Oleh:
Maisarani Dwi Setyawati
20140210154
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
Lembar pengesahan
Di CV. Arjuna Flora Kota Batu, Malang
(...................................)
NIP.
Tanggal…………….
Komisi magang:
Mengetahui:
Ketua program studi agroteknologi
Dr. Innaka Ageng Rineksane, S.P., M.P.
NIP:
Tanggal…………….
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan Magang
CV. Arjuna Flora didirikan pada Oktober tahun 2000 oleh Ir. Luki
Budiarti. CV. Arjuna flora berlokasi di suatu Dusun di lereng Gunung Arjuno
yang mempunyai ketinggian tempat yaitu 1500 m di atas permukaan laut.
Lebih tepatnya CV Arjuna Flora berlamatkan di Jl. Raya Arjuno RT 06/
RW10, No. 129 Junggo Tulungrejo - Bumiaji – Kota Batu - Jawa Timur -
Indonesia. Jenis tanah yang ada yaitu tanah Andosol yang mana tanah andosol
ini sangat subur untuk tanaman hortikultura, serta memiliki sistim pertanian
tadah hujan.
CV. Arjuna Flora pada awalnya bergerak di bidang ekspor umbi bunga
Sandersonia aurantiaca yaitu bunga yang berbentuk seperti lampion
berwarna oranye dengan daun berwarna hijau terang ke Jepang dengan sistim
kemitraan dengan Sagami Jitsugyo Co. Ltd dan The Agri Matsumoto Co. Ltd.
Selanjutnya CV Arjuna Flora yang masih bekerja sama dengan kemitraan
Jepang juga menanam Ubi ungu atau Ubi Jepang dan bunga potong yang
nantinya akan diekspor ke Jepang.
Seiring dengan berjalannya waktu, usaha CV. Arjuna Flora berkembang
menjadi beberapa bidang usaha. Baik pemasaran ekslusif produk pertanian ke
negara Jepang dengan menerapkan ”Komoditas Import Tujuan Ekspor”,
menggali sumberdaya pertanian Indonesia berpotensi ekspor, dan menjalin
kerjasama dengan berbagai kemitraan Nasional, Antara lain adalah : Ekspor
umbi zephyranthes & cyrthantus ke Jepang, Ekspor Stamp. American Blue
(Evolvulus sp.), Stamp Corius ke Jepang, Ekspor ubi ungu (beniimo), beni
azuma (ketela kuning), dan jenis ketela varitas lainnya yang sudah diproses
dan dibekukan ke Jepang, Ekspor Bunga dan Daun Potong, Budidaya dan
supply bunga potong, daun potong dan tanaman hias ke berbagai daerah di
Indonesia. CV Arjuna Flora juga bermitra dengan PT Mitra Tani Agro
Unggul dalam Budidaya cabai Merah dengan membina dan memberdayakan
lebih dari 500 petani, dengan dukungan Ketua Dewan Horti Nasional dan
Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia, Kontraktor bangunan dan landscape,
Kegiatan perdagangan umum.
B. Pengumpulan data
Demi kelancaran penulisan hasil magang dalam bentuk laporan akhir magang
maka perlu dilakukan beberapa metode, yaitu:
1. Metode peran serta
Metode peran serta adalah kegiatan yang akan dilaksanakan dengan
melibatkan diri dalam kegiatan yang dilaksanakan di CV. Arjuna Flora,
menerima tugas dari pimpinan atau asisten seperti halnya karyawan pada
umumnya di bawah pengawasan pimpinan atau asisten, dan bertanggung jawab
atas segala yang dilakukan.
2. Metode Observasi dan Wawancara
Observasi dan wawancara dilakukan dengan pengamatan dan pengajuan
pertanyaan langsung mengenai hal-hal yang dibutuhkan kepada pimpinan,
karyawan atau tenaga kerja di CV. Arjuna Flora untuk mendapatkan data-data
sekunder.
3. Studi Pustaka
Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia yang
berhubungan dengan kegiatan praktik lapangan. Data tersebut berupa buku,
arsip, jurnal, dan lain sebagainya yang bersifat informatif dan relevan.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menunjang
kelengkapan data. Kegiatan dokumentasi ini berupa foto-foto hasil kegiatan
yang telah dilakukan selama magang berlangsuung. Dokumentasi sangat
penting sekali sebagai informasi yang telah didapatkan di lapangan.
5. Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan magang dilakukan setelah kegiatan magang selesai dan
berisi tentang kegiatan magang serta disusun sesuai format telah ditentukan.
C. Macam kegiatan
Dalam pelaksanaan magang, terdapat beberapa kegiatan yang ingin diikuti
dengan mengikuti kegiatan di CV.Arjuna Flora, diantaranya:
1. Pengolahan lahan
Lokasi penanaman kentang yang paling baik adalah tanah bekas sawah
karena hama dan penyakit berkurang akibat sawah selalu berada dalam kondisi
anaerob (Samadi, 1997). Kegiatan persiapan lahan tanaman kentang hingga siap
tanam dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap awal dari kegiatan tersebut adalah
perencanaan yang meliputi penentuan arah bedengan, terutama pada lahan
berbukit, pembuatan selokan, pemeliharaan tanaman dan pemupukan.
Tahap berikutnya adalah pengolahan tanah dengan cara pembajakan atau
pencangkulan sedalam kurang lebih 30 cm hingga gembur, kemudian
diistirahatkan selama 1–2 minggu. Pengolahan tanah dapat diulangi sekali lagi
hingga tanah benar–benar gembur sambil meratakan tanah dengan garu atau
cangkul untuk memecah bongkahan tanah berukuran besar.
Setelah pembajakan tanah dan penggemburan dilakukan pembuatan
bedengan dan selokan untuk irigasi atau pengairan. Bedengan dibuat membujur
searah Timur–Barat, agar penyebaran cahaya matahari dapat merata mengenai
seluruh tanaman. Bedengan berukuran lebar 70–100 cm, tinggi 30 cm, jarak antar
bedeng yang merupakan lebar selokan adalah 40 cm dan panjangnya disesuaikan
dengan kondisi lahan. Kedalaman selokan sama dengan tinggi bedengan (30 cm).
Selanjutnya di sekeliling petak – petak bedengan dibuat selokan untuk
pembuangan air (drainase) sedalam 50 cm dengan lebar 50 cm (Samadi, 1997).
Pemupukan dasar adalah tahapan terakhir dari kegiatan persiapan lahan.
Pupuk dasar yang terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik diberikan
sebelum tanam. Pupuk organik diberikan pada permukaan bedengan kira–kira satu
minggu sebelum tanam. Pemberian pupuk organik dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dengan dicampurkan dengan tanah bedengan sampai kedalaman 20 cm
ketika penggemburan tanah terakhir dan dengan diberikan pada lubang tanam.
Pupuk anorganik yang berupa TSP diberikan sebagai pupuk dasar sebanyak 300
kg sampai 350 kg per hektar bersamaan dengan pemberian pupuk organik
(Samadi, 1997). Kebutuhan pupuk organik mencapai 20–30 ton per hektar.
2. Pembibitan
Dalam mempersiapkan bibit perlu dilaksanakan pemeliharaan terhadap
bibit sebelum dilaksanakan penanaman, dalam hal ini dilakukan seleksi untuk
membuang yang rusak atau sakit secara visual atau terlihat oleh mata telanjang
sehingga akan diperoleh bibit yang berkualitas baik dan dapat berproduksi tinggi
serta memberikan keuntungan yang besar. Menurut Rukmana (1997), bibit
kentang bermutu harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
a. Bibit bebas hama dan penyakit
b. Bibit tidak tercampur varietas lain atau klon lain (murni)
c. Ukuran umbi 30–45 gram berdiameter 35–45 mm (bibit kelas 1) dan 45–60
gram berdiameter 45–55 mm (bibit kelas 2) atau umbi belah dengan berat
minimal 30 gram
d. Umbi bibit tidak cacat dan kulitnya kuat
Ciri umbi bibit yang siap tanam adalah telah melampaui istirahat atau
masa dormansi selama 4 bulan sampai 6 bulan dan telah bertunas sekitar 2 cm.
penanaman umbi bibit yang masih dalam masa dormansi atau belum bertunas
pertumbuhannya akan lambat dan produktivitasnya rendah. Umbi bibit yang
disimpan terlalu lama sampai pertumbuhan tunasnya panjang harus dilakukan
perompesan lebih dulu yang dikerjakan sebelum masa tanam. Jika tidak dilakukan
perompesan, tanaman akan tumbuh lemah.
3. Penanaman
Waktu tanam yang sesuai sangat berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman. Waktu tanam yang paling baik di daerah dataran tinggi adalah pada
kondisi cerah. Khusus di dataran menengah waktu tanam yang paling baik adalah
musim kemarau agar pada saat pembentukan umbi kentang keadaan suhu malam
hari paling rendah. Penanaman bibit kentang yang paling baik dilakukan pada
pagi atau sore hari. Penanaman pada siang hari dapat menyebabkan kelayuan
sehingga tanaman terhambat pertumbuhannya, bahkan tanaman menjadi mati
(Samadi, 1997).
Jarak tanam pada penanaman kentang sangat bervariasi tergantung
varietasnya. Varietas Granola yang dibubidayakan di BBTPH Tawangmangu
ditanam dengan jarak tanam 30 x 70 cm dengan kedalaman lubang tanam antara
8–10 cm. Penanaman bibit kentang yang paling sederhana yaitu dengan cara umbi
bibit diletakkan dalam alur tepat di tengah–tengah dengan posisi tunas menghadap
keatas dan jarak antara umbi bibit dalam alur adalah 25– 30 cm. Khusus di
dataran menengah, jarak tanam diatur 50–30 cm untuk sistem bedengan atau 60–
70 cm x 30 cm untuk sistem guludan (Rukmana, 1997).
4. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi hal–hal sebagai berikut :
a. Pengairan
Pada awal pertumbuhan diperlukan ketersediaan air yang memadai.
Pengairan harus kontinyu sekali seminggu atau tiap hari, tergantung cuaca dan
keadaan air. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi hari atau sore hari
saat udara dan penguapan tidak terlalu tinggi dan penyinaran matahari tidak
terlalu terik. Cara pengairan adalah dengan sistem dileb (digenangi) hingga air
basah, kemudian air dibuang melalui saluran pembuangan air (Rukmana,
1997).
b. Penyulaman
Bibit yang tumbuh abnormal atau mati harus segera diganti atau disulam
dengan bibit yang baru. Waktu atau periode penyulaman maksimum 15 hari
setelah tanam. Cara penyulaman ialah dengan mengambil bibit yang mati,
kemudian meletakkan umbi bibit yang baru dan menimbunnya sedalam kurang
lebih 7,5 cm. Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari (Rukmana, 1997).
c. Penyiangan
Penyiangan dilakukan segera setelah terlihat adanya pertumbuhan rumput
dengan memperhitungkan pula bila selesai kegiatan ini akan dilanjutkan
dengan pembumbunan. Waktu penyiangan umumnya saat tanaman kentang
berumur 1 bulan. Cara menyiangi adalah mencabuti atau membersihkan
rumput dengan alat bantu tangan atau kored. Penyiangan dilakukan secara
berhati–hati agar tidak merusak perakaran tanaman kentang. Penyiangan
sebaiknya dilakukan pada daerah kira– kira 15 cm disekitar tanaman
(Rukmana, 1997).
d. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan sebanyak 2 kali selama satu musim tanam yaitu
pembumbunan pertama dilakukan pada umur 30 hari setelah tanam,
pembumbunan yang kedua dilakukan setelah umur 40 hari setelah tanam atau
10 hari setelah pembumbunan pertama (Anonim, 1989). Tujuan pembumbunan
ialah memberi kesempatan agar stolon dan umbi berkembang dengan baik,
memperbaiki drainase tanah, mencegah umbi kentang yang terbentuk terkena
sinar matahari dan mencegah serangan hama penggerek umbi (phithorimaea
opercuella). Cara pembumbunan adalah menimbun bagian pangkal tanaman
dengan tanah sehingga terbentuk guludan–guludan (Rukmana, 1997).
Ketebalan pembumbunan pertama kira – kira 10 cm, pembumbunan kedua juga
kira-kira 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan mencapai kira–kira 20 cm.
e. Pemupukan
Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanam yaitu menggunakan
kombinasi Urea, TSP, KCl, ata ZA, TSP, KCl dengan waktu dan dosis
pemberian pupuk seperti pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Pupuk Anorganik dan PPC pada Tanaman
Kentang Per Hektar.
Waktu Pemberian (HST)
No Perlakuan
0 21 45
1 Pupuk Kandang 15-21 ton
2 Pupuk An-
organik
Urea 165/350 kg 165/350 kg
Sp-36 400 kg
KCl 100 kg 100 kg
3 PPC (Supermes) 7-10 hari sekali
Sumber : Samadi (1997)
Keterangan : HST : Hari Setelah Tanam
: PPC : Pupuk Pelengkap Cair
Pemberian pupuk susulan dilakukan dengan menyebar pupuk itu di
sekeliling tanaman pada jarak 10 cm dari batang tanaman dengan dosis sekitar
10–20 g per tanaman atau diberikan pada barisan diantara tanaman kurang
lebih 20–25 cm kemudian segera menimbunnya dengan tanah sambil
membumbun.
f. Hama dan Penyakit
Menurut Rukmana (1997), hama dan penyakit yang menyerang tanaman
kentang antara lain :
Hama Kentang
Hama Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala : Ulat menyerang daun dengan memakan bagian ephidermis dan
jaringan hingga habis daunnya.
Pengendalian :
1) Mekanis dengan memangkas daun yang telah ditempeli telur
2) Kimia dengan Azordin, Diazinon 60 EC, Sumithion 50 EC.
Kutu daun (Aphis Sp)
Gejala : Kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga dapat
menularkan virus bagi tanaman kedelai.
Pengendalian :
1) Dengan cara memotong dan membakar daun yang terinfeksi.
2) Menyemprotkan Roxion 40 EC, Dicarzol 25 SP.
Orong – orong (Gryllotalpa Sp)
Gejala : Menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman muda.
Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri.
Pengendalian : Menggunakan tepung Sevin 85 S yang dicampur dengan
pupuk kandang.
Hama penggerek umbi (Phtoremae poerculella Zael)
Gejala : Pada daun yang berwarna merah tua dan terlihat adanya jalinan
seperti benang yang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus
ulat. Umbi yang terserang bila di belah, akan terlihat adanya lubang –
lubang karena sebagian umbi telah dimakan.
Pengandalian : Secara kimia menggunakan Selecron 500 EC, Ekalux 25 EC,
Orthene & 5 SP.
Lammnate L.Hama trip (Thrips tabaci)
Gejala : Pada daun terdapat bercak – bercak berwarna putih, selanjutnya
berubah menjadi abu–abu perak dan kemudian mengering. Serangan ini
dimulai dari ujung – ujung daun yang masih muda.
Pengendalian :
1) Dengan cara memangkas daun yang terserang.
2) Menggunakan Basudin 60 EC, Mitac 200 EC, Diazenon, Bayrusil 25 EC
atau Dicarzol 25 SP.
Penyakit Kentang
Penyakit busuk daun
Gejala : Timbul bercak – bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak
basah, lalu bercak – bercak ini akan berkembang dan warnanya berubah
menjadi coklat hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang merupakan
sporangium. Selanjutnya daun akan membusuk dan mati.
Pengendalian : Menggunakan Antracol 70 WP, Dithane M-45, Brestan 60,
Polyram 80 WP, Velimek 80 WP.
Penyakit layu bekteri
Penyebab bakteri Pseudomonas solanacearum.
Gejala : Beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua, daun
bagian bawah menguning.
Pengendalian :
1) Dengan cara menjga sanitasi kebun, pergiliran tanaman.
2) Secara kimia dapat menggunakan bakterisida, Agrimycin atau Agrept 25
WP.
Penyakit busuk umbi
Penyebab jamur Colleotrichum coccodes
Gejala : Daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Pada
bagian tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak – bercak berwarna
coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk.
Pengendalian : Dengan cara pergiliran tanaman, sanitasi kebun dan
penggunaan bibit yang baik.
Penyakit fusarium
Penyebab jamur Fusarium sp
Gejala : Infeksi pada umbi menyebabkan busuk umbi yang menyebabkan
tanaman layu. Penyakit ini menyerang kentang di gudang penyimpanan.
Infeksi masuk melalui luka – luka yang disebabkan nematoda / faktor
mekanis.
Pengendalian :
1) Dengan menghindari terjadinya luka pada saat penyiangan dan
pendangiran.
2) Kimia menggunakan Benlate.
Penyakit bercak kering (Early Blight)
Penyebab jamur Alternaria solani. Jamur hidup di sisa tanaman sakit dan
berkembang biak di daerah kering.
Gejala : Daun terinfeksi bercak kacil yang tersebar tidak teratur, berwarna
coklat tua, lalu meluas ke daun muda. Permukaan kulit umbi berbercak
gelap tidak teratur, kering, berkerut dan keras.
Pengendalian : dengan pergiliran tanaman.
Penyakit karena virus – virus yang menyerang adalah :
1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun menggulung.
2) Potato Virus X (PVX) menyebabkan mosaik laten pada daun.
3) Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal.
4) Potato Virus A (PVA) menyebabkan mosaik lunak.
5) Potato Virus M (PVM) menyebabkan mosaik menggulung.
6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik lemas.
Gejala : akibat serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan
umbi kecil–kecil / tidak menghasilkan sama sekali, daun menguning dan
mati. Penyebaran virus dilakukan oleh peralatan pertanian, kutu daun Aphis
spiraecola, A gossypii dan Myzus persicae, kumbang Epilachna dan
Coccinella dan nematoda.
Pengendalian : tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus, pencegahan
dan pengendalian dilakukan dengan menanam bibit bebas virus,
membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman sakit,
memberantas vektor dan pergiliran tanaman.
5. Panen
Panen kentang biasanya dilakukan umur 85 HST atau pada minggu ke-12
setelah tanam atau sesuai dengan varietas. Varietas Granola dipanen pada umur
84 hari setelah tanam (hst), Varietas Atlantik 80 hst, Varietas Agria 80 hst, dan
Varietas Panda 90 hst atau dengan tanda-tanda daun dan batang telah
menguning atau mati serta umbinya tidak mudah mengelupas. Gunawan, C
(2015), mengatakan ciri-ciri panen kentang yaitu 70% dari seluruh tanaman
daun-daunnya sudah menguning, batang menguning, umbi melekat dengan
daging umbi serta kulit tidak mudah mengelupas. Cara panen yang dilakukan
adalah membongkar akar pada tanah tempat penanaman dan mengambil umbi
yang ada diperakaran. Umbi yang telah dipanen diletakkan di dalam seed bag
dan siap dibawa ke tempat penangan pasca panen.
6. Pasca Panen
Penanganan pasca panen kentang dilakukan setelah panen sampe umbi
siap untuk dipasarkan. Hasil panen dilapangan dibawa ketempat pencucian,
umbi dicuci bersih dengan air mengair, bersihkan dari tanah yang melekat di
permkaan kulitnya, kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari langsung.
Kentang dimasukkan kedalam kantong plastik.
II. PENUTUP
Proposal magang ini masih bersifat fleksibel, sehingga segala hal dan
ketentuan yang belum ada dan belum tercakup dalam proposal ini dapat
direncanakan dan disusun kemudian berdasarkan kesepakatan bersama yang
disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan di perusahaan tersebut,
situasi dan kondisi yang terjadi di universitas maupun di perusahaan,dengan
harapan terjalin kerjasama yang baik dan memberikan manfaat bagi
pengembangan dan kemajuan semua pihak. Atas perhatian dan kerjasama yang
baik, kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA