penyakit gondong.
h. Gangguan sensorineural telinga dan gangguan pendengaran

Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat


selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat
pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan
sejenisnya, Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko
terjadinya sindroma Reye (bisa karena pengaruh aspirin pada anak-anak) (Werner,
David. 2010)
Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita
menjalani istirahat tirah baring ditempat tidur.Rasa nyeri dapat dikurangi dengan
melakukan kompres Es pada area testis yang membengkak tersebut.Penderita yang
mengalami serangan virus apada organ pancreas (pankreatitis), dimana menimbulkan
gejala mual dan muntah sebaiknya diberikan cairan melalui infus.( Werner, David.
2010 )
Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent
gammaglobulin diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis.Terhadap virus itu
sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh anti mikroba, sehingga Pengobatan hanya
berorientasi untuk menghilangkan gejala sampai penderita kembali baik dengan
sendirinya.( Werner, David. 2010 )
Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam “self limiting disease”
(penyakit yg sembuh sendiri tanpa diobati).Penderita penyakit gondongan sebaiknya
menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak
bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak. Pemberian imunomodulator
belum terdapat laporan penelitian yang menunjukkan efektifitasnya ( Werner, David.
2010 )

G. Kaitan gizi dengan penyakit gondok


 berikut beberapa nutrisi yang dibutuhkan tiroid agar dapat berfungsi
dengan optimal.
1. Yodium. Tiroid menyerap yodium dari makanan yang Anda makan. Dibutuhkan
yodium untuk menghasilkan hormon tiroid. Jika diet Anda tidak mengandung kadar
yodium yang cukup, maka kemampuan tiroid untuk membuat hormon menjadi tidak
sehat dan ini akan berefek buruk pada seluruh kesehatan tubuh Anda.

Meskipun bisa mendapatkan yodium dengan cara mengkonsumsi garam beryodium,


namun faktanya banyak wanita usia subur kekurangan yodium karena tidak cukup
memperoleh yodium melalui diet. Jika Anda tak ingin kekurangan yodium, Anda bisa
menambahkan rumput laut ke dalam diet Anda. Rumput laut seperti nori, kombu,
wakame dan hijiki, adalah sumber alami yang kaya akan yodium. Tapi jangan
berlebihan mengkonsumsinya, karena terlalu banyak yodium juga dapat menyebabkan
masalah tiroid dan membuat gejala menjadi lebih buruk.

2. Selenium. Mineral ini dibutuhkan jika Anda ingin kelenjar tiroid Anda dapat
berfungsi dengan benar. Selenium diperlukan untuk memproduksi dan mengatur
kadar T3. Konsumsi makanan seperti kakap, tuna, betis hati, jamur shitake, udang,
cod, dan kacang Brazil secara alami kaya akan selenium.

3. Seng, Tembaga dan Zat Besi. Mineral-mineral tersebut diperlukan untuk fungsi


tiroid yang optimal. Rendahnya tingkat zinc telah dilaporkan menyebabkan rendahnya
tingkat TSH. Sementara tembaga juga dibutuhkan untuk memproduksi hormon tiroid.
Kekurangan zat besi juga dapat mengakibatkan berkurangnya efisiensi tiroid Anda.
Makanlah  hati, jamur, swiss chard, lobak dan bayam sebagai bagian dari diet harian
Anda.
4. Omega-3. Asam lemak esensial ini berperan penting untuk memastikan berfungsinya
tiroid Anda. Senyawa ini juga membantu  meningkatkan kepekaan sel-sel  hormon
tiroid. Anda bisa mendapatkan asam lemak Omega-3 dengan mengkonsumsi minyak
ikan, sarden, salmon, biji rami, daging sapi yang makan rumput, halibut, kedelai dan
udang.

5. Minyak kelapa. Ini mungkin akan terdengar aneh, tapi memasak makanan dengan
minyak kelapa akan meningkatkan tingkat metabolisme dan membantu Anda
menurunkan berat badan. Hal ini karena peran asam lemak yang terdapat dalam
minyak kelapa. Biasanya, minyak kelapa dianjurkan bagi orang yang telah didiagnosis
dengan hipotiroidisme.

6. Antioksidan dan Vitamin B. Vitamin A, C dan E merupakan antioksidan kuat yang


membantu untuk menghilangkan stres oksidatif yang dapat merusak tiroid Anda.
Anda juga harus menyertakan makanan yang kaya vitamin B. Hal ini termasuk daging
sapi, telur, ayam, ikan, seafood, apel, jeruk, aprikot, semangka, wortel, bayam, kacang
polong, tomat, lobak, tanggal, kentang, kacang-kacangan, kacang-kacangan, stroberi,
buah jeruk dan biji-bijian untuk mendapatkan vitamin A , C dan E. Sayuran berdaun
hijau, ayam, telur, kacang-kacangan, kerang, hati, bibit gandum, almond, kacang
polong, kemiri dan biji-bijian sereal kaya akan vitamin B, dan harus dimasukkan ke
dalam diet Anda untuk tiroid.

 Berikut makanan yang harus dihindari penderita sakit kelenjar tiroid:

1. Aspartam. Jika Anda menggunakan aspartam sebagai pemanis buatan, maka Anda


harus segera menghentikannya. Bahan ini  telah dikaitkan dengan penyakit Graves,
dan banyak gangguan autoimun lainnya. Kehadiran kimia dalam aspartam dapat
menyebabkan reaksi imun dalam tubuh, sehingga terjadi produksi antibodi tiroid dan
peradangan tiroid.

2. Kedelai. Kedelai mengandung isoflavongoitrogen, adalah senyawa yang mengganggu


kemampuan kelenjar tiroid bekerja optimal untuk menyerap yodium. Anda harus
menghindari makanan yang berbasis kedelai, termasuk burger kedelai, tahu, susu
kedelai, kecap, tempe, miso, dan minyak kedelai. Juga pastikan Anda tidak
mengkonsumsi makanan olahan yang mengandung kedelai sampai tiroid Anda benar-
benar sembuh.

3. Gluten. Gluten juga merupakan goitroge. Selain itu, ini juga dapat memicu respons
autoimun dalam tubuh jika Anda sensitif. Makanan dengan gluten meliputi gandum,
barley, rye, dan sebagian besar makanan olahan lain. Jadi, jauhkan makanan
mengandung gluten ini dari diet harian Anda.

4. Sayuran silangan. Ini adalah sayuran, seperti bunga kol, kubis, kubis Brussel dan
brokoli. Sayuran ini mengandung isothiocyanates yang goitrogen, yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan kerja kelenjar tiroid Anda. Ada ahli kesehatan yang
memperhitungkan bahwa mengkonsumsi sayuran silangan yang dimasak dapat
menghilangkan efek goitrogenik, dan memberikan banyak manfaat kesehatan.
Namun, berkonsultasilah dengan dokter Anda sebelum Anda memutuskan untuk
makan sayuran ini. Jika Anda melakukannya, pastikan Anda mengukus makanan ini
dengan baik .

DAFTAR PUSTAKA
Werner, David. 2010. Where There is No Doctor. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.

Dardjito dan Rahardjo 2010.Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.

Pratama Ridho, 2012. Ganguan Akibat Kekurangan Yadium. PKM-GT. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Binawan.

Wijayanti, Gratiana. 2010. Penyakit Gondok: Penyebab, Gejala, Dan Konsekuensinya Bagi
Perkembangan Janin, Anak-Anak Dan Dewasa.

Anda mungkin juga menyukai