Anda di halaman 1dari 17

Hari/Tanggal : Selasa,7 April 2020

Tempat : online

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN
TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PENGUKURAN MUTU PRODUK HORTIKULTURA SECARA


DESTRUKTIF

Ayu Putri Ana


F152190201

TEKNOLOGI PASCAPANEN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020

1
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mutu adalah sesuatu hal yang memberikan nilai dan biasanya menjadi
unggulan suatu komoditas. Mutu hasil hortikultura segar merupakan kombinasi
dari karakteristik dan sifat-sifat yang memberikan nilai komoditas sebagai bahan
makanan dan bahan kesenangan. Oleh karena itu, mutu suatu komoditas dapat
dibedakan menjadi mutu pemasaran, mutu penyimpanan, mutu pengangkutan,
mutu pengolahan, mutu gizi, dan mutu tampilan.Pengukuran mutu dilakukan pada
komoditas wortel, jeruk, tomat, dan mentimun secara destruktif. Pengukuran ini
dilakukan untuk mengetahui mutu secara langsung terhadap parameter objek,
sehingga diperoleh data mutu secara langsung.
Hasil pengukuran dibandingkan antara satu pengukuran dengan pengukuran
lainnya. Pengukuran berat jenis menggunakan metode geometric dan metode
Archimedes, dari kedua ini dibandingkan sehingga diperoleh seberapa besar
penyimpangan dari pengukuran metode geometric terhadap objek dengan metode
Archimedes untuk memperoleh berat jenis. Penentuan posisi warna hasil
pengukuran dari setiap komoditas secara empiris dengan diagram Hunter disertai
dengan penampakan visual dari gambar objek pengamatan. Menghitung deviasi
terhadap beberapa pengukuran TPT dari beberapa titik objek pengamatan untuk
mengetehaui sebaran dari tingkat TPT yang diambil dari setiap titik dari objek
pengamatan (Anggraini R. 2014).
Rendahnya mutu buah-buahan Indonesia merupakan persoalan yang serius.
Rendahnya mutu ini terkait sangat erat dengan sistem produksi buah-buahan,
sistem panen dan penanganan pasca panen. Karena itu untuk bisa memenuhi
permintaan pasar dalam negeri dan global, masalah mutu buah-buahan harus
ditangani dengan seksama. Penerapan jaminan mutu buah-buahan harus
dikembangkan agar dapat diterapkan oleh petani buah. Uji mutu secara destruktif
buah dapat menjamin penerapan mutu buah.
Tujuan Pengamatan
Adapaun tujuan dari pengamatan ini yaitu menentukan indikator mutu
produk hortikultura meliputi dimensi, volume, berat jenis, kekerasan, total
padatan terlarut dan analisis warna. Selain itu, untuk mengetahui alat dan cara
kerja alat pengukuran mutu produk hortikultura secara destruktif.
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada pengamatan yaitu jangka sorong untuk
penentuan ukuran dimensi, timbangan digital, gelas ukur, rheometer,
refraktometer, chromameter. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu aqudes,
jeruk, mentimun, wortel, dan tomat.
Metode
Metode pengukuran yaitu pengukuran berat jenis dengan pendekatan
metode geometric dan metode Archimedes, pengukuran kekesaran dengan

2
rheometer, pengukuran total padatan terlarut (TPT) dengan refraktometer, dan
pengukuran warna dengan chromameter.
Prosedur kerja
1. Pengukuran berat jenis dengan metode Geometric dan Archimedes
start

Jeruk, Mentimun, Wortel, Tomat

Metode Geometeric Metode Archimedes

Ukur dimensi yang diperlukan dengan Masukkan air murni kedalam gelas ukur.
jangka sorong dan pengaris. Catat tinggi air dalam gelas ukur (X1)
Asumsi Persamaan dimensi volume :
Jeruk : [2 x ½ volume Bola]
Mentimun : Tabung + [2x ½ bola] Masukkan bahan secara perlahan dan hati-
Wortel : Trapesium + Kerucut hati ke dalam gelas ukur.
4. at : Volume bolaut l, Tomat,
omameter.pengukuran total padatan
terlarut (TPT) dengan refraktometer, digital, Catat perubahan tinggi air pada gelas ukur
gelas ukur, rheoTomat : Volume bola setelah bahan dimasukkan (X2).

Hitung volume
Timbang beras jenis masing-masing bahan
dan hitung berat jenisnya.

finish
finish
Gambar 1 Diagram prosedur kerja volume dan berat jenis metode Geiometric dan
Archimedes
Persamaan untuk menghitung berat jenis pendekatan volume geometric bahan :
Berat (kg )
BeratJenis 
Volume (m 3 )
Persamaan berat jenis dengan metode Archimedes :
Volume  ( X 2  X 1) ml  0.001x( X 2  X 1) m 3

2. Pengukuran kekerasan bahan

3
start

Jeruk, Mentimun, Wortel, Tomat

Plih Plunger yang sesuai dengan karakteristik bahan, dan


perhatikan sel penekan rheometer

Pilih beban maksimum dan kecepatan beban

Oprasikan plunger dengan kecepatan tetap menekan


hingga bahan tertusuk

Data pengukuran

finish

Gambar 2 Diagaram prosedur kerja pengukuran kekerasan bahan

4. Pengukuran Total Padatan Terpadu (TPT)

start

Jeruk, Mentimun, Wortel, Tomat

Pengukuran TPT diambil dari tempat pengambilan


kekerasan, diambil ekstrak juice dari bahan untuk TPT

Letakkan juice bahan pada area sensor refraktometer

Data pengukuran

finish

4
Gambar 3 Diagram prosedur kerja pengukuran total padatan terlarut (TPT)
Pengukuran total padatan terlarut (TPT) dilakukan dengan tiga kali ulangan (tiga
titik).
5. Pengukuran warna
start

Chromameter

Kalibarasi alat Chromameter

Letakkan sensor alat pada permukaan bahan

Jeruk, Mentimun, Wortel, Tomat

Data pengukuran

finish

Gambar 4 Diagram prosedur kerja pengukuran warna bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Pengamatan
Pengukuran parameter mutu yang diukur dalam praktikum adalah parameter
massa jenis, kekerasan, total padatan terlarut, dan warna.

Tabel 1 Data pemutuan pada wortel


Ulangan Pengamatan
Parameter Pengukuran
1 2 3 4 5
3
ρ Geometric (g/cm ) 0.346 0.371 1.061 0.335 0.315
ρ Archimedes (g/cm3) 0.947 1.025 0.960 0.958 1.023
Kekerasan (kgf) 7.230 6.430 6.430 6.100 6.060
TPT (*brix) 7.560 6.700 6.400 7.000 6.650
Nilai L 55.040 52.560 50.200 53.900 52.470
Nilai a 24.170 24.360 21.110 23.720 23.730
Nilai b 32.500 32.740 36.400 42.050 37.600
Keterangan: Wortel

Tabel 2 Data pemutuan pada jeruk


Parameter Pengukuran Ulangan Pengamatan

5
1 2 3 4 5
ρ Geometric (g/cm3) 1.289 1.084 1.069 1.068 1.196
ρ Archimedes (g/cm3) 0.902 0.902 0.893 0.898 0.922
Kekerasan (kgf) 2.070 1.580 2.010 1.710 2.060
TPT (*brix) 10.630 10.470 8.960 8.930 8.470
Nilai L 65.940 66.426 67.056 69.580 64.280
Nilai a 11.690 13.963 9.176 9.176 5.113
Nilai b 68.970 64.913 64.190 69.600 62.293
Keterangan: Jeruk

Tabel 3 Data pemutuan pada timun


Ulangan Pengamatan
Parameter Pengukuran
1 2 3 4 5
ρ Geometric (g/cm3) 1.058 1.102 0.992 0.908 0.988
ρ Archimedes (g/cm3) 0.984 0.922 0.913 1.230 0.615
Kekerasan (kgf) 3.070 2.530 2.770 2.880 4.260
TPT (*brix) 2.760 2.830 2.960 3.160 3.130
Nilai L 53.320 65.730 67.950 68.030 52.800
Nilai a -17.260 -11.490 -11.820 -12.940 14.980
Nilai b 30.640 27.960 26.030 29.640 27.700
Keterangan: Timun

Tabel 4 Data pemutuan pada tomat


Ulangan Pengamatan
Parameter Pengukuran
1 2 3 4 5
ρ Geometric (g/cm3) 1.142 1.135 1.165 1.125 1.055
ρ Archimedes (g/cm3) 1.013 1.025 1.060 0.919 0.980
Kekerasan (kgf) 1.530 1.510 1.260 1.700 1.260
TPT (*brix) 4.500 4.270 4.330 4.230 4.000
Nilai L 42.900 43.620 39.960 44.370 47.130
Nilai a 8.760 7.970 14.000 12.440 9.700
Nilai b 25.810 27.140 22.250 29.230 30.960
Keterangan: Tomat

Tabel 5 Data rata-rata pengukuran produk secara destruktif


Produk Pengamatan
Parameter Pengukuran
Wortel Jeruk Mentimun Tomat
3
Berta jenis Geometric (g/cm ) 0,4856 1,141 1,009 1,124
Berat jenis Archimedes (g/cm3) 0,983 0,903 0,933 0,999
Total padatan terlarut (TPT) 6,862 9,492 2,968 4,266
(oBrix)
Warna 52,834 66,656 61,566 43,596
L 23,418 9,824 -7,706 10,574
a* 36,258 65,993 28,394 27,078
b* 6,450 1,886 3,11 1,452
Kekerasan (kgf)

6
PEMBAHASAN
1. Pengukuran Berat Jenis Metode Geometric dan Archimedes
Massa jenis adalah pengukura massa setiap satuan volume benda. Massa
jenis tidak bergantung pada jumlah zat.Massa jenis berfungsi untuk menentukan
suatu zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Praktikum yang
dilakukan pada percobaan Archimedes ini adalah menghitung massa jenis pada
zat padat dan zat cair. Setelah dilakukan percobaan, didapatkan hasil bahwa massa
benda lebih berat berada diudara daripada didalam air. Ketika benda berada
diudara, tidak ada gaya apapun yang mengakibatkan massa dan benda tersebut
naik ataupun turun. Gaya yang ada hanyalah gaya gravitasi yang tidak mempunyai
pengaruh apapun terhadap massa suatu benda. Hasil pengukuran dengan metode
Geometric dan Archimedes diperoleh bahwa berat jenis pengukuran Geometric
jauh lebih kecil dibandingkan dengan Archimedes.
Hasil pengukuran pada wortel menunjukkan nilai volume yang diperoleh
tidak presisi akibat bentuk yang tidak simetris. Nilai volume mempengeruhi dari
berat jenis, dimana nilai massa berbanding dengan volume diahasilkan berat jenis.
Hal ini terlihat bahwa nilai berat jenis berdasarkan Geometric sebesar 0,4856
g/cm3, sedangkan nilai Archimedes dengan prinsip perbedaan air diperoleh
sebesar 0,983 g/cm3 , sedangkan hasil pengukuran pada jeruk dengan
membandingkan metode Geometric berdasarkan dimensi buah dan metode
Archimedes dengan prinsip volume air. Hasil pengukuran nilai volume dari jeruk,
berat jenis diukur dengan niali rasio dari massa dan volume buah. Penghitungan
metode Geometric diperoleh nilai berat jenis sebesar 1,141 g/cm 3, sedangkan
dengan metode Archimedes diperoleh berat jenis sebesar 0,903 g/cm 3 . Berat
jenis timun yang diperoleh dengan metode Geometric sebesar 1,009 g/cm 3,
sedangkan dengan metode Archimedes sebesar 0,933 g/cm 3. Hasil pengukuran
berat jenis terhadap buah tomat pendekatan metode Geometric menghasilkan nilai
lebih tinggi, yaitu sebesar 1,124 g/cm3. Faktor koreksi dengan metode Arhimedes
diperoleh sebesar 0,999 g/cm3. Gaya yang ada hanyalah gaya gravitasi yang tidak
mempunyai pengaruh apapun terhadap massa suatu benda.
Hasil pengukuran dengan metode Geometric dan Archimedes diperoleh
bahwa berat jenis pengukuran Geometric jauh lebih kecil dibandingkan dengan
Archimedes. Namun pada buah jeruk, mentimun dan tomat memperoleh hasil
pengukuran dengan metode Geometric dan Archimedes diperoleh bahwa berat
jenis pengukuran Geometric jauh lebih besar dibandingkan dengan Archimedes
hal itu disebabkan oleh oleh kesalahan paralaks pada pengukuran dimensi.
Perhitungan dengan pendekatan dimensi menggunakan pendekatan rumus volume
bola (ujung atas; ujung bawah) dan volume tabung dan Dimensi yang tidak
beraturan akan menghasilkan perhitungan yang bias terhadap nilai yang
sebenarnya. Kesalahan pengambilan data pada metode Geometric dapat meliputi
ketelitian pada saat pembacaan jangka sorong dan kesensitifan alat yang
digunakan. kesalahan pengambilan data pada metode Archimedes dapat
disebabkan karena faktor kurang hati-hatinya pada proses pencelupan komoditi ke
dalam air sehingga perhitungan yang dihasilkan menjadi bias.

2. Total Padatan Terlarut (TPT)

7
Nilai total padatan terlarut (TPT) dilakukan di 5 titik pada 5 sampel
diperoleh data dan penyimpangan (Set.Dev) untuk masing-masing produk pada
tabel 3.
Total Padatan Terlarut (oBrix)
Sampel
Wortel Jeruk Mentimun Tomat
1 7,56 10,63 2,76 4,50
2 6,70 10,47 2,83 4,27
3 6,40 8,96 2,96 4,33
4 7,00 8,93 3,16 4,23
5 6,65 8,47 3,13 4,00
Rata-rata 6,862 ± 0,445 9,492 ± 0,987 2,968 ± 0,177 4,266 ± 0,181
Total Padatan Terlarut (TPT) merupakan total unsur atau elemen mineral
yang terlarut didalam suatu larutan. TPT disebut juga dengan kadar gula total,
karena kualitas rasa manis dari buah diukur dengan pengukuran kadar gula
Hasil pengukuran Kandungan rata-rata total padatan terlarut (TPT) pada
wortel yaitu 6,862 ± 0,445 oBrix memiliki tingkat kemanisan yang tinggi.
Kandungan rata-rata total padatan terlarut pada jeruk yaitu 9,492 oBrix, hal ini
mengindikasikan bahwa kandungan gula pada jeruk cukup tinggi dan buah
memiliki potensi tingkat kemanisan yang tinggi. Hasil perhitungan kandungan
padatan terlarut pada mentimun diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,968 ± 0,177
o
Brix. Pengukuran TPT pada tomat menunjukkan nilai rata-rata TPT yaitu 4,266 ±
0,181 oBrix. Hal ini dikarenakan Perubahan nilai TPT dipengaruhi oleh lamanya
penyimpanan, suhu, dan kondisi lingkungan yang mendukung adanya respirasi
pada buah selain itu rendahnya nilai padatan terlarut pada buah mentimun
disebabkan mentimun memiliki senyama fitokimia yang berperan aktif
memberikan rasa pahit. Wortel salah satu jenis umbi-umbian yang memiliki kadar
pati sebesar ± 2 gram. Sehingga, pada saat proses fisiologi terjadi, pati yang
terdapat pada wortel hanya sedikit yang dikonversi menjadi gula.

3. Pengukuran Warna
Derajat kecerahan (L*) pada permukaan wortel berwarna orange cerah,
dengan diperoleh niali L*=52,834. Pada wortel Derajat a* diperoleh nilai
pengukuran a*=23,418 mengindikasikan warna kemarahan hal ini
mengindikasikan bahwa warna permukaan wortel yang telalu matang akan
berubah menjadi kemarah-merahan sedangkan derajat b* memperoleh nilai
perngukuran b*= 36,258 mengindikasikan warna kuning,. Hasil pengukuran
terhadap warna nilai a* jeruk yaitu sebesar a* = 9,824, hasil pengukuran jeruk
terhadap nilai b* yaitu sebesar b* = 65,993 nilai yang di peroleh dalam
pengukuran warna pada jeruk cukup besar sehingga dapat disimpulkan bahwa
permukaan kulit buah sudah mengalami kematangan. Hasil pengukuran
mentimun memiliki nilai kecerahan L* yang tinggi setelah jeruk yaitu
memperoleh hasil pengukuran derajat L* = 61,566, sedangkan derajat a*
menunjukan nilai kiri yaitu berwarna hijau dan nilai a* = -7,706. Hasil
Pengukuran tingkat warna pada tomat diperoleh derjat kecerahan L* = 43,596
pada tomat memperoleh nilai kecerahan yang paling rendah dibandingkan dengan
produk lainnya sedangkan pengukuran warna pada tomat memperoleh hasil
Derajat b* bergeser ke arah positif dengan niali b* = 27,078 yang
mengindikasikan warna kuning. Hal tersebut dikarenakan tingkat kematangan

8
membentuk permukaan tomat menjadi merah dengan menurunnya kadar klorofil
dalam tomat dapat dilihat pada diagram hunter Gambar 5. Deraja a* dan b*
kearah positif dan terus membesar dengan meningkatnya tingkat kematangan pada
buah.
Dapat dilihat pada Gambar 5 warna dari masing-masing komoditi yang
diamati. Pada mentimun diperoleh nilai L*a*b berdasarkan Diagram Hunter yang
menunjukkan warna hijau muda. Pada komoditi jeruk menampilkan nilai L*a*b
yang cenderung terang dan memiliki warna kuning. Pada Komoditi wortel pada
Diagram Hunter L*a*b menunjukkan warna jingga terang, karena masih berada
diantara warna jingga dan kuning. Sedangkan pada komoditi tomat menunjukkan
skala kecerahana yang tidak terlalu cerah dan warna kuning menuju jingga pada
Diagram Hunter L*a*b.
Posisi Produk pada Diagram Hunter

Worte
Mentimu
l
n

X Jeru
k
X X X

Toma
t

Gambar 5 Diagram Hunter


Keterangan : (x) : Posisi produk pada diagram hunter

Penampakan Fisik Produk

9
4. Pengukuran Kekerasan
Jeruk
sampel diperoleh data danTomat
Nilai kekerasan dilakukan di 5 titik pada 5 Mentimun
Wortel
penyimpangan (Set.Dev) untuk masing-masing produk pada tabel 4.
Kekerasan Produk
Sampel
Wortel Jeruk Mentimun Tomat
1 7,23 2,07 3,07 1,53
2 6,43 1,58 2,53 1,51
3 6,43 2,01 2,77 1,26
4 6,10 1,71 2,88 1,70
5 6,06 2,06 4,26 1,26
Rata-rata 6,45 ± 0,47 1,89 ± 0,23 3,10 ± 0,68 1,45 ± 0,19
Tekstur buah adalah karakteristik yang mendukung sifat fisik buah itu
sendiri. Untuk mempermudah kita mengamati buah-buahan, sebaiknya kita
melihat tekstur buah yang akan diamati. Terutama pengamatan yang tidak
menggunakan indra pengelihatan tetapi menggunakan indera peraba, pengamatan
tekstur sangat berperan penting dalam proses pengamatan.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekstur buah adalah penetrometer,
penetrometer adalah sebuah alat pengukur kekerasan yang digunakan untuk
mendeteksi tingkat kematangan pada buah buahan berdasarkan tingkat
kekerasannya, buah yang sudah matang tentu saja akan memiliki tingkat
kekerasanyang lebih rendah dibandingkan dengan buah yang masih mentah.
Kegunaan dari penetrometer buah adalah untuk mengukur kematangan buah
berdasarkan kekerasan dari buah tersebut dan menunjukan nilai kekerasannya
dalam bentuk angka sehingga dapat diketahui nilai pastinya yang dapat kita
gunakan sebagai standar nilai kematangan sesuai dengan yang kita inginkan.
Hasil pengamatan nilai kekerasan wortel memilki nilai kekerasan tertinggi
dari semua produk yaitu 6,45 kgf . nilaikekerasan jeruk keprok madu diperoleh
3,01 ± 0,04 kgf.Hasil pengukuran terhadap buah mentimun diperoleh nilai
kekerasan sebesar 3,11 kgf. Tingkat kekerasan buah pada umumnya akan
menurun selama penyimpanan. Nilai kekerasan tomat hasil pengukuran yaitu
sebesar 1,452 kgf. Buah tomat memiliki hasil pengukuran kekerasan terkecil
dibandingkan dengan buah yang lainnya, hal tersebut di karenakan nilai kekerasan
yang lebih kecil dapat dipengaruhi oleh lamanya waktu penyimpanan buah.
Penyimpanan dapat mengakibatkan respirasi yang merubah struktur fisik dan
kimia buah, sehingga buah mengalami penurunan kekerasan dengan semakin
lamanya penyimpanan (Didik 2010).
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Perbandingan berat jenis metode Geometric
relatif lebih rendah dibandingkan dengan metode Archimedes pada semua produk
pengukuran. Pengukuran buah wortel dengan metode Geometric sebesar 0,4856
g/cm3, sedangkan nilai Archimedes diperoleh sebesar 0,983 g/cm3 , pada buah
jeruk metode Geometric diperoleh nilai berat jenis sebesar 1,141 g/cm 3,
sedangkan dengan metode Archimedes diperoleh berat jenis sebesar 0,903 g/cm3.
Berat jenis timun yang diperoleh dengan metode Geometric sebesar 1,009 g/cm 3,

10
sedangkan dengan metode Archimedes sebesar 0,933 g/cm 3. Hasil pengukuran
berat jenis terhadap buah tomat pendekatan metode Geometric menghasilkan nilai
lebih tinggi, yaitu sebesar 1,124 g/cm3 sedangkan pada metode Arhimedes
diperoleh sebesar 0,999 g/cm3. Hasil parameter mutu dan mentukan kualitas
produk serta penangan pascapanen yang tepat untuk masing-masing produk.
Karakteristik produk hortikultura yang dapat diukur menggunakan metode
destruktif antara lain adalah massa jenis, kekerasan, total padatan terlarut, dan
warna.
Pengukuran berat jenis (densitas) menggunakan dua metode yang berbeda,
namun metode Archimedes memiliki nilai yang lebih mendekati dengan nilai
literatur yang digunakan sehingga pengukuran massa jenis menggunaka hukum
Archimedes dinilai lebih efektif jika dibandingankan dengan menggnakan metode
geometrik. Pengukuran Total Padatan Terlarut (TPT) pada masing-masing
komoditi menunjukkan jumlah padatan terlarut yang terdapat pada komoditi.
Semakin tinggi nilai ºBrix yang ditampilkan, maka semakin manis rasa dari
produk tersebut. Pengukuran kekerasan pada komoditi yang diukur dapat dilihat
dari karakteristik masing-masing pelapis bagian luar komoditi atau daging buah
dari komoditi tersebut.Warna yang dihasilkan dari produk yang sama
menunjukkan nilai yang berbeda-beda. Adanya perbedaan ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu seperti tingkat kematangan dari produk tersebut, faktor
memar, dan pencahayaan yang terdapat pada saat pengambilan data (Bayu et.al
2017).

11
PRAKTIKUM MANDIRI
Hasil
Tabel 6 data pemutuan buah apel
Keterangan Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Berat buah 240.4 245.3 246.5
Diameter buah 7.96 7.90 7.95
Volume Air awal ( ml) 2000 2000 2000
Volume air akhir (ml) 1800 1800 1800
Berta jenis Geometric (g/cm3) 0.910 0.950 0.937
Berat jenis Archimedes (g/cm3) 1.202 1.226 1.232

Tabel 7 data pemutuan buah jeruk


Keterangan Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Berat buah 108.7 109.4 108.3
Diameter buah 5.73 5.80 5.78
Volume Air awal ( ml) 2000 2000 2000
Volume air akhir (ml) 1930 1935 1940
Berta jenis Geometric (g/cm3) 1.114 1.071 1.072
Berat jenis Archimedes (g/cm3) 1.552 1.683 1.805

Tabel 8 data pemutuan buah tomat


Keterangan Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Berat buah 085.1 086.4 084.9
Diameter buah 5.09 5.10 5.14
Volume Air awal ( ml) 2000 2000 2000
Volume air akhir (ml) 1950 1945 1955
Berta jenis Geometric (g/cm3) 1.575 1.244 1.194
Berat jenis Archimedes (g/cm3) 1.702 1.570 1.886

Tabel 9 Data rata-rata pengukuran produk (dilakukan secara mandiri )


Produk Pengamatan
Parameter Pengukuran
Apel Jeruk Tomat
Berta jenis Geometric (g/cm3) 0.932 1.085 1.337
Berat jenis Archimedes (g/cm3) 1.220 1.680 1.719

Perhitungan
Apel
Metode Geometeric
Dimensi volume= [2 x ½ volume Bola]
2 3 3
½ volume bola ¿ x 3.14 x 3.98 =131.97 cm
3
Dimensi volume ¿ 2 x 131.97 cm3=263,94
berat(g) 240.4
Berat jenis = 3
= =0.910 cm3
volume (m ) 263.94
Metode Archimedes
Volume  ( X 2  X 1) ml  0.001x( X 2  X 1) m 3

12
volume ¿ 0.001 x ( 2000−1800 ) m 3=0.2m3
berat( g) 240.4
Berat jenis = 3
= =1202 m3=1.202 cm3
volume (m ) 0.2

Tomat
Metode Geometeric
Dimensi volume= volume Bola
4 3 3
volume bola ¿ x 3.14 x 2.545 =69.013 cm
3
Dimensi volume = 69.013 cm 3
berat( g) 085,1
Berat jenis = = =1.575 cm3
volume (m ) 69.013 cm3
3

Metode Archimedes
Volume  ( X 2  X 1) ml  0.001x( X 2  X 1) m 3

volume ¿ 0.001 x ( 2000−1950 ) m 3=0.05 m3


berat(g) 085,1
Berat jenis = 3
= =1702m 3=1.702 cm 3
volume (m ) 0.05

Jeruk
Metode Geometeric
Dimensi volume= [2 x ½ volume Bola]
2 3 3
½ volume bola ¿ x 3.14 x 2.865 =48.765 cm
3
Dimensi volume ¿ 2 x 48.765 cm3=97.53
berat( g) 108.7
Berat jenis = 3
= =1.114 cm3
volume (m ) 97.53
Metode Archimedes
Volume  ( X 2  X 1) ml  0.001x( X 2  X 1) m 3

volume ¿ 0.001 x ( 2000−1930 ) m 3=0.07 m3


berat( g) 108.7
Berat jenis = 3
= =1552 m3 =1.552cm3
volume (m ) 0.07

Penampak Fisik Produk

13
Jeruk Apel Tomat

Pembahasan
Massa jenis adalah pengukura massa setiap satuan volume benda. Massa
jenis tidak bergantung pada jumlah zat. Massa jenis berfungsi untuk menentukan
suatu zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Praktikum yang
dilakukan pada percobaan Archimedes ini adalah menghitung massa jenis pada
cair. Setelah dilakukan percobaan, didapatkan hasil bahwa massa benda lebih
berat berada diudara daripada didalam air. Ketika benda berada diudara, tidak ada
gaya apapun yang mengakibatkan massa dan benda tersebut naik ataupun turun.
Gaya yang ada hanyalah gaya gravitasi yang tidak mempunyai pengaruh apapun
terhadap massa suatu benda. Hasil pengukuran dengan metode Geometric dan
Archimedes diperoleh bahwa berat jenis pengukuran Geometric jauh lebih kecil
dibandingkan dengan Archimedes. Menurut Permadi, 2015 Perbedaan ini terlihat
jelas jika dilihat dari parameter berat jenis karena benda dengan berat jenis >1
(berat jenis air) maka benda akan tenggelam. Pembuktian ini dapat dilakukan
dengan cara memasukkan buah apel ke dalam air, apabila posisi tenggelam maka
perhitungan metode Geometric lebih mendekati nilai sebenarnya dari berat jenis.
Hasil pengukuran pada apel dengan membandingkan metode Geometric
berdasarkan dimensi buah dan metode Archimedes dengan prinsip volume air.
Hasil pengukuran diperoleh nilai volume dari apel, berat jenis yang diukur
dengan niali rasio dari massa dan volume buah. Penrhitungan dengan metode
Geometric diperoleh nilai berat jenis sebesar 0.932g/cm3, sedangkan dengan
metode Archimedes diperoleh berat jenis sebesar 1.220 g/cm 3. Hasil pengukuran
berat jenis pada buah tomat pendekatan dengan menggunakan metode Geometric
menghasilkan nilai lebih tinggi, yaitu sebesar1.337 g/cm3 sedangkan dengan
menggunakan metode Arhimedes diperoleh sebesar 1.719 g/cm3 dan hasil
pengukuran berat jenis terhadap buah jeruk pendekatan dengan menggunakan
metode Geometric menghasilkan nilai sebesar 1.085g/cm3 sedangkan dengan
metode Arhimedes diperoleh sebesar 1.680g/cm3. Hal itu disebabkan adanya gaya
dorong keatas didalam zat cair. Sehingga massa benda menjadi lebih ringan. Hasil
pengukuran dengan metode Geometric dan Archimedes diperoleh bahwa berat
jenis pengukuran Geometric jauh lebih kecil dibandingkan dengan Archimedes.
Pengukuran berat jenis menggunakan dua metode yang berbeda, namun metode
Archimedes memiliki nilai yang lebih mendekati dengan literatur dibandingkan
dengan metode Geometric sehingga pengukuran massa jenis menggunaka hukum
Archimedes dinilai lebih efektif jika dibandingankan dengan menggnakan metode
geometrik.

Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Perbandingan berat jenis metode Geometric
relatif lebih rendah dibandingkan dengan metode Archimedes pada semua produk
pengukuran.. Penghitungan metode Geometric diperoleh nilai berat jenis pada

14
apel sebesar 0.932 /cm3, sedangkan dengan metode Archimedes diperoleh berat
jenis sebesar 1.220 g/cm3. Hasil pengukuran berat jenis terhadap buah tomat
pendekatan metode Geometric menghasilkan nilai lebih tinggi, yaitu sebesar 1.337
g/cm3. Faktor koreksi dengan metode Arhimedes diperoleh sebesar 1.719 g/cm 3
Hasil pengukuran berat jenis terhadap buah jeruk pendekatan metode Geometric
menghasilkan nilai sebesar 1.085g/cm3 dan metode Arhimedes diperoleh sebesar
1.680g/cm3. Pengukuran berat jenis (densitas) menggunakan dua metode yang
berbeda, namun metode Archimedes memiliki nilai yang lebih mendekati dengan
nilai literatur yang digunakan sehingga pengukuran massa jenis menggunaka
hukum Archimedes dinilai lebih efektif jika dibandingankan dengan menggnakan
metode geometrik.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini R. 2014. Kajian Penguningan (Degreening) Pada Jeruk Keprok Madu


Terigasan Asal Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Bogor (ID) : Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Bayu MK, Rizqiati H, Nurwantoro. 2017. Analisis total padatan terlarut,
keasaman, kadar lemak, dan tingkat viskositas pada kefir optima dengan
lama fermentasi yang berbeda. Jurnal Teknologi Pangan. 1(2): 33-38
Permadi, 2015. Aplikasi Pengolahan Citra Untuk Identifikasi Kematangan
Mentimun Berdasarkan Tekstur Kulit Buah Menggunakan Metode Ekstraksi
Ciri Statistik. Jurnal : Informatika Vol. 9, No. 1 Hal 1028-1038.
Didik. 2010. Budidaya Jeruk [Internet]. [diunduh 2018 Nov 18]. Tersedia pada:
http://epetani.deptan.go.id/budidaya/budidaya-jeruk-1478.

15
LAMPIRAN

Percobaan dengan Metode Archimedes


Apel

Volume Air awal ( ml) Volume Air akhir ( ml)


Tomat

Volume Air awal ( ml) Volume Air akhir ( ml)


Jeruk

16
Volume Air awal ( ml) Volume Air akhir ( ml)

17

Anda mungkin juga menyukai