Anda di halaman 1dari 14

Diagnosis dan Tatalaksana Kandung Kemih Overaktif

Howard A. Shaw1,2 dan Julia A. Shaw2


Rumah Sakit Santa Raphael
Fakultas Kedokteran Universitas Yale USA

1. Pendahuluan
Kandung kemih overaktif (OAB) adalah gangguan pengisian / penyimpanan dan telah
didefinisikan oleh International Continence Society sebagai “sindrom gejala yang terdiri
dari urgensi dengan atau tanpa dorongan inkontinensia urin, sering dikaitkan dengan
frekuensi berkemih dan nokturia.” (Abrams dkk., 2002) OAB telah dibagi menjadi OAB
tanpa inkontinensia urin (OAB kering) dan OAB dengan inkontinensia urin (OAB basah).
Prevalensi OAB yang dilaporkan pada wanita bervariasi antara 7,7 dan 31,3%, dan
meningkat seiring bertambahnya usia. (Irwin dkk., 2006a; McGother dkk., 2006; Milsom,
dkk., 2001; Stewart dkk., 2003; Wagg dkk., 2007)
Gejala OAB termasuk urgensi urin, frekuensi urin, nokturia, dan inkontinensia urin
urgensi. Gejala-gejala ini sering tidak terdeteksi dan tidak diobati oleh wanita dan orang
yang merawatnya, meskipun berdampak besar pada kualitas hidup wanita. (Griffiths dkk.,
2006; Mardon dkk., 2006) Dalam survei multietnis, hanya 45 persen wanita yang
melaporkan inkontinensia urin mingguan yang mencari pengobatan untuk gejala
inkontinensia mereka. (Harris dkk., 2007) Ini membuat wanita dengan inkontinensia
mengalami morbiditas psikologis dan kualitas hidup yang menurun. (Irwin dkk., 2006b)

2. Etiologi
2.1 Mikturisi normal
Siklus mikturisi yang normal meliputi inhibisi dan kontraksi otot polos detrusor,
sinyal aferen dari urothelium, kontraksi dan relaksasi dari otot polos dan otot lurik sfingter,
serta sistem saraf pusat, perifer, dan otonom.
Penyimpanan urin terjadi sekunder terhadap sinyal aferen yang distimulasi oleh
pengisian kandung kemih. Sinyal aferen tersebut mengaktifkan jalur simpatis di saraf
hipogastrik dan pudendal yang menyebabkan kontraksi otot polos dan lurik sphincter, dan
pada saat yang sama menghambat kontraksi detrusor. Selain itu, pusat kortikal diaktifkan,
(Griffiths dkk, 2007) dan menstimulasi pusat penyimpanan di pons. (Fowler dkk, 2008)
Saat pengisian kandung kemih lanjut menyebabkan peningkatan sinyal aferen dari kandung
kemih, jalur refleks spinobulbospinal dihantarkan melalui saraf pelvis dan medulla spinalis
ke pusat miksturisi pontine yang mengaktifkan jalur parasimpatis sehingga menyebabkan
kontraksi kandung kemih dan menginhibisi kontraksi simpatik dan pudendus dari sfingter
(Fowler dkk, 2008).
Agar terjadi mikturisi yang terkoordinasi, stimulasi parasimpatis detrusor terjadi
melalui reseptor muskarinik kolinergik. Kontraksi otot polos uretra terjadi terutama oleh
stimulasi reseptor alfa-adrenerigik. (Fowler dkk, 2008) Selain itu, berbagai sistem
neurotransmitter di lapisan urothelial kandung kemih dan sel-sel interstitial kandung kemih
kemungkinan memainkan peran dalam memediasi kontraksi dan relaksasi kandung kemih
melalui pensinyalan aferen. (Andersson, 2002) Interaksi yang kompleks ini menghasilkan
proses berkemih yang sesuai dan efektif. Gangguan apa pun di jalur ini dapat menyebabkan
gangguan penyimpanan dan / atau pengosongan. Overaktivitas kandung kemih mungkin
terkait dengan sumber neurogenik, miogenik, atau idiopatik.

2.2 Etiologi OAB


Etiologi OAB yang diduga adalah kontraksi kandung kemih tanpa inhibisi, tetapi
aktivitas berlebih tidak cukup untuk menyebabkan inkontinensia (mis. OAB kering). Selain
itu, gejala kebocoran mungkin disebabkan oleh faktor di luar saluran kemih bagian bawah
seperti kegagalan mekanisme kompensasi dalam saluran kemih bagian bawah (mis.
dukungan “anyaman” fasia dan otot uretra yang mengkompresi uretra ketika ada
peningkatan tekanan abdomen atau ketika otot-otot panggul berkontraksi), dan gangguan
fungsional pada beberapa pasien.

2.2.1 Etiologi Neurogenik


2.2.1.1 Lesi Suprapontine
Pasien dengan lesi suprapontine seperti pada penyakit serebrovaskular dan penyakit
Parkinson dapat hadir dengan overaktivitas detrusor. Pasien-pasien ini kehilangan inhibisi
volunter dari mikturisi kemungkinan besar akibat hilangnya inhibisi kontraksi detrusor.
(Fall, dkk, 1989) (Fall, dkk, 1995). Korteks serebral dan ganglia basal secara teori berfungsi
untuk menginhibisi refleks mikturisi. Oleh karena itu, kerusakan pada otak mengakibatkan
aktivitas kandung kemih yang berlebihan karena penurunan inhibisi suprapontine. (Koelbl
dkk, 2009)
2.2.1.2 Lesi medula spinalis
Gangguan medula spinalis di bawah level pons menyebabkan kontraksi detrusor tidak
berkelanjutan dan tidak terkoordinasi. (Koelbl dkk, 2009) Biasanya gangguan atau
kehilangan sensasi kandung kemih terjadi. Pasien dengan lesi medula spinalis di atas level
lumbosakral kehilangan kesadaran dan kontrol berkemih supraspinal. Overaktivitas
kandung kemih pada pasien ini dimediasi oleh jalur refleks spinal (deGroat dkk, 1993)
(Bros & Comarr, 1971).

2.2.2 Etiologi Non-Neurogenik


2.2.2.1 Obstruksi Aliran Keluar
Obstruksi aliran keluar berhubungan dengan aktivitas detrusor yang berlebihan.
(Koelbl dkk, 2009) Hingga 50% pasien dengan pembesaran prostat simtomatik
menunjukkan obstruksi aliran keluar kandung kemih. (de Nunzio dkk, 2003) Namun, gejala
OAB dapat terjadi secara independen pada obstruksi saluran kemih. Salah satu hipotesis
yang telah diajukan menjelaskan bagaimana obstruksi aliran keluar menyebabkan OAB dan
overaktivitas detrusor termasuk denervasi parsial.
Cedera denervasi telah terbukti meningkatkan supersensitivitas detrusor terhadap
asetilkolin. (Harrison dkk, 1987) Ini mungkin menjadi dasar dari aktivitas kandung kemih
yang tidak stabil. Namun, tidak dijelaskan bagaimana denervasi berkembang pada pasien
dengan obstruksi aliran keluar. Mungkin saja di sana adalah pengurangan aliran darah
karena peningkatan tekanan intravesika selama berkemih atau peningkatan tekanan jaringan
dinding kandung kemih yang hipertrofi selama pengisian. (Azadzoi dkk, 1996) (Greenland
& Brading, 2001)
2.2.2.2 Penuaan
Prevalensi OAB pada pria dan wanita meningkat dengan bertambahnya usia. Selain
itu, skor gejala penyimpanan meningkat dengan bertambahnya usia sementara komplians
kandung kemih menurun. (Koelbl dkk, 2009) Ini menyiratkan bahwa fungsi kandung kemih
pada kedua jenis kelamin memiliki perubahan terkait usia. (Araki dkk, 2003) Akan tetapi
terdapat kesulitan dalam menentukan perbedaan antara penyebab neurogenik dan non-
neurogenik pada lansia.
2.2.2.3 Defisiensi Estrogen
Menopause dan defisiensi estrogen terlibat dalam etiologi gejala OAB. (Koelbl dkk,
2009) Reseptor estrogen (RE) telah diidentifikasi dalam kandung kemih dan uretra.
(Blakeman dkk, 2000) Efek estrogen terhadap kontraktilitas kandung kemih belum
dijelaskan.
Namun, telah terbukti bahwa terapi penggantian estrogen dapat meningkatkan gejala
frekuensi, urgensi dan inkontinensia urgensi secara signifikan. (Eriksen & Rasmussen,
1992) Selain itu, metaanalisis efek terapi estrogen pada gejala OAB pada wanita
pascamenopause menunjukkan bahwa terapi estrogen berkaitan dengan perbaikan dalam
semua gejala OAB secara signifikan. (Cardoza dkk, 2004b) Demikianlah tampaknya
menopause berperan dalam pengembangan overaktivitas kandung kemih dan gejala OAB
pada perempuan.

2.2.3 Etiologi Idiopatik


Overaktif detrusor idiopatik adalah diagnosis eksklusi semua penyebab lain yang
diketahui. Mekanisme yang telah diusulkan untuk aktivitas detrusor idiopatik termasuk
miogenik, urothelial dan muskarinik.
2.2.3.1 Miogenik
Mills dkk, mencatat bahwa denervasi secara konsisten ditemukan dalam biopsi
detrusor pada pasien dengan overaktivitas detrusor non-neurogenik. (Mills dkk, 2000)
Mereka berhipotesis bahwa sebagian denervasi detrusor mengubah sifat otot polos, yang
menyebabkan peningkatan rangsangan dan peningkatan rangkaian antar sel. Dengan
demikian, perubahan miogenik pada kandung kemih meningkatkan kontraktilitas secara
lokal.
2.2.3.2 Urothelial
Mekanisme lain yang telah menjadi sorotan pada overaktivitas detrusor idiopatik
adalah peran urothelium dan miofibroblas suburothelial dalam aktivasi aferen. C-fiber
aferen memiliki ujung pada lapisan suburothelial dinding kandung kemih dan dapat
mencapai urothelium. (Koelbl dkk, 2009) Setelah distensi kandung kemih ATP telah
terbukti dilepaskan dari urothelium. (Ferguson dkk, 1997) Reseptor ATP pada terminal
saraf aferen distimulasi oleh pelepasan ATP untuk membangkitkan pelepasan neuron.
Telah diusulkan bahwa terdapat pengaturan mekanisme aktivasi aferen (mis. peningkatan /
pelepasan ATP meningkatkan sensitivitas saraf aferen terhadap mediator, meningkatkan
jumlah aferen saraf) dapat menyebabkan gejala OAB. (Koelbl dkk, 2009)
2.2.3.3 Muskarinik
Seperti yang dinyatakan di atas, reseptor muskarinik memainkan peran penting dalam
OAB. ATP, Asetilkolin (Ach) dan “molekul pemberi sinyal” lainnya, berinteraksi dengan
serabut saraf aferen di bawah urothelium. Distensi kandung kemih mungkin menyebabkan
pelepasan Ach (dan molekul lain) untuk menstimulasi reseptor muskarinik pada
miofibroblast (terutama M2). (Mansfield dkk, 2005) Tampaknya peningkatan pelepasan
Ach dari urothelium dan / atau peningkatan regulasi reseptor muskarinik di urothelium serta
pada suburothelial miofibroblast mungkin meningkatkan aktivitas saraf aferen dan
berkontribusi pada perkembangan aktivitas detrusor yang berlebihan. (Koelbl dkk, 2009).

3. Presentasi Klinis
Wanita dengan OAB mungkin mengalami urgensi urin pada saat tidak nyaman dan
waktu yang tidak terduga. Urgensi adalah keluhan dari keinginan mendesak yang tiba-tiba
untuk buang air kecil dan untuk sulit ditunda. Selain itu, pasien dapat mengalami
peningkatan frekuensi 24 jam didefinisikan sebagai jumlah total buang air pada siang hari
dan episode nokturia selama periode 24 jam yang telah ditentukan. Frekuensi siang hari
didefinisikan sebagai jumlah buang air kecil yang didokumentasikan mulai dari jam bangun
dan termasuk buang air kecil terakhir sebelum tidur dan buang air kecil pertama setelah
bangun dan saat pagi hari. Frekuensi dan urgensi dapat terjadi dan kebocoran urin dapat
terjadi sebelum mencapai toilet. Gejala-gejala ini mengganggu pekerjaan, kegiatan hidup
sehari-hari, keintiman, dan fungsi seksual, dan mereka juga dapat menyebabkan rasa malu
dan harga diri berkurang. (Shaw & Burrows, 2011) Banyak pasien dengan OAB memiliki
gejala yang membangunkan mereka di malam hari. Nokturia adalah keluhan yang
mengharuskan individu tersebut bangun satu kali atau lebih untuk buang air kecil pada
malam hari.

4. Diagnosis
Diagnosis dugaan OAB biasanya dapat dibuat di pusat penyedia pengobatan primer.
Pasien yang datang dengan gejala urgensi dan frekuensi urin dapat dievaluasi menggunakan
kuesioner standar, catatan harian kandung kemih, riwayat menyeluruh dan pemeriksaan
fisik, dan tes laboratorium sederhana. Pasien-pasien dengan presentasi lebih kompleks
mungkin memerlukan studi urodinamik untuk mengkonfirmasi diagnosis OAB atau
overaktivitas detrusor.
4.1 Kuesioner Gejala dan Kualitas Hidup
Salah satu aspek terpenting dari riwayat pasien adalah menetapkan dampak gejala
pada kehidupan mereka. Ini akan memandu sisa evaluasi dan keputusan pengobatan
selanjutnya. Sebagian besar skala gejala yang saat ini digunakan berfokus pada frekuensi
dari gejala yang dirasakan pasien dan seberapa mengganggu gejala yang timbul. (Basra
dkk., 2007; Coyne dkk., 2005a; Coyne dkk., 2005b) Beberapa skala tervalidasi yang lebih
baru telah dikembangkan dengan target aspek yang lebih spesifik dari OAB. Salah satunya,
skor gejala OAB, yang terdiri dari 7-item kuesioner yang mencatat semua gejala OAB
menggunakan terminologi yang konsisten. (Blaivas dkk., 2007) Selain itu, International
Continence Society (ICS) telah menerbitkan kuesioner (mis. Konsultasi Internasional
tentang Kuesioner Modular Inkontinensia (ICIQ)) (Abrams dkk, 2009))

4.2 Catatan Harian Kandung Kemih


Catatan harian kandung kemih adalah alat yang sangat baik yang dapat digunakan
untuk menilai frekuensi buang air kecil disiang hari dan malam hari, serta episode waktu
inkontinensia dan penggunaan diaper. Baru-baru ini, catatan harian kandung kemih telah
dikembangkan menjadi penilaian andal dalam tingkat dan keparahan urgensi urin dan sudah
tersedia. (Abrams dkk, 2009) Meskipun ada beberapa keterbatasan, catatan harian kandung
kemih memberikan dasar untuk membandingkan efikasi pengobatan.

4.3 Riwayat
Anamnesis yang menyeluruh harus menanyakan tentang onset, durasi, tingkat
keparahan, dan gangguan gejala saluran kemih bagian bawah. Selain itu, riwayat
pengobatan, bedah, ginekologi, dan obstetri harus diperoleh. Tanyakan tentang pengobatan
saat ini yang memengaruhi fungsi kandung kemih, terutama diuretik, alkohol, kafein,
narkotika, dan penghambat saluran kalsium.

4.4 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik harus difokuskan pada pemeriksaan abdomen dan genitourinari.
Pemeriksaan pelvis digunakan untuk mengevaluasi kekuatan otot-otot dasar pelvis dan
untuk menilai prolaps organ panggulpelvis, mobilitas uretra, dan inkontinensia urin stres.
Pemeriksaan rektal digunakan untuk menilai massa apa pun dan untuk mengevaluasi
konstipasi dan tonus anus. Pemeriksaan neurologis yang sederhana dan terfokus untuk
mengevaluasi refleks pelvis, inervasi ekstremitas bawah, dan status mental pasien untuk
melengkapi pemeriksaan fisik.

4.5 Urinalisis
Karena beberapa pasien yang datang dengan gejala akut frekuensi dan urgensi
mengalami infeksi saluran kemih, urinalisis (UA) perlu dilakukan. Selain itu UA akan
mendeteksi hematuria atau glukosuria.

4.6 Residu Pasca-Pengosongan


Residu pasca-pengosongan (PVR) dilakukan sebagai evaluasi kasar sebagai
pengukuran efisiensi evakuasi kandung kemih. Ini dapat diukur dengan ultrasonografi
kandung kemih atau kateterisasi pasca pengosongan. Meskipun tidak ada definisi
peningkatan PVR abnormal yang diterima secara universal, residu pasca pengosongan yang
tinggi (lebih dari 100 cc) dapat menjadi penyebab selanjutnya dan membutuhkan pengujian
lebih kompleks. Selain itu, pasien dengan PVR tinggi berisiko tinggi untuk retensi urin,
terutama ketika diresepkan obat-obatan antikolinergik.

4.7 Studi Urodinamik


Studi urodinamik dapat memberikan wawasan tambahan tentang patofisiologi
kandung kemih dan menjadi kunci untuk membuat diagnosis OAB dan overaktivitas
destrusor. Studi urodinamik adalah serangkaian tes klinis, seperti studi aliran, pengisian
sistometri, studi tekanan aliran dan / atau pengukuran fungsi uretra. Ini dapat
dikombinasikan dengan merekam elektromiografi (EMG) dan / atau pencitraan dengan
sinar-X atau ultrasonografi. (Abrams dkk, 2009) Tujuan dari studi urodinamik adalah
untuk memproduksi gejala pasien di bawah kondisi yang terkendali dan terukur. Menurut
Konsultasi Kontinensia Internasional ke – 4 (Abrams dkk, 2009) peran studi urodinamik
dapat:
 Untuk mengidentifikasi atau menyingkirkan faktor yang berkontribusi pada
disfungsi saluran kemih bagian bawah (LUT)
 Untuk mendapatkan informasi tentang aspek-aspek lain dari disfungsi LUT
 Untuk memprediksi konsekuensi disfungsi LUT untuk saluran kemih bagian atas
 Untuk memprediksi hasilnya, termasuk efek samping yang tidak diinginkan, dari
pengobatan yang direncanakan
 Untuk mengkonfirmasi efek intervensi atau memahami mode tindakan dari jenis
tindakan tertentu
 Untuk memahami alasan kegagalan perawatan sebelumnya pada inkontinensia urin,
atau pada disfungsi LUT secara umum.
Selain merekomendasikan peran studi urodinamik, The International Continence
Society (ICS) telah memberikan standar untuk terminologi dan teknik urodinamik (Abrams,
2002) Misalnya, overaktivitas detrusor urodinamik didefinisikan oleh ICS sebagai
“Kehilangan urin yang tidak disengaja sebagai akibat inkontinensia dari aktivitas detrusor
selama fase penyimpanan pada pengujian urodinamik.” Berikut ini adalah uraian singkat
tentang studi urodinamik yang paling umum digunakan.
4.7.1 Uroflowometri
Uroflowometri adalah pengukuran laju aliran urin yang non-invasif. Pasien buang air
kecil ke dalam flow meter secara pribadi. (Schafer, 2002) Laju aliran diukur dan
ditampilkan dalam grafik. Volume pengosongan, bentuk kurva dan laju aliran maksimum
secara otomatis digambarkan. Parameter ini menentukan apakah pasien mengosongkan
kandung kemih secara normal. Ketika sebuah rekaman abnormal diperoleh, yang terbaik
adalah mengulangi penilaian untuk reproduktifitas.

4.7.2 Sistometri Pengisian


Sistometri pengisian adalah pengukuran tekanan di dalam kandung kemih untuk
menilai kemampuan penyimpanannya. Ini melibatkan penempatan sensor tekanan ke dalam
kandung kemih dan sensor tekanan lain dari rektal atau vagina untuk mengukur tekanan
abdomen. Komputer mengurangi tekanan abdomen dari tekanan kandung kemih untuk
menyediakan grafik representasi perubahan tekanan akibat otot detrusor yang sebenarnya
untuk klinisi. Kandung kemih biasanya diisi dengan normal salin melalui saluran pengisian
transurethral dari kateter lumen ganda. Tingkat pengisian biasanya dikontrol oleh komputer
dan tekanan abdomen dan detrusor intravesikal dipantau secara grafik. Kemampuan
penyimpanan kandung kemih dinilai dan disajikan pada grafik dalam hal volume yang
diperlukan untuk memperoleh berbagai sensasi kandung kemih dari pasien, kapasitasnya,
kepatuhannya dan stabilitasnya. Fase pengisian (penyimpanan) sistometri juga merupakan
satu-satunya metode untuk menunjukkan inkontinensia stres urodinamik (USI). (Abrams
dkk, 2009)

4.7.3 Studi Tekanan Aliran (Sistometri Pengosongan)


Sistometri pengosongan adalah pengukuran mekanisme berkemih. Umumnya
penelitian ini dilakukan setelah pengisian kandung kemih selama sistometri selesai. Saat
memantau tekanan intravesikal, abdomen, dan detrusor, pasien dibiarkan buang air kecil
dan mengosongkan kandung kemih mereka pada flow meter. Pengukuran laju aliran dan
tekanan berkemih memungkinkan untuk dinilai. Pada pasien yang pengosongan kandung
kemihnya buruk, dapat ditentukan apakah alirannya buruk karena obstruksi aliran keluar
atau kontraktilitas detrusor yang buruk.

4.7.4 Profilometri Tekanan Uretra


Profilometri tekanan uretra adalah tes yang mengukur kemampuan uretra untuk
mempertahankan tekanan sepanjang uretra. Tes ini dilakukan dengan menempatkan sensor
tekanan secara transuretral ke dalam kandung kemih dan biasanya menariknya sepanjang
uretra menggunakan penarik mekanis di sebuah angka konstan. Tekanan sepanjang uretra
diukur dan diwakili dalam grafik. Tekanan maksimum yang diukur dalam uretra memberi
indikasi fungsi penutupan uretra.

4.7.5 Tekanan Titik Kebocoran Abdomen


Mirip dengan profilometri tekanan uretra, tekanan titik kebocoran abdomen
digunakan sebagai pengukuran kemampuan uretra dalam bertindak sebagai katup untuk
menyimpan urin. Tekanan intravesikal atau abdomen dinilai sementara pasien diminta
untuk meningkatkan tekanan abdomen mereka dengan valsalva atau dengan batuk. Tekanan
abdomen yang menyebabkan kebocoran urin pasien memumgkinan untuk pengukuran
tekanan penutupan uretra. Semakin besar tekanan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
kebocoran, semakin baik fungsi penutupan uretra.

5. Manajemen
Ukuran efikasi pengobatan inkontinensia urin (UI) yang paling umum digunakan
adalah pengurangan episode inkontinensia urin. Secara umum, ini dicatat sebagai
pengurangan jumlah rata-rata episode harian, pengurangan dari persen awal, atau
pengurangan kebocoran volume. Ukuran hasil lainnya yang biasa digunakan untuk OAB
adalah frekuensi urin (total jumlah buang air kecil siang dan malam hari) dan frekuensi
gejala urgensi (dengan atau tanpa kebocoran). Kesembuhan biasanya didefinisikan sebagai
tidak adanya inkontinensia urin. (Abrams, 2009)
Salah satu ukuran terpenting dari sudut pandang pasien adalah kualitas hidup. Dalam
literatur, banyak investigasi mengukur persepsi pasien terhadap peningkatan OAB, secara
umum menanyakan kepuasan, dan kualitas hidup yang spesifik dari inkontinensia urin. ICS
merekomendasikan pelaporan hasil kuesioner pasien yang telah dievaluasi ketat. (Koelbl
dkk, 2009)

5.1 Terapi Konservatif


Setelah diagnosis OAB telah dibuat, kombinasi modifikasi antara pola makan dan
gaya hidup, pelatihan kandung kemih, pelatihan otot dasar panggul (PFMT), dan
biofeedback harus direkomendasikan sebagai intervensi awal untuk OAB. (Burgio, 2002)
Badan Kebijakan dan Penelitian Pengobatan Kesehatan serta Konsultasi Internasional
Ketiga tentang Inkontinensia merekomendasikan terapi perilaku sebagai terapi lini pertama.
(Wilson dkk., 2005) Keuntungan dari metode perilaku termasuk menghindari operasi,
meningkatkan fungsi kontrol pusat kandung kemih dan tidak ada reaksi obat yang
merugikan.

5.1.1 Modifikasi Diet dan Gaya Hidup


Pendekatan akal sehat untuk perawatan pasien dengan OAB harus mencakup
konseling pasien pada modifikasi diet dan gaya hidup yang dapat memperbaiki gejala dan
kualitas hidup mereka . Secara umum, pasien harus meningkatkan kesadaran akan jumlah
dan jenis cairan yang dikonsumsi terutama yang berkaitan dengan gejala mereka. Meski
tidak dipelajari dengan baik, beberapa makanan dan minuman diyakini meningkatkan
aktivitas detrusor dan gejala OAB. Penulis merekomendasikan bahwa pasien mulai
menghilangkan satu makanan atau minuman dari daftar berikut mulai saaat ini:
 Minuman
 Beralkohol
 Kafein (Kopi, Teh)
 Berkarbonasi
 Makanan
 Tomat dan produk berbasis tomat
 Makanan pedas
 Jus jeruk dan buah-buahan
 Pemanis buatan
 Cokelat
 Sirup jagung
 Gula
 Madu
Dalam satu studi pasien dengan asupan kafein> 400 mg / hari terbukti 2,4 kali lebih
banyak memiliki kemungkinan aktivitas detrusor yang berlebihan. (Arya, dkk., 2000)
Selain itu, asupan cairan yang dibatasi telah terbukti mengurangi frekuensi dan urgensi
serta meningkatkan kualitas hidup pada pasien dengan OAB. (Milne, 2008 dan
Swithinbank dkk, 2005)
Meskipun penurunan berat badan adalah modifikasi gaya hidup yang baik, secara
umum hal itu telah terbukti secara signifikan hanya memperbaiki gejala inkontinensia urin
stres, tetapi bukan gejala OAB. Sebuah uji coba besar secara acak terhadap wanita
kelebihan berat badan dan obesitas dengan gejala inkontinensia urin mengalami program
penurunan berat badan 6 bulan intensif dibandingkan dengan kelompok dengan program
pendidikan terstruktur. (Subak dkk., 2009) Rata-rata penurunan berat badan adalah 8 persen
(7,8 kg) dan 1,6 persen (1,5 kg) masing-masing pada kelompok intervensi dan kontrol.
Penulis menemukan bahwa episode inkontinensia mingguan menurun 47 persen pada
kelompok intervensi dibandingkan dengan hanya 28 persen pada kelompok kontrol.
Dengan catatan bahwa pasien-pasien ini memiliki penurunan yang signifikan dalam
inkontinensia stres, tetapi tidak pada episode inkontinensia urgensi.

5.1.2 Pelatihan Ulang Kandung Kemih


Pelatihan kandung kemih melibatkan edukasi pasien dan jadwal berkemih di mana
interval berkemih semakin meningkat. Metode ini didasarkan pada berkemih secara
volunter sehingga menjaga volume kandung kemih rendah dan melatih sistem saraf pusat
pada otot dasar panggul untuk menghambat urgensi. Memanfaatkan catatan harian kandung
kemih pasien, frekuensi awal waktu buang air kecil didasarkan pada interval waktu terkecil
antara berkemih. Tujuan pelatihan kandung kemih adalah untuk menormalkan frekuensi
berkemih, untuk meningkatkan kontrol atas urgensi kandung kemih, untuk meningkatkan
kapasitas kandung kemih, untuk mengurangi episode inkontinensia, untuk memperpanjang
interval berkemih, dan untuk meningkatkan kepercayaan pasien dalam kontrol kandung
kemih. Jenis terapi ini aman dan mungkin bermanfaat. (Wallace dkk., 2004) Pelatihan
kandung kemih membutuhkan kepatuhan dan motivasi pasien dan mungkin tidak cocok
untuk mereka yang memiliki gangguan kognitif. Ini bisa memakan waktu dan terutama
efektif selama jam bangun. (Ouslander dkk., 2001)
Pasien dapat diinstruksikan untuk mengikuti langkah-langkah yang tercantum di
bawah ini untuk pelatihan kandung kemih: (Dimodifikasi dari DuBeau, 2011):
 Pergi ke toilet dan coba buang air kecil setiap dua jam saat Anda bangun.
 Anda tidak harus bangun di malam hari!
 Anda harus mencoba mengeluarkan urin baik Anda merasa perlu atau tidak
 Anda harus mencoba mengeluarkan urin walaupun Anda baru saja mengompol.
 Jika Anda memiliki keinginan kuat untuk pergi ke kamar mandi sebelum waktu yang
dijadwalkan:
 Berhenti, jangan lari ke kamar mandi!
 Berdiri atau duduk diam jika Anda bisa.
 SANTAI. Ambil napas dalam-dalam dan biarkan perlahan.
 Berkonsentrasi untuk membuat dorongan berkurang atau bahkan hilang, pasti
Anda bisa.
 Ketika Anda merasa bisa mengendalikan kandung kemih, berjalan perlahan ke
kamar mandi, lalu pergi.
 Pertahankan jadwal ini sampai Anda bisa menjalani dua hari tanpa kebocoran urin.
 Kemudian, tambah waktu antara perjalanan yang dijadwalkan ke toilet hingga
satu jam
 Ketika Anda bisa pergi dua hari tanpa kebocoran urin, perpanjang waktu antara
perjalanan ke toilet lagi.
 Pertahankan ini sampai Anda dapat pergi empat jam antara perjalanan ke toilet, atau
sampai Anda merasa nyaman
 Ini mungkin memakan waktu beberapa minggu.
 JANGAN GAGAL! Pelatihan kandung kemih membutuhkan waktu dan usaha,
tetapi itu adalah cara yang efektif untuk menghilangkan inkontinensia tanpa
obat atau operasi
Sebuah tinjauan pada tahun 2009 menemukan bahwa pelatihan kandung kemih mungkin
bermanfaat untuk pengobatan inkontinensia urin, tetapi penelitian definitif diperlukan untuk
mendukung kesimpulan itu. (Wallace dkk., 2004) Namun, ada sedikit kerugian dari terapi
ini.

5.1.3 Pelatihan Otot Dasar Panggul (PFMT)


PFMT melibatkan latihan yang dirancang untuk meningkatkan fungsi otot-otot dasar
panggul. Penggunaan PFMT sebagai terapi OAB berdasarkan pada teori bahwa kontraksi
otot levator ani secara refleks dapat menghambat kontraksi otot detrusor. PFMT
didefinisikan sebagai program apa pun dari kontraksi otot dasar panggul berulang volunter
(VPFMC) yang diajarkan oleh tenaga kesehatan terlatih profesional. (Wilson dkk., 2005)
Pasien diajarkan untuk menekan dasar panggul dengan tiga set 8 sampai 12 kontraksi
kecepatan lambat; masing-masing berlangsung selama enam hingga delapan detik. Latihan-
latihan ini harus dilakukan setidaknya tiga atau empat kali seminggu dan dilanjutkan
setidaknya selama 15 hingga 20 minggu. (Hay-Smith dkk., 2009)
Terdapat semakin banyak bukti untuk mendukung penggunaan PFMT untuk OAB.
Pasien dengan overaktivitas detrusor yang menyelesaikan program PFMT mengalami
pengurangan yang signifikan secara klinis dan statistik dalam episode UI harian. (Ba &
Berghmans, 2000 dan Nygaard dkk., 1996) Para peneliti ini juga melaporkan penurunan
skor urgensi yang signifikan. Skor urgensi ini didefinisikan sebagai frekuensi kebocoran (0
= tidak pernah sampai 4 = selalu) selama 9 kegiatan yang bisa memicu inkontinensia.

Anda mungkin juga menyukai