Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DI IGD


Dosen: Siti Santy Sianipar., S.Kep. M.Kes

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

Chio Mikhael Pratama 2018.C.10a.0961


Igo Gunawan 2018.C.10a.0969
Jekicen 2018.C10a.0970
Loren 2018.C.10a.0976
Mewan Tony 2018.C.10a.0978
Sapta 2018.C.10a.0984
Tri Harianto 2018.C.10a.0989

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR
ISI...............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1.       Latar
Belakang......................................................................................1
1.2.       Rumusan
Masalah.................................................................................2
1.3.       Tujuan
Penulisan...................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1 Pengertian Gawat
Darurat.....................................................................3
2.2 Konsep Dasar Keperawatan Gawat
Darurat...........................................3
2.3 Aspek Psikologis Pada Situasi Gawat
Darurat.......................................4
2.4 Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu...................................5
2.5 Tujuan Komunikasi Pada Gawat
Darurat................................................6
2.6 Tehknik Komunikasi Pada Gawat
Darurat..............................................7
2.7 Prinsip Komunikasi Gawat
Darurat.........................................................8
BAB III ROLE
PLAY.................................................................................................9
3.1.    Sinapsis role
play......................................................................................9
3.2.    Naskah Role
Play......................................................................................9

BAB IV
PENUTUP.....................................................................................................12
4.1
Kesimpulan ............................................................................................12
4.2
Saran.......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu walaupun ada beberapa
halangan yang mengganggu proses pembuatan makalah ini, namun penulis dapat
mengatasinya tentu atas campur tangan Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis berharap makalah ini akan berguna bagi para mahasiswa terutama yang
berada di STIKes Eka Harap materi tentang “KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PADA KLIEN DI IGD”
” sehingga diharapkan dengan mempelajari makalah ini mahasiswa maupun
pembaca lainnya untuk mendapatkan tambahan pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, penulis
berharap adanya kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini
pada masa yang akan datang. Akhir kata dari penulis berterimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini
sehingga menjadi bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 11 November 2019


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk memberikan
informasi yang akurat dan membina hubungan saling percaya dengan klien
sehingga klien akan merasa puas dengan pelayanan keperawatan yang
diterimanya. Pada pasien gawat darurat perlu  memperhatikan tehnik-tehnik dan
tahapan baku komunikasi terapeutik yang baik dan benar.
Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan  kesehatan
di Rumah Sakit, sehingga komunikasi harus dikembangkan secara terus –
menerus ( Kariyo, 1998 ).   Hubungan antara perawat dan klien  yang terapeutik
bisa terwujud dengan adanya interaksi yang terapeutik antar keduanya, interaksi
tersebut harus dilakukan sesuai dengan tahapan – tahapan baku interaksi
terapeutik perawat klien, tahapan  itu adalah tahap pre orientasi, tahap orientasi,
tahap kerja dan tahap terminasi ( Stuart and Sunden.1998 ).   Pelayanan kesehatan
menggunakan komunikasi yang langsung seperti pelayanan kesehatan, Rumah
Sakit  merupakan tempat untuk mendapatkan pelayanan baik yang bersifat medik
maupun keperawatan.
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut
(UU no 44 tahun 2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya
mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan /
pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila
tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau cacat /
kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.
Dalam pelaksanaan tindakan denagn klien gawat darurat perawat perlu
melakukan komunikasi terapiotik pada klien harus dengan jujur, memberikan
gambaran situasi yang sesunguhnya sedang terjadi dengan tidak menambahkn
kecemasan dan memberikan suport verbal maupun non verbal . Klien dapat
merasakan puas ataupun tidak puas apabila klien sudah mendapatkan pelayanan
kesehatan  yang diberikan petugas di IGD, baik yang bersifat fisik, kenyamanan
dan keamanan serta komunikasi terpeutik yang baik.
1.2  Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari gawat darurat ?
b. Apa saja konsep dasar keperawtan gawat darurat ?
c. Apa yang dimaksud dengan SPGDT ?
d. Apa tujuan komunikasi pada gawat darurat ?
e. Bagaimana tehknik komunikasi pada gawat darurat ?
f. Apa rinsip-prinsip komunikasi gawat darurat ?
1.3  Tujuan
a. Mahasiswa mengerti pengertian dari gawat darurat.
b. Mahasiswa memahami kosep dasar keperawatan gawat darurat.
c. Mahasiswa memahami tentang SPGDT.
d. Mahasiswa mengerti tujuan dilakukan komunikasi gawat darurat.
e. Mahasiswa bisa melakukan tehknik komunikasi pada gawat darurat
secara benar.
f. Mahasiswa memahami prinsi-prinsip komunikasi gawat darurat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian gawat darurat


Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut
(UU no 44 tahun 2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya
mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan
pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila
tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau cacat
kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.

2.2  Konsep dasar keperawatan gawat darurat


a.       Klien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya Mis:Sumbatan Jalan Napas atau distress nafas, 
Luka Tusuk dada/perut dengan shock dan sesak,  hipotensi / shock.
b.      Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapatkan pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan label
merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac).
c.        Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
Bisanya di lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium
akhir.
d.      Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya :
pasien Vulnus Lateratum tanpa pendarahan.
e.        Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di
lambangkan dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.
f.       Pasien Meninggal
Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir. Adapun
petugas triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang berpengalaman dan
petugas triage juga bertanggung jawab dalam operasi,pengawasan penerimaan
pasien dan daerah ruang tunggu.
Selain dari penjelasan di atas di butuhkan pemahaman dampak atau psikologis
pada saat keadaan gawat darurat.

2.3 Aspek psikologis pada situasi gawat darurat


a.       Cemas
Cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai
oleh rasa ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh
gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan
sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung
bervaniasi, pada setiap orang tidak sama.
b.      Histeris
Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan ekses emosi yang
tidak terkendali. Orang yang "histeris" sering kehilangan kontrol diri karena
ketakutan yang luar biasa karena suatu kejadian atau suatu kondisi
c.       Mudah marah
Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu apa
yang harus di perbuat.
2.4  SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu)
SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu) adalah suatu
sistem pelayanan penderita gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra
rumah sakit,pelayanan di rumah sakit dan pelayanan antar rumah sakit. Pelayanan
berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life saving. yang
melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum, awam khusus, petugas
medis, pelayanan ambulan gawat darurat dan sistem komunikasi.
a.      Fase pra rumah sakit
Fase pelayanan pra rumah sakit adalah pelayanan kepada penderita gawat
darurat yang melibatkat masyarakat atau orang awam dan petugas kesehatan. 
Pada umunya yang pertma yang menemukan pendrita gawat darurat di tempat
musibah adalah masyarakat ynag dikenl oleh orang awam. Oleh karena
bermanfaat bila orang awam diberi dan dilatih pengetahuan dan keterampilan
penanggulanganan gawat darurat. Komunikasi ynag dilkukan pada fase pra rumah
sakit yaitu dengan meyakin warga bahwa seorang perawat, mengecek kesadaran
korban dengan menmanggil nama korban, menghubungi organisasi gawat darurat
terdekat untuk pertolongan lanjut ke rumah sakit.
Contoh : di jalan terjadi kecelakaan kemudian penderita gawat darurat ditolong
masyarakat yang telah mendapatkan pelatihan untuk gawat darurat, warga tadi
menolong penderita gawat darurat mengamankan korban di tempat yang lebih
aman, melakukan pertolongan di tempat kejadian seperti menolong menghentikan
pendarahan, kemudian melaporkan korban ke organisasi pelayanan
kegwatdaruratan terdekat, pengangkutan untuk pertolongan lanjut dari tempat
kejadian ke rumah sakit.
b.      Fase pelayanan rumah sakit
Fase pelayanan rumah sakit adalah fase pelayanan yang melibatkan tenagan
kesehatn yang dilakukan di dalam rumh sakit seperti pertolonga di unit gawat
darurat. Komunikasi yang dilakukan pada tahap ini sama dengan komunikasi
terapeutik, tetapi dalam hal ini tindakan yang cepat dan tepat lebih utama dilakuka
kepada korban.
Contoh : ada korban kecelakaan yang menglami pendarahan masuk ke UGD,
perawat menayakan identitas klien kemudian melakukan pemasangan infus untuk
menganti cairan yang keluar, dengan menjelaskan tujuan pemasangan infus
dengan sigkat dan jelas.
c.       Pelayanan antar rumah sakit ( rujukan )
Fase pelayanan antar rumah sakit ( rujukan ) adalah fase pelayanan yang
melibatkan petugas kesehatan dengan petugas kesehatan rumah sakit lain atau
rumah sakit satu dengan rumah sakit yang lain sebagai rujukan. Tindakan ini
dilakukan apabila korban membutuhkan penanganan lebih lanjut tetapi rumah
sakit yang pertama tidak bisa memberi pertolonan sehinga dirujuk ke rumah sakit
lain yang bisa menanggani krban sebut. 
Contoh : korban kecelakaan parah di bawa ke salah satu rumah sakit tetap
dirumhsakit tersebut tidak terdapat peralatan yng harus digunakan segera untuk
pertolongan, kemudian rumahsakit tersebut menghubungi rumah sakit lain yang
lebih cepat menganani , setelah itu pasien di kirim ke rumah sakit yang telah di
hubungi tadi.

2.5  Tujuan komunikasi pada gawat darurat


Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan
kerjasama antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat
berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Tujuan komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan kepercayaan
antara perawat dengan klien yang mengalami kondidi kritis atau gawat darurat
dalam melakakan tindakan, sehingga klien cepat tertolong dan tidak terjadi hal
yang fatal.

2.6  Tehknik komunikasi pada gawat darurat


a.Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan
oleh klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan
memandang kearah klien selama berbicara, menjaga kontak pandang yang
menunjukkan keingintahuan, dan menganggukkan kepala pada saat berbicara
tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan ummpan balik. Teknik
dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada klien dalam mengungkapkan 
perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien.
b. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk mendengarkan
orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya
perawat tidak menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan
atau penolakan. Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau
membantah. Untuk menunjukkan sikap penerimaan sebaiknya  perawat
menganggukkan kepala dalam merespon pembicaraan klien.
c.Mengulang Pernyataan Klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik
sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap
komunikasi dapat berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan
indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien. 
d.Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan pembicaraan
untuk meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan dengan
pentingnya informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi
diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan
persepsi.

e. Menyampaikan Hasil Pengamatan


Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk
mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan
kesan yang didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan
demikian akan menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus 
pada permasalahan yang sedang dibicarakan.

2.7  Prinsip komunikasi gawat darurat


Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan sikap
a.       Caring ( sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin
memberikan bantuan)
b.      Acceptance (menerimapasienapaadanya)
c.       Respect (hormatatikeyakinanpasienapaadanya)
d.      Empaty (merasakan perasaan pasien)
e.       Trust (memberi kepercayaan)
f.       Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh)
g.      Identifikasikan bantuan yang diperlukan
h.      Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya,  dan validasi
i.        Bahasa yang mudah dimengerti
j.        Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga
k.      Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
l.        Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang
negatif.
BAB III
ROLEPLAY
Sinapsis Role Play
              Pada masa dewasa ini kecelakaan di jalan tidak bisa dihindari. Dari
pernyataan ini kami mengangkat kasus kecelakaan sebagai “role play” yang akan
kami peragakan. Selain itu dibidang medis perawatan pada kecelakaan sangat
sering terjadi dan harus diberikan perhatian khusus dan tindakan yang cepat tepat,
maka dari itu pada roleplay mengenai komunikasi keperawatan dewasa pada kali
ini kami mengambil masalah kecelakaan, yang dalam hal ini diceritakan terjadi
kecelakaan antara mobil dan sepeda motor, seketika itu juga pada saat kejadian
ada bapak dan ibu yangmenolong dan segera melarikan korban ke Rumah Sakit.
Setiba di Rumah Sakit korban diberikan perawatan intensif secara cepat tepat,
begitu juga tindakan penolong yang juga segera menghubungi keluarga korban
melalui ponsel yang korban bawa ketika kejadian. Pada proses perawatan korban
disinilah peran kolaborasi perawat dan dokter, perawat dan keluarga pasien,
perawat dan pasien terjadi.
              Untuk lebih jelas mengenai kasus yang diangkat, bisa dipelajari pada
naskah role play yang disertakan pada makalah ini.

Naskah Role Play

                        Pada suatu ketika ada adik kakak yang sedang pergi ke toko untuk
membeli sepatu, mereka naik sepeda motor pergi ke toko sepatu. Saat di
perjalanan mereka terjadi kecelakaan terserempet mobil, akhirnya mereka
kecelakaan, lalu ada seorang bapak dan ibu yang menolongnya dan menelfon
rumah sakit untuk membawanya dengan ambulan. Mereka pun dibawa kerumah
sakit.
Sesampainya di rumah sakit penolong langsung  meminta  perawat segeraa di
tangani
Penolong         : mbak, ini ada pasien kecelakaan, tolong segera ditangani?
Perawat           : iya pak.. (perawat membawa pasien keruangan  UGD)
Penolong         : (penolong mencari no. hp keluarga dan meneleponnya…?)
                                     Halo, asalamualaikum. Apa benar ini dengan ibu wina…?
Ortu                             : iya, ada apa…
Penolong         : maaf sebelumnya pemilik hp ini sekarang telah mengalami
kecelakaan dan saya    bawa ke RSU.
 Tolong ibu segera dating ke RSU.
Ortu                             : apa….??
Iya…  Saya akan segera datang….
terima kasih. …

Di RS
Beberapa waktu kemudian keluarga dari anak datang ke RS dalam keadaan panik.
Ortu                             : dimana anak saya dan gimana keadaannya…??
Penolong         : ini anaknya masih ditangani tim medis.
Ortu                             : ya sudah terima kasih atas bantuannya….
                                    (penolong pergi dan meninggalkan RS.
Perawat II       : (sambil memeriksa keadaan fisik pasien).
Perawat II       : (menulis identitas pasien dibantu ortu pasien)
Perawat II       : mari bu… silahkan duduk disini….
Ortu                             : iya mbak….
Perawat II       : nama anak ibu siapa…?, alamat…?, tanggal lahir….?,
umurnya…?
Ortu                             : nama anak saya candri dan puput…
                                     Umur candri 15 tahun dan puput 19 tahun.
                                     Alamat  jln. Kartini ngawi
                                     Puput lahir 20 maret 1995
                                     Dan candri lahir 15 juni 1998
Perawat II       : apakah ibu memiliki kartu BPJS?
Ortu                             : umum saja mbak, saya tidak memiliki BPJS
Perawat II       : sebelumnya pernah berobat disini apa belum…?
Ortu                             : belum mbak…
(setelah mengisi identitas pasien perawat II membantu perawat I untuk melakukan
perawatan pasien)
Perawat I        : apa yang dirasakan dek…?
Pasien I                       : saya merasa pusing, mual, dan badan terasa sakit semua.
Perawat I        : iya dek… sabar dulu ya….
(perawat melakukan anamnesa atau TTV)
Perawat I        : (melaporkan hasil pemeriksaan kepada dokter)
Dokter             : cepat dilakukan pemeriksaan heating dan diobservasi hematom
yang ada dikepalanya.
Perawat I        : luka adek akan dilakukan tindakan untuk menghentikan
perdarahan, tahan sebentar ya dek, di suntik dulu.
Pasien I           : iya mbak…
Perawat I        : (melakukan tindakan heating, membersihkan luka-luka, dan
memberi kompres hangat pada daerah hematom pada kepala)
Perawat           : (setelah melakukan tindakan perawat berkomunikasi dengan ortu)
                         Bu luka dek candri udah di tangani tapi dilihat dulu keadaan anak
ibu jika mual dan bengkaknya yang di kepala tambah besar harus di rawat inap,
tapi jika tidak terjadi pembengkakan di kepala, dek candri boleh di bawa pulang.
Perawat I        : (setengah sampai 1 jam perawat kembali memeriksa keadaan
candri)
                        Dek keadaan masih mual atau tidak.
Pasien I           : sudah agak mendingan mbak, tapi masih sedikit pusing.
Perawat I        : ya, nanti adek boleh pulang dan nanti minum obat yang diberikan
dokter ya….
                        Nanti luka jahitannya jangan sampai kena air ya…
                        Dan jangan pilihpilih makanan, nanti kalau sudah 3 hari dan obat
sudah habis kontrol kembali ke RSU ya…
Pasien I & ortu            : iya mbak…
Berakhirlah cerita pasien dan keluarga pulang
Terima kasih…
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat


darurat yaitu dengan komunikasi seperti komunikasi terapiotik lain, tetapi dalam
hal ini yang lebih di utamakan dalam mengatasi gawat darurat adalah tindakan
yang akan diberikan kepada pasien harus lebih cepat dan tepat.

4.2 Saran

Meskipun yang lebih diutamakan tindakan gawat darurat, perawat harus


tetap melakukan komunikasi pada pasien, maupun keluarga pasien yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Indah ferdi.2014.SPGDT(sistem penangulangan gawat darurat).[online].


http://indah-fedri.blogspot.com/2014/02/spgdt-sistem-penanggulangan-
gawat.html. [24 Mei 2015]

Thamiiaaa. 2013. KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT.


[online]. http://thamiiaaa.blogspot.com/2013/03/konsepdasar-keperawatan-gawat-
2.html. [24 Mei 2015]

Sulfa Oktafiani.2013.Keperawatan Gawat Darurat.[online].


http://sulfaoktafiani.blogspot.com/. [24 Mei 2015]

http://adysusanto48.blogspot.co.id/2014/05/role-play-penerimaan-pasien-di-ugd-
ady.html

Anda mungkin juga menyukai