Anda di halaman 1dari 13

NAMA : AYU PUTRI ANA

NIM : 20140210059

KELAS : Agroteknologi C

EKPLORASI AGENSIA HAYATI


1. Biopestisida bahan aktif Virus

a. Nama produk : Biopestisida HaNPV (Helicoverpa armigera Nuclear


Polyhedrosis Virus).
b. Manfaat : untuk mengendalikan hama penggerek buah kapas
(Helicoverpa armigera) dan pemakan daun tembakau (S. litura) yang efektif, efisien,
dan ramah lingkungan.
c. Nama ilmiah : Nuclear Polyhedrosis Virus.
d. Klasifikasi
Nama umum : Spodoptera litura (fabricius)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Subfamily : Amphipyrinae
Genus : Spodoptera
Species : Spod
e. Morfologi virus:

Secara morfologi, NPV adalah virus yang berbentuk segi banyak dan terdapat di
dalam inclusion bodies yang disebut polihedra dan bereplikasi di dalam inti sel
(nukleus). Virus ini dapat diamati dengan menggunakan mikroskop elektron (EM),
imunoelektron microscopy (pewarnaan negatif), elektron cryomicroscopy, dan x-ray
cristalography. NPV memiliki badan inklusi berbentuk polihedral yang merupakan
kristal protein pembungkus virion dengan diameter 0.2 – 20 mm. Kristal protein ini
disebut dengan protein polihedrin yang berukuran kurang lebih 29.000 sampai 31.000
Dalton. Kristal protein ini berfungsi sebagai pelindung infektifitas partikel virus dan
menjaga viabilitasnya di alam serta melindungi DNA virus dari degradasi akibat sinar
ultra violet matahari.
f. Fungsi virus : fungsi virus ini dipandang cukup efektif dan ramah lingkungan
dalam mengendaiikan S. litura, sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat dikurangi.
memanfaatkan NP'V untuk mengendalikan hama perusak daun S. exigw pada
tanaman bawang merah, dan mampu menekan serangan ulat daun hingga 80%
Keuntungan pemakaian NP'V adalah cara kerjanya yang spesifik, hanya mematikan
satu spesies serangga saja, dan relatif aman bagi musuh alami hama. Kemampuannya
memperbanyak diri di dalam tubuh serangga memungkinkan tejadinya penyebaran
NPV secara alami dan berpotensi mengendalikan serangga dalam jangka panjang.
g. Mekanisme :
Cara penginfeksian NPV terhadap inang umumnya pada stadium larva dengan
melalui saluran pencernaan sehingga inang harus menelan virus bersama pakan.
Bagian tubuh yang peka dan menjadi sasaran infeksi adalah lapisan epitel saluran
pencernaan, sel darah, trakea, hipodermis dan sel lemak. Serangan NPV terhadap
inang terdiri atas dua tahap:
 Tahap pertama NPV menyerang usus tengah
 Tahap kedua menyerang rongga tubuh (hemocoel) dan organ-organ yang ada
didalamnya

Polyhedral virus yang tertelan oleh inang akan masuk ke dalam usus tengah dan
virion akan dilepaskan ke cairan usus tengah. Pelepasan virion akan dibantu oleh
kondisi alkali cairan pencernaan dengan pH 9,5-11,5. Selanjutnya virion yang
terlepas dari PIB menuju ke membran peritropic dari usus tengah kemudian masuk ke
dalam sel usus. Proses ini diawali dengan lepasnya selubung nukleokapsid (amplop)
sehingga yang masuk hanyalah nukleokapsid. Selanjutnya dalam sel-sel usus tepatnya
di dalam inti sel, nukleokapsid bereplikasi. Nukleokapsid keluar dari inti dan menuju
membran basal plasma kemudian keluar sel melalui proses yang disebut budding.
Keluarnya virion dari sel-sel terinfeksi juga terjadi karena sel-sel tersebut hancur
akibat serangan virus. Tahap selanjutnya, virion kemudian menyerang jaringan
didalam rongga tubuh larva, terutama sel lemak, sel-sel hemocit, matrik trakea, yang
akhirnya mengakibatkan kematian larva. Larva yang terinfeksi menunjukkan gejala
yang khas. Satu sampai dua hari setelah infeksi, larva memendek, warna mulai
berubah dan aktivitas menjadi lamban. Tetapi pada tingkat ini larva masih makan.
Pada infeksi lanjut, bagian ventral larva berwarna coklat kemerahan seperti terdapat
akumulasi cairan kecoklatan. Kulit menjadi mengkilat dan lembek, bila disentuh larva
akan pecah dan mengeluarkan cairan berwarna coklat kemerahan, baunya menyengat
dan mengandung jutaan polyhedral. Selanjutnya, larva yang akan mati menunjukkan
perilaku yang khas. Larva akan bergerak ke pucuk tanaman dan pada saat matinya
larva akan menggantung menyerupai huruf V terbalik

h. Sumber internet :
http://bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?
option=com_content&view=article&id=593:biopestisida-berbahan-aktif-
hanpv&catid=55:teknologi-inovatif-badan-litbang-pertanian&Itemid=613.
Diakses tanggal 21 februari 2016
http://infokusukses.blogspot.co.id/2014/12/mekanisme-kerja-bacillus-thuringiensis.html.
Di akses tanggal 21 fbruari 2016
https://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear_Polyhedrosis_Virus. DIakses tanggal 21 februari
2016

2. Biopestisida bahan aktif bakteri

a. Nama produk : Thuricide


b. Manfaat : Bacillus thuringiensis varietas tenebrionis menyerang kumbang
kentang colorado dan larva kumbang daun.
c. Nama ilmiah : Bacillus thuringiensis
d. Klasifikasi
Kerajaan : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Spesies : Bacillus thuringiensis
e. Morfologi
Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri patogen pada serangga. Ciri-
ciri Morfologi B. thuringiesis antara lain: mempunyai sel vegetatif berbentuk batang
dengan ukuran panjang 3 – 5 mm dan lebar 1,0 – 1,2 mm,  mempunyai flagella,
membentuk spora berbentuk oval, letaknya subterminal, berwarna hijau kebiruan dan
berukuran 1,0 – 1,3 m, spora relatif tahan terhadap pengaruh fisik dan kimia,
pembentukan spora terjadi dengan cepat pada suhu 35° - 37°C, spora mengandung
asam dipikolinik (DPA), 10-15% dari berat kering spora,  sel-sel vegetatif dapat
membentuk suatu rantai yang terdiri dari 5 - 6 sel, bersifat gram positif, aerob tetapi
umumnya anaerob fakultatif, dapat tumbuh pada media buatan, suhu untuk
pertumbuhan berkisar antara 15°- 40°C.
f. Fungsi : Mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai serangga hama.
Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman misalnya: Trichoderma sp
yang mampu mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh Gonoderma sp,
JAP (jamur akar putih), dan Phytoptora sp.
g. Mekanisme

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Heimpel (1967) diketahui bahwa B.


thuringiensis menghasilkan beberapa jenis toksin, seperti α(alfa), β(beta), γ(gamma)-
eksotoksin, dan δ(delta)-endotoksin, serta faktor louse. Peneliti lain juga
menginformasikan bahwa yang berperan penting sebagai insektisida adalah protein β-
eksotoksin dan δ-endotoksin. Apabila kondisi lingkungan tidak menguntungkan maka
B. thuringiensis akan membentuk fase sporulasi. Saat sporulasi terjadi, tubuhnya akan
terdiri dari protein Cry yang termasuk ke dalam protein kristal kelas endotoksin delta.
Pada umumnya Kristal B. thuringiensis di alam bersifat protoksin, karena adanya
aktivitas proteolisis dalam sistem pencernaan atau usus serangga sehingga mengubah
B. thuringiensis protoksin menjadi polipeptida yang lebih pendek (27-149 kd) dan
bersifat insektisidal. Kristal protein yang termakan oleh serangga akan larut dalam
lingkungan basa pada usus serangga. Pada serangga target, protein tersebut akan
teraktifkan oleh enzim pencerna protein serangga. Protein yang teraktifkan akan
menempel pada protein reseptor yang berada pada sel-sel epithelium di midgut
serangga. Penempelan tersebut mengakibatkan terbentuknya pori atau lubang kecil di
sel dalam membran saluran pencernaan dan mengganggu keseimbangan osmotik dari
sel-sel tersebut. Karena keseimbangan osmotik terganggu, sel menjadi bengkak dan
pecah dan menyebabkan matinya serangga.
h. Sumber internet :
https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2012/01/05/pemanfaatan-mikroorganisme-
dalam-bidang-pertanian/. Diakses tanggal 21 februari 2016
http://www.scribd.com/doc/217478088/Peran-Bacillus-Thuringiensis#scribd. Di
akses tanggal 22 februari 2016.

3. Biopestisida berbahan aktif jamur

a. Nama produk : natural GLIO


b. Manfaat : untuk menanggulangi penyakit tanaman yang disebabkan oleh
jamur ditanah seperti Rebah semai (Phytium sp. Rizoctonia sp.), penyakit Layu
(Fusarium sp. Pseudomonas sp.), Akar Gada/Bengkak (Plasmodiphora sp.) dll.
Gliocladium sp. dalam bentuk serbuk mengandung 1015 spora/gram. GLIO terutama
bersifat preventif (pencegahan) & mengendalikan penyakit yang berada di tanah.
c. Nama ilmiah : gliocladium sp
d. Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisi : Amastigomycota
Class : Deuteromycitina
Ordo : Hypocreales
Famili : Hypocreaceae
Genus : Gliocladium
Spesiaes : Gliocladium sp.
e. Morfologi :

konidiofor Gliocladium sp. berwarna hialin, bagian atas membentuk cabang-cabang


yang kompak, bentuk konidia Gliocladium sp. kecil, tidak simetris dan berwarna
hijau cerah. tumbuh baik pada suhu 20–35oC, suhu optimum untuk pertumbuhannya
pada suhu 25 oC, pH optimum antara 6,4 – 8. sangat toleran terhadap CO2.
koloninya berwana hijau muda dengan miselia panjang dan halus, diameter 5-8 cm
dalam waktu 5 hari di medium OA
f. Fungsi :Gliocladium sp. Merupakan agens antagonis tumbuhan yang dapat
berperan menekan populasi atau aktivitas patogen tumbuhan. Agens antagonis
patogen tumbuhan adalah patogen yang dapat menimbulkan penyakit. Agens tersebut
tidak dapat mengejar inang yang telah masuk ke dalam tanaman. Efektivitasnya dapat
dilihat dengan tidak berkembangnya penyakit tersebut. Peran antagonis Gliocladium
sp. terhadap patogen tular tanah adalah dengan cara kerja berupa parasitisme,
kompetisi, dan antibiosis. Gliocladium sp. dapat memproduksi gliovirin dan viridian
yang merupakan antibiotik yang bersifat fungisistik. Gliovirin merupakan senyawa
yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogen dan bakteri.
Sedangkan Trichoderma harsianum. Dapat menghasilkan enzim kitinase dan B-1.3-
glukanase, dengan proses antagonis parasitisme.
g. Mekanisme :Mekanisme kerja jamur Trichoderma dalam mengendalikan
mikroba patogen pada tanah adalah terjadinya kompetisi bahan makanan antara jamur
patogen dengan jamur Trichoderma dalam tanah. Adanya pertumbuhan jamur
Trichoderma yang pesat dalam tanah akan mendesak pertumbuhan patogen pada
akar. Mikoparasitisme, jamur Trichoderma merupakan jamur yang bersifat
mikoparasit, artinya jamur ini dapat menghambat pertumbuhan patogen dengan
parasitisme. Mekanisme yang terjadi Trichoderma dapat melilit hifa mikroba patogen
dan jamur ini juga mengeluarkan enzim yang mampu merombak dinding sel mikroba
patogen sehingga patogen mati. Beberapa jenis enzim pelisis yang telah diketahui
dihasilkan adalah ensim kitinase dan b -1,3 glucanase. Antibiosis, Trichoderma juga
menghasilkan antibiotik yang termasuk kelompok furanon yang dapat menghambat
pertumbuhan spora dan hifa mikroba patogen, diidentifikasikan dengan rumus kimia
3-2-hydoxyprophyl-4-2-hexadienyl)-2-5(5H)-furanon.
h. Sumber internet :
http://cabefantasticbloggres.blogspot.co.id/2012/03/jamur-trichoderma-sebagai-
agen.html. Diakses tanggal 21 februari 2016
http://kebunq.com/2013/10/natural-glio-pestisida-alami-pencegah-hama-dan-
penyakit-tanaman.html. Diakses tanggal 21 februiari 2016.
http://www.organiknusantara.com/2013/09/natural-glio.html

4. Biopestisida ekstrak tanaman MIMBA (Azzadirachta indica)

a. Nama produk : PASTI


b. Manfaat : PASTI merupakan insektisida berbahan baku nabati yang di ramu
dari bahan-bahan alami dan berasal dari bahan baku local. Efektif untuk
mengendalikan berbagai macam hama tanaman. Mengendalikan berbagai macam
hama tanaman. Berspektrum luasdan bersifat ramah lingkungan bahan aktif utama
azadirachtin.
c. Nama ilmiah : MIMBA (Azzadirachta indica)
d. Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
(tidak termasuk) : Angiospermae
Divisi : Spermatophyta
Upadivisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rutales
Famili : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Spesies : A. indica A. Juss
e. Morfologi :

Merupakan pohon yang tingi batangnya dapat mencapai 20 m. Kulit tebal, batang
agak kasar, daun menyirip genap, dan berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan
runcing, sedangkan buahnya merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Buah mimba
dihasilkan dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging
buahnya berwarna kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya
melekat kulit buah berwarna putih. Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu
kayunya tidak terdapat dalam ukuran besar.
Daun mimba tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan daun
majemuk menyirip genap. Anak daun berjumlah genap diujung tangkai, dengan jumlah
helaian 8-16. tepi daun bergerigi, bergigi, beringgit, helaian daun tipis seperti kulit dan
mudah laya. Bangun anak daun memanjang sampai setengah lancet, pangkal anak daun
runcing, ujung anak daun runcing dan setengah meruncing, gandul atau sedikit
berambut. Panjang anak daun 3-10,5 cm .
Helaian anak daun berwarna coklat kehijauan, bentuk bundar telur memanjanga
tidak setangkup sampai serupa bentuk bulan sabit agak melengkung, panjang helaian
daun 5 cm, lebar 3 cm sampai 4 cm. Ujung daun meruncing, pangkal daun miring, tepi
daun bergerigi kasar. Tulang daun menyirip, tulang cabang utama umumnya hampir
sejajar satu dengan lainnya.
f. Fungsi : Senyawa aktif yang dikandung mimba adalah azadirachtin, meliantriol
dan salanin seperti bawang dan rasanya sangat pahit. Berbentuk tepung dari daun,atau
cairan iminyak dari biji/buah. Efektif untuk mencegah makan bagi serangga dan
mencegah serangga mendekati tanaman dan bersifat sistemik. Mimba juga dapat
membuat serangga mandul, karena dapat menggangu hormon produksi dan pertumuhan
serangga. Mimba mempunyai spektrum yang luas, efektif untuk mengendalikan
serangga bertubuh lunak antara lain : belalang, thrips, ulat, wereng, kupu-kupu putih, dll.
Disamping itu mampu mengendalikan jamur (fungisida) pada tahap preventif,
menyebabkan spora jamur gagal berkecambah.
g. Mekanisme : Azadirachtin merupakan senyawa yang paling banyak terdapat dalam
biji mimba. Satu gram biji mimba mengandundung 2-4 mg azadirachtin, dimana
senyawa ini tidak mematikan serangga secara langsung, tetapi melalui mekanisme
menolak makan serta mengganggu pertumbuhan dan reproduksi serangga. Salannin
mempunyai daya kerja sebagai penghambat makan serangga. Nimbinen mempunyai
daya kerja sebagai antivirus. Sementara meliantriol mempunyai daya kerja penolak
serangga.
h. Sumber internet :
http://pertaniansehat.com/read/2012/06/12/bagaimana-membuat-pestisida-nabati.html.
Di akses tanggal 21 februari 2016.
https://id.wikipedia.org/wiki/Mimba .Diakses tanggal 21 februari 2016.

5. Biopestisida ekstrak cengkeh


a. Nama produk : CEES EC
b. Fungsi : Pestisida CEES merupakan pestisida nabati berbahan dasar minyak
cengkeh dan serei wangi yang berfungsi sebagai anti bakteri, anti jamur dan anti rayap.
Beberapa bakteri dan jamur dapat dikendalikan pestisida ini antara lain bakteri Ralstonia
solanacearum penyebab penyakit layu bakteri, bakteri Erwinia sp. penyebab busuk lunak, dan
jamur. penyebab bercak daun. Untuk anti rayap, petisida CEES dapat mengendalikan
Cryptotermes cyanocephalus yang menyebabkan kerusakan pada kayu kering maupun pada
tanaman hidup.
c. Nama ilmiah : Cengkih (Syzygium aromaticum )
d. Klasifikasi :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Angiospermae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : S. aromaticum
e. Morfologi :
Daunnya berbentuk lonjong dan berbunga pada bagian ujungnya. Termasuk daun majemuk
karena dalam satu ibu tangkai ada lebih dari satu daun. Batang dari pohon cengkeh biasanya
memiliki panjang 10-15 m. Batang berbentuk bulat (teres), permukaan batangnya kasar biasanya
memiliki cabang-cabang yang dipenuhi banyak ranting atau dapat dikatakan lebat rantingnya.
Tangkainya kira-kira1-2,5 cm .Sistem akarnya tunggang, akar ini merupakan akar pokok (berasal
dari akar lembaga) yang kemudian bercabang-cabang. Bentuk akar tunggangnya termasuk
berbentuk tombak (fusiformis) pada akar tumbuh cabang yang kecil-kecil. Biji Pohon cengkeh
mampu menghasilkan biji setelah penanaman 5 tahun. Bijinya terdiri dari kulit (spedodermis),
tali pusar (funiculus), dan inti biji (nukleus seminis). Walaupun dalam jangka 20 tahun masih
dapat menghasilkan biji, biji ini dapat dikatakan sudah tidak menguntungkan. Bunga cengkeh
muncul pada ujung ranting daun (flos terminalis) dengan tangkai pendek dan bertandan (bunga
bertangkai nyata duduk pada ibu tangkai bunga). Bunga cengkeh termasuk bunga majemuk yang
berbatas karena ujung ibu tangkainya selalu ditutup bunga. Buah Cengkeh memiliki tangkai
buah yang pada masa awal berwarna hijau dan saat sudah mekar berwarna merah. Buah cengkeh
memiliki tangkai buah yang pada masa awal berwarna hijau dan saat sudah mekar berwarna
merah.

f. Fungsi : Minyak cengkih mengandung beberapa senyawa volatil seperti eugenol,


eugenol asetat, dan metil eugenol. Dari ketiga senyawa tersebut, eugenol adalah komponen
utama penyusun minyak cengkih. Eugenol merupakan cairan tak berwarna atau kuning pucat,
bila kena cahaya matahari berubah menjadi coklat kehitaman, dan berbau spesifik. Kadar
eugenol pada minyak daun cengkih mencapai 70%, sedang pada bunga cengkih bisa mencapai
90%. Hasil penelitian membuktikan senyawa eugenol efektif mengendalikan nematoda, jamur
patogen, bakteri, dan serangga hama.
g. Mekanisme : Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau
tumbuhan yang sebenarnya yang ada di sekitar kita. Penggunaan pestisida nabati selain dapat
mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif murah apabila dibandingkan dengan
pestisida kimia. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu : Merusak perkembangan telur,
larva dan pupa, menghambat penggantian kulit, mengganggu komunikasi serangga,
menyebabkan serangga menolak makan, menghambat reproduksi serangga betina, mengurangi
nafsu makan, memblokir kemampuan makan serangga, mengusir serangga, menghambat
perkembangan patogen penyakit.
h. Sumber internet
http://bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/profile/strukturorganisasi/61berita/908-
cees-pestisida-nabati. Di akses tanggal 21 februari 2016
http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/berita-308-pestisida-nabati-dari-
cengkih.html. Di akses tanggal 21 fe bruari 2016

Anda mungkin juga menyukai