1. Analisis perkembangan penurunan imunitas pada penderita rematik
Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit multisistem kronik yang penyebabnya tidak diketahui. Kemungkinan RA merupakan manifestasi respons terhadap suatu agen infeksiosa pada pejamu yang secara genetis rentan telah diperkirakan. Karena distribusi RA yang mendunia, organisme infeksiosa tersangka dihipotesiskan terdapat dimana- mana. Sejumlah agen penyebab telah diperkirakan, yaitu Mycoplasma, virus Epstein- Barr, sitomegalovirus, parvovirus, dan virus rubela, tetapi bukti yang meyakinkan apakah agen tesebut atau agen infeksiosa lain menyebabkan RA belum ada. Rheumatoid arthritis merupakan salah satu contoh penyakit yang terjadi akibat kompleks imun. Pada penyakit ini terbentuk suatu imunoglobulin (Ig) yang berupa IgM (disebut rheumatoid factor, RF) yang spesifik terhadap fraksi Fc dari molekul IgG. Mengapa jenis Ig ini dibentuk dalam jumlah yang besar pada beberapa orang tidaklah diketahui. Kompleks RF dan IgG ditimbun di sinovial sendi dan mengaktifkan komplemen yang melepas mediator dengan dengan sifat kemotaktik dan lisis jaringan setempat. Respon inflamasi yang disertai peningkatan permeabilitas vaskular menimbulkan pembengkakan sendi dan sakit bila eksudat bertambah banyak.Enzim hidrolitik yang dilepas pada reaksi ini dapat pula menimbulkan destruksi permukaan sendi sehingga mengganggu fungsi normal sendi tersebut. Akibat inflamasi yang berulang-ulang, terjadi penimbunan fibrin dan penggantian tulang rawan oleh jaringan ikat sehingga sendi menyatu (ankilosis) yang menjadi sulit untuk digerakkan. Pada rematik, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan synovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim- enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi membrane sinova 1 dan akhirnya pembentukan pamus. Pamus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan menganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena serabut otot akan mengalami perubahan degenerative dengan menghilangnya elstisitas otot 2. Analisis perkembangan penurunan imunitas pada penderita herpes zoster Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster. 3. Analisis perkembangan penurunan imunitas pada penderita herpes simplek HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang dikeluarkan oleh seseorang. Untuk menimbulkan infeksi, virus harus menembus permukaan mukosa atau kulit yang terluka (kulit yang tidak terluka bersifat resisten). HSV I ditransmisikan melalui sekresi oral,virus menyebar melalui droplet pernapasan atau melalui kontak langsung dengan air liur yang terinfeksi. Ini sering terjadi selama berciuman, atau dengan memakan atau meminum dari perkakas yang terkontaminasi. HSV-I dapat menyebabkan herpes genitalis melalui transmisi selama seks oral-genital. Karena virus ditransmisikan melalui sekresi dari oral atau mukosa (kulit) genital, biasanya tempat infeksi pada laki- laki termasuk batang dan kepala penis, skrotum, paha bagian dalam, anus. Labia, vagina, serviks, anus, paha bagian dalam adalah tempat yang biasa pada wanita. Mulut juga dapat menjadi tempat infeksi untuk keduanya. Penyebaran herpes genetalis atau Herpes Simpleks II dapat melalui kontak langsung antara seseorang yang tidak memiliki antigen terhadap HSV-II dengan seseorang yang terinfeksi HSV-II. Kontak dapat melalui membran mukosa atau kontak langsung kulit dengan lesi. Transmisi juga dapat terjadi dari seorang pasangan yang tidak memiliki luka yang tampak. Herpes zoster disebabkan oleh reakvasi dari virus varicella-zoster yang dorman di nervus kranial atau ganglion dorsalis. Setelah reakvasi, virus bereplikasi di badan sel saraf, virion dilepaskan dari sel dan dibawa akson ke dermatom kulit yang dipersara oleh ganglion tersebut. Di kulit, virus menyebabkan inamasi lokal dan lenng-lenng yang sangat nyeri.