Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN


PANGAN DAN HORTIKULTURA

PENGUKURAN LAJU RESPIRASI BUAH DAN SAYUR


(JAGUNG MANIS, MANGGA, DAN TOMAT)

Disusun oleh :
Ayu Putri Ana
F152190201

Dosen Praktikum:
Prof Usman Ahmad, MAgr

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PASCAPANEN


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018

1
1. PENDAHULUAN
Latar blakang
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya buah-buahan dan sayuran.
Indonesia bahkan merupakan salah satu produsen buah terbesar di dunia. Sayuran
dan buah-buahan merupakan produk holtikultura dan tergolong kedalam bahan
makanan yang sangat mudah rusak. Hal ini disebabkan karena sayur dan buah
memiliki kadar air yang tinggi, proses respirasi yang terus berlangsung pada pasca
panen, dan adanya aktivitas enzim-enzim dan hormon yang mengkatalis terjadinya
kerusakan pada bahan
Respirasi merupakan perombakan bahan yang lebih kompleks di dalam sel
seperti pati, gula dan asam organic dengan bantuan oksigen menjadi molekul yang
lebih sederhana, seperti karbondioksida, air, sekaligus energy dan molekul lainnya
yang bias digunakan sel dalam reaksi sintesa. Setelah dipanen produk hortikultura
masih melakukan proses respirasi. Kegiatan respirasi ini merupakan metabolism
yang penting, karena selama proses respirasi produk hortikultura mengalami
beberapa perubahan nyata secara fisik maupun kimia yang umumnya terdiri dari
perubahan warna, tekstur, bau, tekanan turgor sel, zat pati, protein, senyawa turunan
fenol dan asam-asam organik (Winarno, 2002). Reaksi yang terjadi pada proses
respirasi sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + energi
Winarno (2002) menambahkan, respirasi adalah suatu proses metabolisme
yang menggunakan oksigen (O2) untuk perombakan senyawa kompleks seperti
pati, gula, protein, lemak dan asam organik yang meghasilkan molekul-molekul
yang lebih sederhana yaitu karbondioksida (CO2), air (H2O) dan energi panas yang
dapat digunakan untuk reaksi sintesa. Terdapat 3 fase dalam proses respirasi, yaitu
perombakan polisakarida menjadi gula-gula sederhana, oksidasi gula-gula
sederhana tersebut menjadi asam piruvat, dan transformasi aerobik asam piruvat
dan asam-asam organik lainnya menjadi karbondioksida, air dan energi.
Konsentrasi CO2 akan meningkat dan O2 menurun akibat interaksi dari respirasi
komoditi yang dikemas dan permeabilitas bahan kemasan terhadap kedua gas
tersebut. Penggunaaan film plastik sebagai bahan kemasan produk yang mudah
rusak, akan dapat memperpanjang daya simpannya, menghambat penurunan susut
bobot, meningkatkan citra produk, menghindari kerusakan saat pengangkutan, dan
sebagai alat promosi (Hasbullah 2007).

Tujuan
1. Menentukan laju respirasi produk hortikultura.
2. Mengetahui peralatan dan cara pengoperasian alat pengukur laju respirasi.
3. Mengetahui metode pengukuran laju respirasi.

2
II. METODOLOGI

Alat dan bahan


Bahan yang diamati laju respirasinya adalah tomat dengan warna merah 10 –
20% dan 70 – 90%, mentimun dan jeruk masing – masing 1.5kg. alat yang
digunakan untuk mengukur laju respirasi yaitu kosmotektor. Stoples berukuran
3310 ml digunakan sebagai wadah buah yang akan diamati laju respirasinya. Lilin
untuk melapisi tutup stoples agar tidak ada kebocoran gas. Timbangan digital
digunakan untuk mengukur berat buah.
Prosedur kerja
Prosedur kerja disajikan dalam bentuk diagram alir berikut ini.
a. Diagram alir pengujian laju respirasi

Tomat Jagung Manis Mangga


a

Pembersihan

Menimbang 500 gram bahan

Mengukur volume 500 gram


bahan dengan prinsipArchimedes

Mengeringkan air yang


menempel pada buah

Memasukkan bahan kedalam


stoples berukuran 3310 ml

Menutup stoples dan melapisi


sekeliling tutup stoples dengan lilin

Menutup selang plastik dengan penjepit

Mengukur gas CO2 dan O2 dengan kosmotektor


setelah disimpan 1, 2, 3, 4, 5 Jam

Melakukan pengukuran kembali hingga 3 kali


ulangan

Selesai
3
b. Diagram alir pengujian proses respirasi ( praktikum mandiri)

mulai

Tomat dan Alpukat

Masukkan buah masing-masing ke dalam


plastik dan plastik diikat hingga tidak ada
udara yang masuk

Amati selama 1, 2, 3,4,5 jam


untuk laju respirasi yang terjadi

Selesai

III HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tabel 1 Laju respirasi jagung manis
Perubahan
Berat buah Volume Laju Respirasi
Volume O2 CO2 Gas
Toples dalam bebas Jam (ml/kg.jam) RQ
(ml) (%) (%) (%/jam)
toples (kg) (ml)
O2 CO2 O2 CO2
320 2980 1 19.5 3.42 1.50 3.39 51.944 117.392 2.26
320 2980 2 17.5 5.00 3.50 4.97 121.202 172.106 1.42
A 0.86055 320 2980 3 15.4 9.52 5.60 9.49 193.922 328.629 1.69
320 2980 4 18.0 5.30 3.00 5.27 103.887 182.495 1.76
320 2980 5 18.2 4.48 2.80 4.45 96.961 154.099 1.59
320 2980 1 18.0 3.94 3.00 3.91 104.514 136.216 1.30
0.85539 320 2980 2 18.3 4.12 2.70 4.09 94.062 142.487 1.51
B 320 2980 3 16.3 7.46 4.70 7.43 163.738 258.846 1.58
320 2980 4 17.8 5.04 3.20 5.01 111.481 174.538 1.57
320 2980 5 17.8 5.16 3.20 5.13 111.481 178.718 1.60

4
Tabel 2 Laju respirasi mangga
Perubahan Laju
Berat buah Volume Gas Respirasi
Volume O2 CO2
Toples dalam bebas Jam (%/jam) (ml/kg.jam) RQ
(ml) (%) (%)
toples (kg) (ml)
O2 CO2 O2 CO2
306 2994 1 18.8 1.96 2.20 1.93 53.477 46.914 0.88
306 2994 2 18.8 2.30 2.20 2.27 53.477 55.179 1.03
A 1.2317 306 2994 3 18.8 2.96 2.20 2.93 53.477 71.222 1.33
306 2994 4 18.5 1.94 2.50 1.91 60.770 46.428 0.76
306 2994 5 19.4 2.48 1.60 2.45 38.893 59.554 1.53
306 2994 1 18.8 2.96 2.20 2.93 51.621 68.749 1.33
306 2994 2 19.2 2.92 1.80 2.89 42.235 67.811 1.61
B 1.276 306 2994 3 19.2 2.92 1.80 2.89 42.235 67.811 1.61
306 2994 4 18.8 3.74 2.20 3.71 51.621 87.051 1.69
306 2994 5 19.5 2.56 1.50 2.53 35.196 59.364 1.69

Tabel 3 Laju respirasi tomat


Perubahan
Berat buah Volume Laju Respirasi
Volume O2 CO2 Gas RQ
Toples dalam bebas Jam (ml/kg.jam)
(ml) (%) (%) (%/jam)
toples (kg) (ml)
O2 CO2 O2 CO2
107 3193 1 20.50 0.54 0.50 0.51 19.327 19.714 1.02
107 3193 2 20.45 0.68 0.28 0.65 10.823 25.125 2.32
A 0.82604 107 3193 3 20.50 0.64 0.17 0.61 6.571 23.579 3.59
107 3193 4 20.50 0.72 0.13 0.69 5.025 26.671 5.31
107 3193 5 17.60 4.00 0.68 3.97 26.285 153.458 5.84
107 3193 1 20.10 1.20 0.90 1.17 33.529 43.588 1.30
107 3193 2 19.00 1.60 2.00 1.57 74.510 58.490 0.79
B 0.85707 107 3193 3 19.60 2.90 1.40 2.87 52.157 106.921 2.05
107 3193 4 18.50 3.30 2.50 3.27 93.137 121.823 1.31
107 3193 5 18.50 3.20 2.50 3.17 93.137 118.098 1.27

Pembahasan
Respirasi merupakan proses menghirup oksigen dari udara serta
mengeluarkan karbon dioksida dan uap air (Saktiyono, 2004). Begitu juga dengan
buah yang terus mengalami proses respirasi meskipun telah dipanen dan disimpan
selama beberapa saat. Proses respirasi yang dialami oleh buah yang diamati pada
praktikum ini dapat diukur dengan menggunakan metode laju respirasi. Pengukuran
laju respirasi produk hortikultura dapat dilakukan dengan mengukur produksi CO2
atau konsumsi O2 dengan menggunakan kosmotektor. Dalam pembahasan ini akan
disajikan pengukuran laju respirasi berdasarkan laju konsumsi CO2.
Pengukuran laju respirasi dengan menggunakan sistem tertutup, yaitu:
tutup stoples yang digunakan dilubangi dengan diameter 1 cm sebanyak dua buah
dan pada lubang tersebut dimasukkan selang plastik sepanjang 30 cm. Pada
pertemuan selang plastik dengan penutup stoples diberi lem dan lilin malam untuk
menghindari kebocoran gas. Buah dan sayur yang digunakan dalam praktikum yaitu

5
jagung manis, mangga, dan tomat segar dibersihkan dan dipilih yang memiliki
bentuk fisik yang baik dan seragam, kemudian ditimbang dan dimasukkan ke
dalam stoples dan ditutup rapat. Untuk menghindari kebocoran gas, antara
penutup dan leher stoples diberi lilin malam dan selang plastiknya ditekuk dan
dijepit. Pengukuran kandungan gas dilakukan tiap 1 jam sekali selama 5 jam.
Setelah dilakukan pengukuran, stoples dibuka untuk mengembalikan udara
ke kondisi normal.
Toples A : berat buah 0.86055
Laj u R espi rasi J agung Mani s
350.000
300.000
Laju Respirasi

250.000
200.000
150.000 O2
100.000
CO2
50.000
0
1 2 3 4 5
Waktu (Jam)

Toples B : berat buah 0.85539


Laju Respirasi Jagung Manis
300.000
250.000
Laju Respirasi

200.000
150.000
O2
100.000
50.000 CO2

0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu (Jam)

Grafik 1. Laju respirasi jagung manis pada toples A & toples B


Hasil pengamatan dan perhitungan laju respirasi jagung manis pada beberapa
tingkat penyimpanan disajikan pada Grafik 1 menunjukkan bahwa jumlah rata-rata
CO2 jagung manis meningkat pada jam ke 3 pada toples A sebesar 328.629
ml/kg.jam sedangkan pada toples B sebesar 258.846 ml/kg dan penurunan drastis
terjadi pada jam ke 4 pada toples A dan B. Sedangkan jumlah O2 semakin lama
semakin berkurang pada jam ke 4 dan ke 5 pada toples A dan B, hal ini dikarenakan
jumlah O2 yang tersedia di gunakan untuk melakukan respirasi. Jumlah CO2 yang
dihasilkan pada jam ke 3 lebih besar dari pada jam ke 1 ,2, 4, dan 5. Hal ini dapat
disebabkan karena terjadinya disorganisasi sel yang ditandai dengan meningkatnya
permeabelitas sel membran seluler dan meningkatnya keempukan daging buah
sehingga merangsang aktivitas nzim respiratoris (Solomos, 1983 dalam Asrofi,
1986). Kondisi demikian menyebabkan terjadinya peningkatan proses metabolisme

6
dalam jaringan, sehingga sayuran dapat membusuk. Menurunnya jumlah CO2 yang
dihasilkan dapat disebabkan karena menurunnya konsentrasi ADP yang bersifat
sebagai akseptor fosfat dan terjadinya kerusakan mitokondria (Winarno dan
Kartakusuma,1981). Konsentrasi ADP yang menurun dan kerusakan mitokondria
menyebabkan ATP yang dihasilkan juga menurun. ATP yang berfungsi sebagi
penyuplai energi dalam bentuk fosfat berenergi tinggi dengan cara memecah
ikatan fosfatnya (Wills et al., 1981 dalam Asrofi, 1986). Karena ATP menurun,
maka energi yang dapat digunakan untuk melangsungkan reaksi metabolik
selanjutnya juga menurun. Keadaan demikian menyebabkan jumlah CO2 yang
dihasilkan semakin menurun.
Pada Tabel 1 menunjukkan nilai RQ jagung manis yang disimpan
memperoleh nilai RQ jagung manis hampir seluruhnya bernilai 1.0 hal ini
menunjukkan bahwa proses metabolisme berlangsung secara normal menggunakan
substrat karbohidrat, protein atau lemak dengan ketersediaan oksigen yang cukup.
Komponen terbesar pada jagung manis setelah air adalah karbohidrat. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa substrat yang digunakan untuk proses respirasi
sebagian besar adalah karbohidrat. Pada kondisi respirasi anaerobik umumnya
nilai RQ lebih besar dari satu.
Toples A
Laj u R espi rasi Mangga
80.000
70.000
Laju Respirasi

60.000
50.000
40.000
30.000 O2
20.000 CO2
10.000
0
1 2 3 4 5

Waktu (Jam)

Toples B
Laj u R espi rasi M angga
100.000
Laju Respirasi

80.000
60.000
40.000 O2
20.000 CO2
0
1 2 3 4 5

Waktu (Jam)

Grafik 2. Laju respirasi Mangga pada toples A & toples B

7
Laju respirasi pada buah Mangga disajikan pada Grafik 2. Dapat dilihat
bahwa pada Mangga jumlah CO2 pada toples A meningkat pada jam ke 3 yaitu
sebesar 71.222 ml/kg.jam sedangkan pada toples B pada jam ke 4 sebesar 87.051
ml/kg.jam. sedangkan jumlah O2 terus menurun pada jam ke 5. Komposisi gas yang
utama dalam mempengaruhi respirasi adalah oksigen, karbondioksida, dan etilen
(Kays, 1991). Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa komposisi O 2
rendah dan CO2 tinggi akan menghambat laju respirasi. Pantastico et.al 1986
menyatakan bahwa etilen dapat mempercepat proses respirasi dan
pembentukannya sekaligus didorong oleh laju respirasi. Dengan mengubah
konsentrasi gas O2 menjadi 3% dari 22% dan meningkatkan konsentrasi
CO2 menjadi 4% dari keadaan normal, buah dan sayuran tidak mengalami
efek kerusakan dan memperlambat proses pematangan selama beberapa hari
(Liyod Ryall et al., 1982 dalamTubagus, 1993).
Respirasi membutuhkan O2 dan menghasilkan zat sisa metabolisme berupa
uap air, CO2, dan panas sebagai entropi (energi panas yang tidak termanfaatkan).
Kuosien respirasi (respiratory quotient) merupakan perbandingan CO2 terhadap
O2. Pada Tabel 2 menunjukkan nilai RQ Mangga yang disimpan memperoleh nilai
RQ jagung manis hampir seluruhnya bernilai 1.0 hal ini menunjukkan bahwa proses
metabolisme berlangsung secara normal menggunakan substrat karbohidrat, protein
atau lemak dengan ketersediaan oksigen yang cukup. Pada kondisi respirasi
anaerobik umumnya nilai RQ lebih besar dari satu. Pada tabel 2 terdapat nilai RQ
< 1 pada toples A dijam ke-1 dan ke-4 hal ini dikarenakan lebih banyak O2 yang
diperlukan untuk mengubah karbon menjadi CO2 dan hidrogen menjadi H2O. Nilai
RQ tidak dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan yang diharapkan.
Kondisi ini disebabkan ada berbagai reaksi dalam sel yang tidak berkaitan langsung
dengan respirasi (Wiraatmaja 2016).

Toples A
Laju Respirasi Tomat
180.000
160.000
140.000
laju Respirasi

120.000
100.000
80.000 O2
60.000
CO2
40.000
20.000
0
1 2 3 4 5
Waktu (jam)

8
Toples B

Laju Respirasi Tomat


140.000
120.000
Laju Respirasi

100.000
80.000
60.000 O2
40.000 CO2
20.000
0
1 2 3 4 5
Waktu (jam)

Grafik 3. Laju respirasi Tomat pada toples A & toples B


Pengamatan laju respirasi buah tomat dengan tingkat kemasakan sekitar 70
%-90 % ditunjukkan pada gambar 4. Dari gambar tersebut diketahui bahwa tomat
merupakan buah yang tergolong dalam jenis buah klimakterik. Buah klimakterik
adalah buah yang mengalami kenaikan produksi CO2 secara mendadak, kemudian
menurun secara cepat. Buah klimakterik mengalami peningkatan laju respirasi
pada akhir fase kemasakan, sedang pada buah non klimakterik tidak terjadi
peningkatan laju respirasi pada akhir fase pemasakan. Dapat dilihat pada gambar,
peningkatan jumlah CO2 terus mengalami peningkatan pada toples A pada jam ke
5 yaitu 153.458 ml/kg.jam sedangkan pada toples B meningkat pada jam ke 4 yaitu
sebesar 121.823 ml/kg.jam. dan O2 mengalami penurunan, Hal ini karena O2
digunakan untuk proses repirasi. Pantastico, (1986) menyatakan laju respirasi yang
tinggi biasanya disertai oleh umur simpan yang pendek. Meningkatnya laju
respirasi akan menyebabkan perombakan senyawa seperti karbohidrat pada buah
dan menghasilkan CO2, energi dan air yang menguap melalui permukaan kulit
tomat dan menyebabkan kehilangan bobot. Laju respirasi yang tinggi juga
mempercepat pematangan yang berpengaruh terhadap warna tomat dan degradasi
tekstur selama penyimpanan (Roiyana et al. 2012; Andriani et al. 2018).
Pada Tabel 3 menunjukkan nilai RQ tomat yang disimpan memperoleh nilai
hampir seluruhnya bernilai 1.0 hal ini menunjukkan bahwa proses metabolisme
berlangsung secara normal menggunakan substrat karbohidrat, protein atau lemak
dengan ketersediaan oksigen yang cukup. Komponen terbesar pada tomat setelah
air adalah karbohidrat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa substrat yang
digunakan untuk proses respirasi sebagian besar adalah karbohidrat. Pada
kondisi respirasi anaerobik umumnya nilai RQ lebih besar dari satu. Pada Tabel 3
terdapat nilai RQ < 1 pada toples B di jam ke-2 hal ini dikarenakan lebih banyak
O2 yang diperlukan untuk mengubah karbon menjadi CO2 dan hidrogen menjadi
H2O. Nilai RQ tidak dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan yang
diharapkan. Kondisi ini disebabkan ada berbagai reaksi dalam sel yang tidak
berkaitan langsung dengan respirasi (Wiraatmaja 2016).

9
Komoditi Waktu Keterangan

Belum
1 jam
berembun

Berembun
2 jam
sedikit

Berembun
3 jam
agak banyak

Berembun di
didalam
6 jam seluruh
permukaan
plastik

Tabel 4. Pengamatan pada buah Tomat

10
Komoditi Waktu Keterangan

Belum
1 jam
berembun

Berembun
2 jam
samar-samar

Berembun
4 jam
sedikit

Berembun di
didalam
7 jam seluruh
permukaan
plastik

Tabel 5. Pengamatan pada buah Alpukad


Penanganan pasca panen yang dapat dilakukan untuk memperlambat
pematangan buah dan mempertahankan mutu buah adalah dengan cara
memperlambat proses respirasi dan menahan gas etilen yang terbentuk. Cara yang
dapat dilakukan untuk menghambat proses respirasi dan memperpanjang umur
simpan pada buah diantaranya adalah dengan cara penyimpanan yang paling
sederhana adalah dengan pengemasan menggunakan plastik dapat dilihat pada
Tabel 4 dan Tabel 5. Namun cara -cara tersebut memiliki kelemahan seperti
pengemasan dengan plastik yang tidak tepat dapat mengakibatkan kerusakan pada
buah karena plastik tidak tahan panas dan mudah terjadi pengembunan uap air
di dalamnya. Proses terjadinya pengembunan atau kondensasi ini adalah saat uap

11
air di udara melalui permukaan yang lebih dingin dari titik embun uap air, maka
uap air ini akan terkondensasi menjadi titik – titik air atau embun.
Pada tabel 4 terlihat pada jam ke 6 buah tomat yang dibungkus plastik terjadi
pengembunan didalam permukaan plastik semakin lama waktu penyimpanan
semakin banyak pula embun yang terlihat hal ini dikarenakan meningkatnya laju
respirasi akan menyebabkan perombakan senyawa seperti karbohidrat pada buah
dan menghasilkan CO2, energi dan air yang menguap melalui permukaan
kulit tomat dan menyebabkan kehilangan bobot (Roiyana et al., 2012). Laju
respirasi yang tinggi juga mempercepat pematangan yang berpengaruh terhadap
warna tomat dan degradasi tekstur selama penyimpanan. Komoditi tomat termasuk
kelompok komoditi yang memiliki laju respirasi yang tinggi
Perubahan proses respirasi pada Alpukat dapat dilihat pada tabel 5. Pada jam
ke-1 belum terlihat proses respirasi yang terjadi. Namun, pada jam ke 2 dan 4 sudah
terdapat uap air yang berada pada dinding bagian dalam plastik, yang menandakan
adanya proses respirasi yang terjadi pada buah alpukat. Hingga hari ke 7 uap air
atau embun yang terdapat pada dinding bagian dalam plastik semakin banyak
hampir seluruh permukaan plastik bagian dalam terdapat titik-titik uap air.
Komoditi buah alpukat termasuk kelompok komoditi yang memiliki laju respirasi
yang tinggi

IV KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa Respirasi merupakan proses menghirup oksigen


dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Begitu juga dengan
buah yang terus mengalami proses respirasi meskipun telah dipanen dan disimpan
selama beberapa saat. Pengukuran laju respirasi pada produk hortikultura dilakukan
dengan mengukur kadar komposisi dari gas O2 dan CO2 pada setiap selang waktu
pengamatan. Laju respirasi yang terjadi antara buah non-klimaterik dan klimaterik
memiliki trend yang berbeda. Laju respirasi pada buah non-klimaterik umumnya
menunjukkan laju penurunan pada gas O2 yang jauh lebih kecil daripada buah non-
klimaterik dan sebaliknya. Selain itu, juga dapat diketahui klasifikasi dari produk
hortikultura berdasarkan laju respirasinya. Respirasi membutuhkan O2 dan
menghasilkan zat sisa metabolisme berupa uap air, CO2, dan panas sebagai entropi
(energi panas yang tidak termanfaatkan). Kuosien respirasi (respiratory quotient)
merupakan perbandingan CO2 terhadap O2. Nilai Respiratory Quotient (RQ) yang
diperoleh hanya memperlihatkan keadaan gas CO2 dan gas O2. Pengukuran laju
respirasi yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur kosmotektor yang
menggunakan wadah toples sebagai media penyimpanan dan pengamatan buah.
Selain itu juga dengan cara sederhana yaitu menggunakan media plastik untuk
mengamati proses respirasi yang terjadi pada produk hortikultura.

12
DAFTAR PUSTAKA

Andriani ES, Nurwantoro N, Antonius H. 2018. Perubahan fisik tomat selama


penyimpanan pada suhu ruang akibat pelapisan dengan agar-agar [jurnal].
Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Jurnal Teknologi Pangan. 2(2):176-
182.
Asrofi, Yamis. 1986. Mempelajari Pola Respirasi dengan Cara Pengeringan dari
Buah Salak (Salacca edolis,Reinw).(Skripsi). Departemen Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Peranian, IPB. Bogor.
Hasbullah R. 2007. Teknik pengukuran laju respirasi produk hortikultura
padakondisi atmosfer terkendali bagian 1: metode sistem terturup [jurnal].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Jurnal Keteknikan Pertanian (jTEP).
21(4):419-427. doi: 10.19028.
Kays, S.J. 1991. Postharvest Physiology Of Perishable Plant Products. An Avi
Book. New York.
Pantastico, E.R.B. 1986. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan
Buah-Buahan dan Sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan. Gajah Mada
University Press.Yogyakarta
Roiyana M, Munifatul I, Erma P. 2012. Potensi dan efisiensi senyawa hidrokoloid
nabati sebagai bahan penunda pematangan buah [jurnal]. Semarang
(ID):Universitas Diponegoro. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 20(2):40-50.
doi:10.14710.
Saktiyono. (2004). Sains Biologi. Jakarta : Esis
Winarno, F.G dan M. Aman Kartakusuma. 2002. Fisiologi Lepas Panen.
Sentra Hudaya. Jakarta.
Wiraatmaja IW. 2016. Respirasi dan Fotorespirasi. Bali (ID): Universitas Udayana

13

Anda mungkin juga menyukai