Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

IKTERIK NEONATORUM

SUSWINARTI
1930075

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

IKTERIK NEONATORUM

Pokok Bahasan : Penyakit Menular


Sub Pokok Bahasan : Ikterik Neonatorum
Hari/ Tanggal : Sabtu, 25 April 2020
Waktu/ Tempat : Pukul 09.00 WIB, Ruang Cut Nyak Dien RSUD Kanjuruhan
Sasaran : Keluarga klien di Ruang Cut Nyak Dien RSUD Kanjuruhan
Penyuluh/ penyaji : Mahasiswa Profesi Ners STIKes Kepanjen

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan sasaran dapat menginformasikan dan
mengetahui  tentang Ikterik Neonatorum sehingga dapat menjaga kesehatan dan
lingkungan sekitar.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan sasaran dapat :
a. Mengetahui pengertian dari Ikterus Neonatorum
b. Mengetahui penyebab dari Ikterus Neonatorum
c. Mengetahui tanda dan gejala dari Ikterus Neonatorum
d. Mengetahui klasifikasi dari Ikterus Neonatorum
e. Mengetahui komplikasi dari Ikterus Neonatorum
f. Mengetahui pencegahan dariIkterus Neonatorum
g. Mengetahui Penanganan dari Ikterus Neonatorum

B. Pelaksana Kegiatan
1) Topik : Penyakit Menular
2) Sasaran : Keluarga pasien di Ruang Cut Nyak Dien
3) Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab, evaluasi
4) Media dan Alat : Poster
5) Waktu dan Tempat : Pukul 09.00, Ruang Cut Nyak Dien
6) Materi : Terlampir
7) Setting tempat :

A A A A

A A A

Keterangan :
P : Penyaji
A : Audience
8) Pelaksana
Penyaji : Suswinarti

C. Kegiatan Penyuluhan

No. Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode


1. Pendahuluan/ 2 menit a. Memberikan salam a. Menjawab Ceramah
pengenalan dan perkenalan salam
b. Menjelaskan b. Memperhatikan Ceramah
kontrak waktu yang
dibutuhkan
2. Penyajian 9 menit Menjelaskan materi Memperhatikan, Ceramah
penyuluhan secara memberi dan
beruntun dan teratur tanggapan dan leaflet
Materi 1 : pendapat
a. Pengertian dari
ikterus Neonatorum
b. Penyebab dari
ikterus Neonatorum
c. Tanda dan gejala
Ikterus Neonatorum
d. Klasifikasi dari
Ikterus Neonatorum
e. Komplikasi dari
Ikterus Neonatorum
f. Pencegahan dari
ikterus Neonatorum
g. Penanganan dari
Ikterus Neonatorum
3. Tanya jawab 3 menit Memberikan Memberikan Diskusi
pertanyaan kepada tanggapan dan dan
keluarga klien tentang pertanyaan ceramah
materi yang telah dan
diberikan leaflet
4. Penutup 1 menit Salam dan memberi Menjawab salam Ceramah
kesimpulan dan
memperhatikan

D. Lampiran Materi
1. Pengertian ikterus
Ikterus Neonatorum (Bayi baru lahir berwarna kuning) adalah kondisi
munculnya warna kuning di kulit dan selaput mata pada bayi baru lahir karena
adanya bilirubin (pigmen empedu) pada kulit dan selaput mata akibat peningkatan
kadar bilirubin dalam darah (Hiperbilirubinemia) (Masmoki, 2008).

2. Penyebab Ikterus Neonatorum
Secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi sebagai berikut :
a. Produksi yang berlebihan yang melebihi kemampuan bayi untuk
mengeluarkannya. Terdapat pada hemolisis yang meningkat akibat
inkompetibleitas golongan darah. (Rh, ABO antagonis, atau defisiensi
enzim G6PD)
b. Gangguan pada proses pengambilan dan konjugasi hepar dapat disebabkan
oleh imaturasi hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin,
hypoksia, dan gangguan fungsi hepar dan infeksi
c. Gangguan dalam transportasi. Untuk dapat diangkut ke hepar bilirubin
diikat oleh albumin terlebih dahulu. Defisiensi albumin menyebabkan
lebih banayak bilirubin indirek bebas dalam darah yang mudah melekat
pada otak
d. Gangguan dalam sekresi dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau
diluar hepar, akibat penyakit hepar bawaan, infeksi atau kerusakan hepar
oleh penyebab lain. (ngastiyah, 1997 : 199)

3. Tanda dan Gejala Ikterus Neonatorum


Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Gejala
hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi 2 fase yaitu akut dan kronik:
(Susarmi, 2003).
1. Gejala akut
Gejala muncul pertama kali lebih dari 24 jam setelah lahir ,Gejala ini juga
dapat muncul menghilang dalam waktu 1 minggu untuk bayi cukup bulan dan
2 minggu pada bayi yang premature atau kurang bulan, antara lain :
a) Lethargi (Lemas)
b) Tidak ingin menghisap
c) Feses berwarna seperti dempul
d) Urin berwarna gelap
2. Gejala kronik
a) Tangisan yang melemgking (High pitch cry)
b) Kejang
c) Perut membuncit dan pembesaran hati
d) Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
e) Tampak matanya seperti berputar–putar

4. Klasifikasi Ikterus Neonatorum


Terdapat 2 jenis ikterus :ikterus fisiologis dan patologis (Mansjoer, 2002)
a) Ikterus Fisiologis
Ikterus Fisiologis adalah ikterus normal yang dialami oleh bayi baru lahir,
tidak mempunyai dasar patologis sehingga tidak berpotensi menjadi kern
ikterus .
Ikterus fisiologis memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Timbul pada hari kedua-ketiga
 Kadar bilirubin indirek (larut dalam lemak) tidak melewati 12
mg/dL pada neonatus cukup bulan dan 10 mg/dL pada kurang
bulan
 Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg/dL per
hari.
 Kadar bilirubin direk (larut dalam air) kurangdari 1 mg/dL.
 Gejala ikterus akan hilang pada sepuluh hari pertama kehidupan
 Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis
tertentu.
b) Ikterus Patologis
Ikterus Patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis dengan
kadar bilirubin mencapai suatu nil ai yang di sebut hiperbilirubinemia.
Ikterus patologis memiliki karakteristik seperti berikut:
Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.
 Ikterus dengan kadar bilirubin melebihi 12 mg/dL pada neonatus
cukup bulan dan 10 mg/dL pada neonatus lahir kurang
bulan/premature
 Ikterus dalam peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg/dL perhari
 Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
 Ikterus yang mempunyai hubungan hemolitik, infeksi atau keadaan
patologis lain yang telah diketahui
 Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg/dL.

5. Komplikasi
Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan, maka akan terjadi
penyakit kern ikterus. Kern ikterus adalah suatu sindrom neurologic yang timbul
sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi dalam sel – selotak. Kern ikterus
dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gangguan pendengaran,
keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku.
6. Pencegahan
Perlu dilakukan terutama bila terdapat factor risiko seperti riwayat
inkompatibilitas ABO sebelumnya. AAP dalam rekomendasinya mengemukakan
beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut:
1. Primer
AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan
hamper cukup bulan yang sehat.Dokter dan para medis harus memotivasi ibu
untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8 - 12 kali sehari selama beberapa hari
pertama.
Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan
proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum. Meningkatkan
frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia
yang berat pada neonatus. Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin
terjadinya proses menyusui yang baik.
AAP juga melarang pemberian cairan tambahan( air, susu botol maupun
dekstrosa ) pada neonates non dehidrasi. Pemberian cairan tambahan tidak dapat
mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin
serum.
2. Sekunder
Dokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki
risiko tinggi ikterus neonatorum.
a. Pemeriksaan Golongan Darah
Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan
Rhesus serta menjalani skrining anti bodi isoimun. Bila ibu belum pernah
menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya, sangat
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus.Apabila
golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif, perlu dilakukan pemeriksaan
darah tali pusat. Jika darah bayi bukan O, dapat dilakukan tes Coombs.
b. Penilaian Klinis
Dokter harus memastikan bahwa semua neonates dimonitor secara berkala
untuk mengawasi terjadinya ikterus. Ruang perawatan sebaiknya memiliki
prosedur standar tatalaksana ikterus. Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya
setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain.
Pada bayi baru lahir, ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga
memperlihatkan warna kulit dan subkutan. Penilaian ini harus dilakukan dalam
ruangan yang cukup terang, paling baik menggunakan sinar matahari. Penilaian
ini sangat kasar, umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki
angka kesalahan yang tinggi.Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah,
kemudian akan menjalar kekaudal dan ekstrimitas.
7. Penanganan
Penanganan pada bayi ikterus yaitu :
a. Terapi Sinar
Sinar lampu mempunyai pengaruh dalam penurunan kadar bilirubin pada bayi,
biasanya terapi sinar dilakukan dirumah sakit ,cara melakukan terapi sinar
yaitu :
1. Di usahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin .
2. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup yang dapat memamtulkan cahaya
agar tidak mengenai retina
3. Bayi diletakan 8 inci dari bawah sinar lampu
4. Posisi bayi sebaiknya diubah ubah setiap 18 jam , agar yang terkena sinar
dapat menyeluruh
5. Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam sekali
b. Terapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif
baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu
semeblum melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih
menjadi pertentangan karena efek sampingnya (lethargi.lemas). coloistrin
dapat mengurahi bilirubin dengan mengeluarkan lewat urine sehingga
menurunkan siklus enterohepatika. Terapi ini dilakukan oleh Dokter,
c. Transfusi Tukar
Untuk menurunkan kadar bilirubin indirek ,mengganti eritrosit yang dapat
dihemolisis , terapi ini dilakukan oleh dokter.
d. Terapi Sinar Matahari
Terapi dengan sinar matahari hanya terapi tambahan. Biasanya dianjurkan
setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit. Caranya, bayi dijemur selama
setengah jam dengan posisi yang berbeda-beda, seperempat jam dalam
keadaan telentang, misalnya, seperempat jam kemudian telungkup. Lakukan
antara jam 07.00 – 09.00.
e. Menyusui Bayi dengan ASI
Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan urin.
Untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti diketahui, ASI
memiliki zat – zat terbaik bagi bayi yang dapat mempelancar buang air besar
dan kecilnya.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Ilmu Kebidanan 2010 edisi 3,Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bobak.2004.buku ajaran keperawatan maternitas.jakarta:EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai