Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PERCOBAAN 1
“PENGUKURAN MASSA JENIS BENDA YANG TERBUAT DARI
LOGAM KUNINGAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR JANGKA
SORONG DAN NERACA”

Disusun Oleh :
Nama : Luthfiah Salma Auliyaa
NIM : M0320045
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa,6 Oktober 2020
Asisten Praktikum : Haya Alvinesha Puspitadindha

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNUVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
I. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Memahami proses pengukuran menggunakan jangka sorong, mikrometer
sekrup, dan neraca.
2. Memahami hubungan volume terhadap massa dari benda berbahan dasar
logam.
3. Mengukur besaran turunan massa jenis logam.
II. Dasar Teori
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas terhadap
suatu standar atau satuan ukur tertentu. Pengukuran tidak terbatas pada
kuantitas fisik, seperti panjang, waktu, dan tekanan, tetapi juga dapat untuk
mengukur semua hal, seperti tingkat ketidakpastian. Pada setiap pengukuran
akan menggunakan berbagai alat ukur, mulai dari yang sederhana dengan
ketelitian rendah hingga ketelitian yang tinggi. Salah satu prinsip yang tidak
dapat dikompromikan dari sebuat riset atau penelitian adalah pengukuran yang
benar terhadap variabel penelitian itu sendiri. Hasil dari pengukuran variable
adalah sekumpulan nilai yang disebut data. Selanjutnya data akan dianalisis
untuk menghasilkan informasi, lalu informasi tersebut akan diinterpretasikan
dan digunakan oleh pengguna hasil penetilian. Kesalahan dalam pengukuran
akan menghasilkan data yang tidak valid dan akan berujung pada hasil
penelitian yang tidak valid (Fathuroya dkk., 2017). Pengukuran akurat saat ini
merupakan suatu bagian terpenting dalam fisika. Tetapi tidak ada pengukuran
yang dapat secara mutlak, ada suatu ketidakpastian yang terkait dengan setiap
pengukuran. Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian biasa dihitung dari
setengah nilai skala terkecil dari alat ukur yang digunakan(Giancoli, 1997).
Pengukuran juga merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk
menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil membandingkannya
dengan suatu besaran yang baku yang diterima sebagai satuan(Wulandhari,
dkk., 2013). Salah satu alat ukur yang sering digunakan adalah timbangan atau
neraca. Neraca analitik sudah banyak tersedia di beberapa laboratorium.
Neraca analitik biasanya dipakai untuk menimbang dalam pembuatan larutan
atau sampel, akan tetapi hampir tidak pernah dilakukan pengujian kalibrasi
dan verifikasi kinerja secara berkala, sehingga akurasinya perlu
dipertanyakan(Tirtasari, 2017).
Dalam suatu pengukuran, tentunya kita mengenal dengan yang namanya
satuan dan besaran. Besaran yang dapat diukur dan memiliki satuan disebut
besaran fisika. Besaran sendiri dibagi menjadi dua, yaitu besaran pokok dan
besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah
didefinisikan terlebih dahulu. Sedangkan besaran turunan adalah besaran yang
satuannya diperoleh dari besaran pokok(Sugiyarto dkk., 2008). Sistem satuan
yang bisa digunakan dalam besaran pokok dan turunan adalah sistem Satuan
Internasional (SI) atau biasa dikenal dengan sistem metrik yaitu meter,
kilogram dan sekon disingkat dengan MKS(Pakiding, Tulak., 2018). Dalam SI
ditetapkan 7 besaran pokok beserta satuannya.
Tabel 1. Besaran pokok dan satuannya dalam SI

Besaran Pokok Satuan Singkatan


Panjang Meter m
Massa Kilogram kg
Waktu Sekon s
Kuat arus listrik Kelvin K
Suhu Ampere A
Intensitas cahaya Kandela Cd
Jumlah zat Mol mol
(Mukhlis, 2017)
Tabel 2. Besaran turunan dan satuannya

Besaran Turunan Rumus Satuan


Volume panjang x lebar x tinggi m , cm3, liter
3

Massa Jenis massa/volume kg/m3


Percepatan kecepatan/waktu m/s2
Gaya massa x percepatan kg.m/s2, newton
Usaha dan Energi gaya x perpindahan kg.m2/s2, joule
Daya usaha/waktu kg.m2/s3, watt
Tekanan gaya/luas kg/(m.s2), pascal
Muatan Listrik kuat arus x waktu A.s, coulomb
(Giancoli, 2001)
Jangka sorong adalah alat ukur sering digunakan untuk mengukur panjang
dan diameter dalam benda. Jangka sorong memiliki skala terkecil 0,1 mm.
Namun pada saat ini sudah banyak beredar jangka sorong yang memiliki skala
terkecil 0,05 mm dan 0,01 mm(Wulandhari dkk., 2013).
Mikrometer sekrup adalah sebuah alat ukur besaran yang cukup presisi.
Mikrometer memiliki tingkat ketelitian hingga 0,01 mm. Mikrometer sekrup
memiliki fungsi yang hampir sama dengan jangka sorong, tetapi mikrometer
sekrup digunakan untuk mengukur benda dengan ukuran yang lebih
kecil(Murdoko dkk., 2017).
Massa jenis merupakan parameter pengukuran massa benda dengan
volume yang dimilikinya. Massa jenis (densitas) akan meningkat kerapatan
ikatan massa benda dan volume yang lebih kecil. Proses massa jenis
dipenagruhi oleh bertambahnya temperatur pada benda. Dengan temperatur
yang tinggi, maka massa jenis benda kerja akan semakin mengecil. Densitas
dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:
m
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝜌) =
v

Dimana : 𝜌 = Densitas (g/cm3 atau kg/m3)

m = Massa benda (g atau kg)


v = Volume (cm3 atau m3) (Rahardja dkk., 2019)
III. Metodelogi
3.1 Alat dan Bahan Pengolahan Data
1. Set Data (1 buah)
Berfungsi sebagai acuan pengolahan data.
2. Laptop/PC (1 buah)
Berfungsi sebagai alat bantu untuk pengolahan data.
3.2 Gambar Alat dan Bahan

3.2.1. Set Data 3.2.2. Laptop/PC

3.3 Cara Kerja


Siapkan alat dan bahan berupa set data dan laptop. Pelajari materi
mengenai praktikum yang akan dilakukan. Selanjutnya jika sudah
mendapatkan data-data pengukuran yang berupa foto pengukuran yang sudah
dilakukan oleh asisten, baca hasil pengukuran terhadap logam kuningan yang
telah dilakukan oleh asisten yang menggunakan jangka sorong, mikrometer
sekrup, dan neraca melalui data atau foto yang diberikan. Yang pertama
untuk silinder pejal, baca ukuran tinggi dari data yang diberikan. Pengukuran
akan dilakukan sebanyak lima kali pengulangan. Lalu isikan data hasil
bacaan pengukuran ke dalam tabel yang disediakan, selanjutnya tinggi
silinder rata-rata dihitung. Selain ukuran tinggi, baca juga ukuran diameter
dan massa silinder dari set data yang sudah diberikan. Pengukuran yang
dilakukan juga sebanyak lima kali pengulangan, lalu isikan data hasil
pengukuran ke dalam tabel, selanjutnya hitung diameter dan massa rata-rata
dari silinder pejal tersebut menggunakan rumus jumlahkan masing-masing
semua diameter dan massa lalu masing-masing dibagi dengan banyak
percobaan yaitu lima.. Lalu langkah selanjutnya yaitu hitung ketidakpastian
dan standar deviasi dari masing-masing hasil pengukuran menggunakan
rumus pada Excel untuk mempermudah dan juga volume rata-rata dari
silinder pejal tersebut dihitung. Selanjutnya, lakukan langkah-langkah yang
sama untuk mengolah data pengukuran dari silinder berongga dan kerucut.
Tambahkan tabel untuk diameter dalam(da) dan diameter luar(db) untuk
pengukuran pada silinder berongga. Dan juga tambahkan satuan yang sesuai.
Buat tabel perhitungan di Ms. Excel untuk mempermudah perhitungan.
Perhitungan yang dilakukan dalam Ms. Excel dilakukan menggunakan
rumus-rumus yang sudah dipelajari. Setelah selesai melakukan perhitungan,
buat tabel tersendiri untuk volume dan massa untuk dibuat grafik hubungan
sumbu X sebagai massa dan sumbu Y sebagai volume. Setelah diplot ke
dalam grafik, grafik akan dibuat trendline, pilih jenis trendline linear.
Selanjutnya, aktifkan axes, axis titles, chart title, data labels, dan series untuk
memperjelas informasi dalam grafik. Untuk memunculkan persamaan, klik
intercept, lalu klik display equation on chart.
IV. Data Percobaan
Resolusi alat ukur :
a. Jangka sorong : 0.01 cm
b. Neraca : 0.01 gram
Tabel 4.1. Data pengamatan silinder pejal

Pengukura Tinggi silinder t ±∆t Diameter ±∆d (cm) Massa silinder ±∆m
n ke (cm) (g)
1. 2.25±0.001581139 3.435±0.00223606 161.28±0.00509902
8
2. 2.24±0.001581139 3.425±0.00223606 161.29±0.00509902
8
3. 2.245±0.001581139 3.435±0.00223606 161.27±0.00509902
8
4. 2.245±0.001581139 3.43±0.002236068 161.26±0.00509902
5. 2.245±0.001581139 3.425±0.00223606 161.28±0.00509902
8
∑t =11.225 ∑d =17.15 ∑m =806.38
t =2.245 d =¿3.43 m=¿ 161.276
Volume silinder pejal rata-rata V_rata-rata =20.75253243 cm³
Tabel 4.2. Data pengamatan silinder berongga

Penguku Tinggi silinder Diameter luar Diameter Massa silinder


ran ke t ±∆t (cm) dA ±∆dA (cm) dalam dB ±∆dB ±∆m (g)
(cm)
1. 2.23±0.002915 2.175±0.0025 1.19±0.005830 44.35±0.00374
476 4951 952 1657
2. 2.235±0.00291 2.18±0.00254 1.175±0.00583 44.36±0.00374
5476 951 0952 1657
3. 2.23±0.002915 2.175±0.0025 1.16±0.005830 44.36±0.00374
476 4951 952 1657
4. 2.245±0.00291 2.165±0.0025 1.16±0.005830 44.37±0.00374
5476 4951 952 1657
5. 2.24±0.002915 2.17±0.00254 1.18±0.005830 44.35±0.00374
476 951 952 1657
∑t =11.18 ∑da =10.865 ∑db =5.865 ∑m =221.79
t =2.236 d a=¿2.173 d b=¿1.173 m=¿ 44.358
Volume silinder berongga rata-rata V_rata-rata =5.878214846 cm³
Tabel 4.3. Data pengamatan kerucut

Penguku Tinggi kerucut Tinggi silinder Diameter ±∆d Massa peluru


ran ke tk ±∆tk (cm) ts ±∆ts (cm) (cm) ±∆m (g)
1. 3.31±0.02158 2.425±0.00902 1.59±0.01691 58.29±0.00374
7033 7735 1535 1657
2. 3.3±0.021587 2.405±0.00902 1.58±0.01691 58.29±0.00374
033 7735 1535 1657
3. 3.3±0.021587 2.405±0.00902 1.65±0.01691 58.28±0.00374
033 7735 1535 1657
4. 3.3±0.021587 2.41±0.009027 1.65±0.01691 58.27±0.00374
033 735 1535 1657
5. 3.41±0.02158 2.37±0.009027 1.66±0.01691 58.28±0.00374
7033 735 1535 1657
∑tk =16.62 ∑ts =12.015 ∑d =8.13 ∑m =291.41
tk =3.324 ts =2.403 d =¿1.626 m=¿ 58.282
Volume peluru rata-rata V_rata-rata =7.296326662 cm³
Tabel 4.4. Kesimpulan semua benda percobaan
No Bentuk benda m (g) v (cm3) Massa jenis
(g/cm3)
1. Silinder pejal 161.276 20.75253243 7.782101167
2. Silinder berongga 44.358 5.878214846
3. Peluru 58.282 7.296326662

V. Pembahasan
Pengukuran merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk
menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil membandingkannya
dengan suatu besaran yang baku yang diterima sebagai satuan(Wulandhari
dkk., 2013). Salah satu konsep pengukuran yang digunakan dalam percobaan
ini adalah pengukuran untuk menentukan massa jenis. Massa jenis merupakan
parameter pengukuran massa benda dengan volume yang dimilikinya. Jadi,
untuk menentukan massa jenis perlu untuk menentukan komponen-komponen
yang diperlukan untuk menentukan massa jenis tersebut terlebih dahulu.
Komponen-komponen yang diperlukan yaitu massa dan volume dari masing-
masing benda dari masing-masing pengukuran(dalam percobaan ini dilakukan
lima kali pengukuran pada masing-masing benda).
Dari pengukuran dan olah data yang dilakukan selama percobaan pada
kuningan dengan lima kali pengukuran, diperoleh grafik hubungan massa dan
volume sebagai berikut:

Hubungan Volume terhadap Massa


25

20
f(x) = 0.12850600821694 x + 0.00409409077430034
Volume (cm^3)

15
Series2
10 Linear (Series2)

0
20 40 60 80 100 120 140 160 180
Massa (g)

Gambar 5.1. Grafik hubungan volume terhadap massa


Grafik di atas menunjukkan bahwa grafik tersebut memiliki bentuk atau garis
linear yang lurus, sehingga bisa diketahui bahwa dari pengukuran dan olah
data yang dilakukan, ketika massa semakin bertambah maka volume juga akan
semakin bertambah. Dari pengukuran dan olah data yang dilakukan juga
diperoleh persamaan grafik yaitu y = 0.1285x + 0.0041, yang berarti bahwa
grafik tersebut memiliki gradien atau tingkat kemiringan 0.1285.
Setelah diketahui persamaan pada grafik dan kemiringan garis yang tentu
saja berasal dari perhitungan hubungan antara massa dan volume masing-
masing benda, bisa digunakan untuk menghitung massa jenis dari kuningan
tersebut. Dengan memanfaatkan persamaan yang ada, bisa digunakan untuk
menghitung massa jenis yaitu dengan menggunakan rumus:
1
𝜌=
m

Dimana m adalah tingkat kemiringan atau gradien. Sehingga diperoleh


massa jenis dari kuningan berdasarkan percobaan yang dilakukan adalah
7.782101167 g/cm3.
Massa jenis kuningan secara umum adalah 8.4 g/cm3(Hadi, 2015). Jika
dibandingkan dengan hasil percobaan yang sudah dilakukan, yaitu
7.782101167 g/cm3 memiliki perbedaan hasil yang signifikan yang artinya
tidak adanya kesesuaian antara hasil pengukuran dengan massa jenis kuningan
pada perhitungan hasil penelitian dengan massa jenis kuningan secara teori.
Perbedaan tersebut tentu saja tidak terjadi begitu saja, tetapi massa jenis tidak
dipengaruhi bentuk dari benda tersebut juga tidak di pengaruhi oleh massa zat
dan volume zat tersebut, jika jenis dan struktur benda sama maka massa
jenisnya sama. Perbedaan tersebut disebabkan oleh suhu. Suhu mempunyai
peran penting dalam menentukan nilai massa jenis suatu materi karena suhu
sebagai faktor koreksi yang secara fisik mempengaruhi karakteristik ikatan
dari partikel penyusun suatu materi. Ketika terjadi peningkatan suhu, maka
ikatan antar partikel penyusun materi akan merenggang sehingga
menyebabkan peningkatan volume materi yang mengakibatkan menurunnya
massa jenis suatu materi(Ridwan, Pamungkas, 2017). Dan bisa saja perbedaan
tersebut disebabkan oleh diri proses pengamatan atau penelitian itu sendiri.
Seperti keterbatasan mata pengamat atau peneliti saat membaca skala pada
alat ukur, ketidakakuratan alat ukur, angka yang digunakan untuk menghitung
massa jenis merupakan angka hasil pembulatan, atau bahkan ketidakakuratan
dalam melakukan perhitungan.
VI. Kesimpulan
1. Dengan dilakukannya percobaan pengukuran, kita bisa lebih memahami
tentang pengukuran dan alat ukur yang digunakan, seperti jangka sorong dan
neraca. Pengukuran merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk
menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil membandingkannya
dengan suatu besaran yang baku yang diterima sebagai satuan. Jangka sorong
adalah alat ukur sering digunakan untuk mengukur panjang dan diameter
dalam benda. Jangka sorong dibaca dengan memerhatikan skala utama dan
skala noniusnya. Sedangkan neraca digunakan untuk menimbang benda.
Neraca yang digunakan merupakan pada percobaan ini adalah neraca
berlengan tiga, jadi untuk membacanya yaitu dengan membaca dari lengan
yang memiliki skala ratusan, puluhan, dan satuan lalu menambahkan skala
ketiga lengan pada neraca tersebut.
2. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapat hubungan volume terhadap
massa yang bisa digunakan untuk menghitung massa jenis dari kuningan.
Dari data yang tertera, bisa disimpulkan bahwa semakin besar massa dari
sebuah benda maka akan semakin besar pula volume dari benda tersebut.
3. Besaran turunan yang didapatkan dari percobaan yaitu massa jenis kuningan
dengan dengan satuan g/cm3. Menghitung massa jenis bisa dilakukan dengan
menggunakan rumus:
m
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝜌) = , dengan m = massa (g)
v
V = volume (cm3)
Atau dengan menggunakan persamaan dari grafik hubungan massa dan
volume dengan rumus:
1
𝜌= , m = gradien
m
1
=
0,1285

= 7.782101167 g/cm3
Sehingga didapat massa jenis dari kuningan adalah 7.782101167 g/cm3.

VII. Daftar Pustaka

Fathuroya, V., Muchlisyiyah, J., Izza, N., dan Yuwono, S.S., 2017. Fisika Dasar
untuk Ilmu Pangan. Malang: UB Press.
Giancoli, D., 1997. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Giancoli, D., 2001. Fisika Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Hadi, S., 2015. Pengaruh Pelapisan Nikel (Ni) terhadap Laju Korosi pada
Impeller Pompa. Jurnal Momentum, Volume 17(1), pp. 1-5.
Mukhlis, 2017. Pembelajaran Model Inquiri Terbimbing Pada Materi Besaran dan
Satuan untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Hasil
Belajar Mahasiswa. Lantanida Journal, Volume 5(1), pp. 29-41.
Murdoko, E., Akhlis, I., dan Linuwuh, S. 2017. Pengembangan Media
Pembelajaran Alat Ukur Panjang Mikrometer Sekrup dan Jangka Sorong
untuk Siswa SMA dengan Perangkat Lunak Construct 2. Unnes Physics
Education Journal, Volume 6(3), pp. 74-79.
Pakiding, A., Tulak, H., 2018. Besaran dan Satuan Ukuran Tradisional
Masyarakat Suku Toraja. Prosiding Semkaristek, Volume 1(1), pp. 162-167.
Rahardja, I.B., Sukarman, Ramadhan, A.I., 2019. Analisis Kalori Biodiesel Crude
Palm Oil (CPO) dengan Katalis Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit
(ATKKS). Prosiding Semastek, Volume 3(1), pp. 1-12.

Ridwan, R. M., Pamungkas, G. P., 2017. Prototipe Densitometer Berdasarkan


Perbedaan Gaya Buoyancy Berbasis Sensor Piezoresistif dan Sensor Infra
Red Thermometer. Journal of Engineering and Technological Sciences,
Volume 9(1), pp. 21-28.

Sugiyarto,T., Ismawati, E., 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat


Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Tirtasari,N. L., 2017. Uji Kalibrasi (Ketidakpastian Pengukuran) Neraca


Analitik di Laboratorium Biologi FMIPA UNNES. Indonesian Journal of
Chemical Sciene, Volume 6(2), pp. 151-155.
Wulandhari, S., Sahala, S., dan Maria, H. T., 2013. Deskripsi Kesalahan Siswa
dalam Menggunakan Jangka Sorong pada Materi Pengukuran di Kelas X
SMA Negeri 1 Mempawah Hilir. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Untan, Volume 2(4), pp. 1-14.

VIII. Lampiran

Gambar screenshoot hasil perhitungan di Ms. Excel (6 gambar).


Gambar 8.1
Perhitungan pada silinder pejal, volume, dan grafik

Gambar 8.2
Perhitungan pada silinder pejal, volume, dan grafik

Gambar 8.3
Perhitungan pada silinder berongga
Gambar 8.4
Perhitungan pada silinder berongga

Gambar 8.5
Perhitungan pada peluru
Gambar 8.6
Perhitungan pada peluru

Anda mungkin juga menyukai