Anda di halaman 1dari 6

Nama : Intan Mega Pratiwi

NIM : 101914253013

13. PERBANDINGAN KADAR TTMA RESPONDEN DENGAN KADAR TTMA


NORMAL
1200

1000
Kadar ttMA (ug/g kreatinin)

800

600

400

200

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Responden

TTMA (mikrogram/g kreatinin) TTMA normal (mikrogram/g kreatinin)

Gambar 7. Perbandingan Kadar ttMA Responden dengan Kadar ttMA Normal

Berdasarkan Gambar 7, mayoritas dari 25 responden memiliki kadar ttMA dalam


kreatinin dibawah kadar normalnya yaitu 500 µg/g kreatinin. Rata-rata kadar ttMA dalam
kreatinin responden yaitu 253,63 µg/g kreatinin. Kadar ttMA dalam kreatinin responden tertinggi
yaitu 1083,65 µg/g kreatinin, sedangkan kadar terendahnya yaitu 76,7 µg/g kreatinin.

Pembahasan
Benzene yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami biotransformasi fase I dengan
sitokrom P450Enzim 2E1 (CYP 2E1) menjadi benzena epoksida,suatu senyawa yang tidak stabil
dan akan mengalami oksidasi untuk membentuk trans, trans-muconaldehyde danlalu t, tMA)
yang akan dirilis melalui urin. Indikator yang relevan dan sensitif untuk pengukuran paparan dan
dosis benzena yang masuk ke dalam tubuh, salah satunya adalah dengan menggunakan indikator
biologis (biomarker), yaitu t, t-MA yang terkandung dalam urin karena memiliki waktu yang
cukup yaitu 6 jam tidak seperti benzena dalam darah memiliki jangka waktu yang pendek di
darah sehingga waktu yang diambil untuk pengambilan sampel juga sangat singkat. (Tualeka et
al., 2019)
Metabolisme oksidasi benzene berupa reaksi dengan glutathion (GSH) dari asam
sfenilmerkepturik dan katalis besi yang dikonversi menjadi asam trans,trans muconic melalui
reaksi asam trans-trans muconaldehid sehingga paparan benzene dapat dideteksi melalui asam
trans,trans muconic . Tingkat tt-MA dalam urin akan dapat mendeteksi paparan benzena di
konsentrasi hingga 0,1 ppm (Bada et al., 2018). Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa
sebagian besar responden memiliki kadar ttMA dibawah batas normal. Menurut American of
Governmental Industrial Hygients (ACGIH) telah menetapkan 25 μg phenylmercapturic acid/g
kreatinin dalam urine dan 500 μg trans,trans-muconic acid g/kreatinin sebagai Biological
Exposure Indices (BEIs) untuk paparan benzene di tempat kerja (ACGIH, 2006). Asam muconic
dalam urine berkorelasi terbaik dengan konsentrasi benzene di lingkungan (Resdwivani, 2018).
Rata-rata kadar ttMA dalam kreatinin responden yaitu 253,63 µg/g kreatinin. Hal ini
memungkinkan responden tidak terpapar oleh benzene secara terus menerus sehingga kadar
ttMA di dalam urin ditemukan sangat kecil.

14. PERBANDINGAN KADAR SPMA RESPONDEN DENGAN KADAR SPMA


NORMAL
30

25
Kadar sPMA (ug/g kreatinin)

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Responden

SPMA (mikrogram/g kreatinin) SPMA normal (mikrogram/g kreatinin)

Gambar 8. Perbandingan Kadar sPMA Responden dengan Kadar sPMA Normal


Berdasarkan Gambar 8, seluruh 25 responden memiliki kadar sPMA dalam kreatinin
responden dibawah kadar normalnya yaitu 25 µg/g kreatinin. Rata-rata kadar sPMA dalam
kreatinin responden yaitu 2,276 µg/g kreatinin. Kadar sPMA dalam kreatinin responden tertinggi
yaitu 9,24 µg/g kreatinin, sedangkan kadar terendahnya yaitu 0,02 µg/g kreatinin.

Pembahasan
s-PhenylMercapturic Acid (s-PMA) merupakan salah satu biomarker spesifik yang
diusulkan untuk pemantauan biologis terhadap paparan benzena dalam konsentrasi rendah.
American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH, 2012) juga
mengharuskan perusahaan industri untuk mengevaluasi tingkat s-PMA pada pekerja yang
bekerja terkait dengan benzena. ACGIH BEI (Biological Exposure Limit) menetapkan nilai
normal s-PMA dalam urin maksimal 25 µg/g kreatinin (25 ppb) (Husein, Sri Gustini.,
Muchtaridi., 2016).
Pajanan terhadap benzena di tempat kerja terjadi terutama di industri petrokimia (hulu
dan hilir), oven kokas dan pabrik baja, kimia dan industri terkait (farmasi, pestisida, pelumas,
pewarna, cat, sabun), pembuatan sepatu, dan laboratorium Setelah diserap ke dalam tubuh,
benzena didistribusikan melalui darah ke jaringan lemak, sumsum tulang, dan urin . Kemudian
dimetabolisme menjadi benzena oksida sebelum membentuk asam Sphenylmercapturic (SPMA)
atau trans, asam transmukonat (t, t-MA) di hati dan paru-paru . SPMA dan t, t-MA adalah yang
paling umum digunakan biomarker untuk paparan benzena kerja. Konsentrasi SPMA urin adalah
yang paling banyak biomarker sensitif untuk mengukur inhalasi paparan benzena karena mereka
tidak terpengaruh oleh sumber paparan lain (Wulandari & Fauzia, 2019).
American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH)
merekomendasikan SPMA urin sebagai biomarker untuk mengukur paparan inhalasi benzene.
SPMA adalah metabolit benzena yang memasuki tubuh melalui jalur pernapasan keduanya
dengan konsentrasi tinggi dan konsentrasi rendah, meskipun metabolit ini tidak terpengaruh oleh
benzena yang berasal dari sorbik asam dalam makanan. (Wulandari & Fauzia, 2019)
Rata-rata kadar sPMA dalam kreatinin responden yaitu 2,276 µg/g kreatinin. Kadar
sPMA dalam kreatinin responden tertinggi yaitu 9,24 µg/g kreatinin, sedangkan kadar
terendahnya yaitu 0,02 µg/g kreatinin. Nilai ini masih jauh dibawah nilai ambang paparan
biologis indeks (BEI) yang direkomendasikan oleh ACGIH yaitu 25 µg/g kreatinin. Hal ini
memungkinkan responden tidak terpapar oleh benzene secara terus menerus sehingga kadar
sPMA di dalam urin ditemukan sangat kecil.

15. HUBUNGAN KONSENTRASI BENZENA DENGAN KADAR MDA

Tabel 7. Distribusi Nilai Konsentrasi Benzena dan Kadar MDA pada Responden
Responden Konsentrasi Kadar MDA
Benzena (mg/m3) (µmol/L)
1 0,0619 4,71
2 0,0619 5
3 0,1587 8,67
4 0,1587 6,10
5 0,4409 5,29
6 0,4409 6,43
7 0,0735 6,57
8 0,168 8,38
9 0,136 4,52
10 0,0619 8,05
11 0,0735 3,14
12 0,0735 5,14
13 0,1016 3,67
14 0,1016 4,05

Pada Tabel 7, konsentrasi benzena tertinggi pada 14 responden adalah 0,4409 mg/m 3.
Sedangkan konsentrasi terendahnya adalah 0,0619 mg/m 3. Kadar MDA tertinggi adalah 8,67
µmol/L, sedangkan kadar terendahnya adalag 3,14 µmol/L. Rata-rata konsentrasi benzena yaitu
0,1509 mg/m3 dan rata-rata kadar MDA yaitu 5,69 µmol/L. Batas normal konsentrasi benzena
adalah 0.5 ppm atau 1.6 mg/m3 sedangkan MDA adalah 1.076 µmol/L. Sehingga jika
dibandingkan dengan standar normal konsentrasi benzena masih berada dalam kategori normal
sedangkan kadar MDA sudah berada di atas standar normal.
Berdasarkan uji Korelasi Pearson, dengan kedua data berdistribusi normal, diperoleh nilai
p sebesar 0,576 berarti nilai p > 0,05 (α), maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat korelasi atau hubungan yang signifikan antara konsentrasi benzena dengan kadar
MDA pada responden.

Pembahasan
Malondialdehid (MDA) adalah senyawa yang dihasilkan dari peroksidasi lipid. Peroksida
lipid terbentuk sebagai hasil reaksi antara radikal bebas dan asam lemak tidak jenuh. Kadar
peroksida lipid di jaringan dan darah dapat digunakan sebagai indicator stress oksidatif.
Pengukuran MDA sering digunakan untuk mengetahui tingkat kerusakan yang disebabkan oleh
proses peroksidasi lipis membrane atau lipoprotein (Subandrate & Safyudin, 2016).
Kadar rata-rata MMDA pada karyawan pertamina cilacap lebih tinggi dari batas normal ,
yaitu ≥1.076 µmol/L, hal ini dapat disebabkan karena senyawa oksidan di lingkungan pertamina
dimetabolisme dalam tubuh menjadi radikal bebas yang selanjutnya memproduksi lipid dan
membentuk MDA. Semakin lama seseorang bekerja di pertamina maka makin banyak juga
paparan senyawa benzene ,sehingga terjadi peningkatan radikal bebas dan peroksidasi lipid.
Salah satu dampak peningkatan peroksidasi lipid adalah menyebabkan kerusakan pembuluh
darah atau aterosklerosis dan penyempitan atau vasokonstriksi, dimana keadaan ini dapat
memicu jantung untuk memompa darah lebih cepat dan kuat sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan darah dan frekuensi denyut jantung (denyut nadi).
Berdasarkan uji Korelasi Pearson, dengan kedua data berdistribusi normal, diperoleh nilai
p sebesar 0,576 berarti nilai p > 0,05 (α), maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat korelasi atau hubungan yang signifikan antara konsentrasi benzena dengan kadar
MDA pada responden.
Daftar Pustaka
Bada, S. S. E., Tualeka, A. R., & Widajati, N. (2018). Factor related to urine trans, trans-
muconic acid (TT-MA) levels of shoemaker in tambak oso wilangun Surabaya. Indian
Journal of Public Health Research and Development, 9(1), 47–52.
https://doi.org/10.5958/0976-5506.2018.00009.8
Husein, Sri Gustini., Muchtaridi., M. (2016). Metode Analisis A-Phenyl Mercapturic Acid (S-
Pma) Dalam Urin Sebagai Biomaker Paparan Benzena. Indonesian Journal of
Pharmaceutical Science and Technology, V No. 2.
Subandrate, & Safyudin. (2016). Kadar MDA ( Malondialdehid ) Karyawan SPBU di Kota
Palembang. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 2(3), 277–281.
https://www.researchgate.net/publication/308898341%0AKadar
Tualeka, A. R., Pathak, Y., Wibrata, D. A., Ilmi, B., Ahsan, A., Rahmawati, P., Russeng, S. S.,
Wahyu, A., Maspiyah, M., & Sukarmin, S. (2019). Relationship of benzene exposure to
trans, trans-muconic acid and blood profile of shoe workers in romokalisari Surabaya,
Indonesia. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 7(5), 816–823.
https://doi.org/10.3889/oamjms.2019.136
Wulandari, R. A., & Fauzia, S. (2019). Effects of benzene exposure on hematological parameters
shoe-manufacturing workers in Bogor, West Java. Journal of International Dental and
Medical Research, 12(2), 837–841.

Anda mungkin juga menyukai