NIM : 20140210059
KELAS : Agroteknologi C
Secara morfologi, NPV adalah virus yang berbentuk segi banyak dan terdapat di
dalam inclusion bodies yang disebut polihedra dan bereplikasi di dalam inti sel
(nukleus). Virus ini dapat diamati dengan menggunakan mikroskop elektron (EM),
imunoelektron microscopy (pewarnaan negatif), elektron cryomicroscopy, dan x-ray
cristalography. NPV memiliki badan inklusi berbentuk polihedral yang merupakan
kristal protein pembungkus virion dengan diameter 0.2 – 20 mm. Kristal protein ini
disebut dengan protein polihedrin yang berukuran kurang lebih 29.000 sampai 31.000
Dalton. Kristal protein ini berfungsi sebagai pelindung infektifitas partikel virus dan
menjaga viabilitasnya di alam serta melindungi DNA virus dari degradasi akibat sinar
ultra violet matahari.
f. Fungsi virus : fungsi virus ini dipandang cukup efektif dan ramah lingkungan
dalam mengendaiikan S. litura, sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat dikurangi.
memanfaatkan NP'V untuk mengendalikan hama perusak daun S. exigw pada
tanaman bawang merah, dan mampu menekan serangan ulat daun hingga 80%
Keuntungan pemakaian NP'V adalah cara kerjanya yang spesifik, hanya mematikan
satu spesies serangga saja, dan relatif aman bagi musuh alami hama. Kemampuannya
memperbanyak diri di dalam tubuh serangga memungkinkan tejadinya penyebaran
NPV secara alami dan berpotensi mengendalikan serangga dalam jangka panjang.
g. Mekanisme :
Cara penginfeksian NPV terhadap inang umumnya pada stadium larva dengan
melalui saluran pencernaan sehingga inang harus menelan virus bersama pakan.
Bagian tubuh yang peka dan menjadi sasaran infeksi adalah lapisan epitel saluran
pencernaan, sel darah, trakea, hipodermis dan sel lemak. Serangan NPV terhadap
inang terdiri atas dua tahap:
Tahap pertama NPV menyerang usus tengah
Tahap kedua menyerang rongga tubuh (hemocoel) dan organ-organ yang ada
didalamnya
Polyhedral virus yang tertelan oleh inang akan masuk ke dalam usus tengah dan
virion akan dilepaskan ke cairan usus tengah. Pelepasan virion akan dibantu oleh
kondisi alkali cairan pencernaan dengan pH 9,5-11,5. Selanjutnya virion yang
terlepas dari PIB menuju ke membran peritropic dari usus tengah kemudian masuk ke
dalam sel usus. Proses ini diawali dengan lepasnya selubung nukleokapsid (amplop)
sehingga yang masuk hanyalah nukleokapsid. Selanjutnya dalam sel-sel usus tepatnya
di dalam inti sel, nukleokapsid bereplikasi. Nukleokapsid keluar dari inti dan menuju
membran basal plasma kemudian keluar sel melalui proses yang disebut budding.
Keluarnya virion dari sel-sel terinfeksi juga terjadi karena sel-sel tersebut hancur
akibat serangan virus. Tahap selanjutnya, virion kemudian menyerang jaringan
didalam rongga tubuh larva, terutama sel lemak, sel-sel hemocit, matrik trakea, yang
akhirnya mengakibatkan kematian larva. Larva yang terinfeksi menunjukkan gejala
yang khas. Satu sampai dua hari setelah infeksi, larva memendek, warna mulai
berubah dan aktivitas menjadi lamban. Tetapi pada tingkat ini larva masih makan.
Pada infeksi lanjut, bagian ventral larva berwarna coklat kemerahan seperti terdapat
akumulasi cairan kecoklatan. Kulit menjadi mengkilat dan lembek, bila disentuh larva
akan pecah dan mengeluarkan cairan berwarna coklat kemerahan, baunya menyengat
dan mengandung jutaan polyhedral. Selanjutnya, larva yang akan mati menunjukkan
perilaku yang khas. Larva akan bergerak ke pucuk tanaman dan pada saat matinya
larva akan menggantung menyerupai huruf V terbalik
h. Sumber internet :
http://bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?
option=com_content&view=article&id=593:biopestisida-berbahan-aktif-
hanpv&catid=55:teknologi-inovatif-badan-litbang-pertanian&Itemid=613.
Diakses tanggal 21 februari 2016
http://infokusukses.blogspot.co.id/2014/12/mekanisme-kerja-bacillus-thuringiensis.html.
Di akses tanggal 21 fbruari 2016
https://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear_Polyhedrosis_Virus. DIakses tanggal 21 februari
2016
Merupakan pohon yang tingi batangnya dapat mencapai 20 m. Kulit tebal, batang
agak kasar, daun menyirip genap, dan berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan
runcing, sedangkan buahnya merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Buah mimba
dihasilkan dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging
buahnya berwarna kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya
melekat kulit buah berwarna putih. Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu
kayunya tidak terdapat dalam ukuran besar.
Daun mimba tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan daun
majemuk menyirip genap. Anak daun berjumlah genap diujung tangkai, dengan jumlah
helaian 8-16. tepi daun bergerigi, bergigi, beringgit, helaian daun tipis seperti kulit dan
mudah laya. Bangun anak daun memanjang sampai setengah lancet, pangkal anak daun
runcing, ujung anak daun runcing dan setengah meruncing, gandul atau sedikit
berambut. Panjang anak daun 3-10,5 cm .
Helaian anak daun berwarna coklat kehijauan, bentuk bundar telur memanjanga
tidak setangkup sampai serupa bentuk bulan sabit agak melengkung, panjang helaian
daun 5 cm, lebar 3 cm sampai 4 cm. Ujung daun meruncing, pangkal daun miring, tepi
daun bergerigi kasar. Tulang daun menyirip, tulang cabang utama umumnya hampir
sejajar satu dengan lainnya.
f. Fungsi : Senyawa aktif yang dikandung mimba adalah azadirachtin, meliantriol
dan salanin seperti bawang dan rasanya sangat pahit. Berbentuk tepung dari daun,atau
cairan iminyak dari biji/buah. Efektif untuk mencegah makan bagi serangga dan
mencegah serangga mendekati tanaman dan bersifat sistemik. Mimba juga dapat
membuat serangga mandul, karena dapat menggangu hormon produksi dan pertumuhan
serangga. Mimba mempunyai spektrum yang luas, efektif untuk mengendalikan
serangga bertubuh lunak antara lain : belalang, thrips, ulat, wereng, kupu-kupu putih, dll.
Disamping itu mampu mengendalikan jamur (fungisida) pada tahap preventif,
menyebabkan spora jamur gagal berkecambah.
g. Mekanisme : Azadirachtin merupakan senyawa yang paling banyak terdapat dalam
biji mimba. Satu gram biji mimba mengandundung 2-4 mg azadirachtin, dimana
senyawa ini tidak mematikan serangga secara langsung, tetapi melalui mekanisme
menolak makan serta mengganggu pertumbuhan dan reproduksi serangga. Salannin
mempunyai daya kerja sebagai penghambat makan serangga. Nimbinen mempunyai
daya kerja sebagai antivirus. Sementara meliantriol mempunyai daya kerja penolak
serangga.
h. Sumber internet :
http://pertaniansehat.com/read/2012/06/12/bagaimana-membuat-pestisida-nabati.html.
Di akses tanggal 21 februari 2016.
https://id.wikipedia.org/wiki/Mimba .Diakses tanggal 21 februari 2016.