Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN TINDAKAN ASEPTIK DENGAN KEJADIAN INFEKSI

PADA LUKA BAKAR DI IGD RSUD TERNATE

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : RISAL MAREHE

NIM : 1714201131

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan

yang memberikan pelayanan kepada masyarakat secara paripurna dalam upaya

pemelihara kesehatan (Kemenkes RI, 2014). Disisi lain, rumah sakit juga

berperan dalam transmisi berbagai mikroorganisme yang dapat menyebabkan

infeksi selama pasien dirawat atau segera setelah pasien dipulangkan. Infeksi

yang diperoleh pasien selama dirawat di rumah sakit disebut infeksi

nosokomial atau hospital associated/acquired infection (HAI) (Berket et al.,

2012).

Menurut data surveilans World Health Organisation (WHO) tahun 2012

dinyatakan bahwa kejadian infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu 5% per

tahun. Berdasarkan hasil penelitian di rumah sakit Amerika Serikat sekitar 20

juta dari 40 juta pasien dilaporkan menerima intervena dengan angka

nosokomial sebanyak 62% (Lundgren dalam Widhori, 2014). Menurut Depkes

RI tahun 2009 jumlah kejadian infeksi nosokomial di \indonesia sebanyak

(17,11%), sedangkan angka standar nosokomial yang direkomendasikan oleh

Intravenus Distribusi Society (INS) adalah 5% atau kurang. Jumlah kejadian

nosokomial menurut distribus penyakit sistem sirkulasi pasien rawat inap di

Indonesia tahun 2012 berjumlah 744 orang (Kemenkes RI, 2014).


Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang timbul setelah 72 jam pasien

dirawat inap samapai 30 hari lepas rawat.

Infeksi nosokomial meningkatkan morbiditas dan mortalitas di dunia baik di

negara maju maupun negara berkembang (Nasution, 2012). Selain itu, infeksi

nosokomial juga dapat meningkatkan biaya rumah sakit pasien (Diouf, Beye,

Diop, Kane, & Ka, 2009). Suatu penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit

DKI Jakarta menunjukan bahwa 9,8% pasien dirawat inap mengalami infeksi

nosokomial (Nasution, 2012).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalah apakah

ada hubungan tindakan aseptik dengan kejadian infeksi pada luka bakar di IGD

RSUD Ternate?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis hubungan tindakan aseptik dengan kejadian infeksi

pada luka bakar di IGD RSUD Ternate

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan tindakan aseptik di IGD RSUD Ternate

b. Untuk mengetahui hubungan kejadian infeksi pada luka bakar di IGD

RSUD Ternate

c. Untuk menganalisis hubungan tindakan aseptik dengan kejadian infeksi

pada luka bakar di IGD RSUD Ternate


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pendidikan

terutama masalah keperawatan dalam perawatan luka bakar.

2. Bagi tempat penelitian

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengatur,

mengelola, menarik pelanggan yang menggunakan jasa rumah sakit dan

sebagai bahan evaluasi terhadap pelayanan keperawatan terutama pada

perawatan luka bakar.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan sumber informasi atau sebagai

data awal bagi penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tindakan Aseptik

1. Pengertian Tindakan Aseptik

Tindakan aseptik adalah metode yang digunakan untuk mencegah infeksi

nosokomial (James, dkk. 2009). Tindakan aseptik ini digunakan pada setiap

prosedur dan peralatan invasif seperti kateter urin. Prosedur ini harus

dilaksanakan pada tempatnya untuk meminimalkan resiko infeksi,

diperkirakan 30% infeksi nosokomial dapat dicegah. Pedoman nasional di

Inggris untuk pencegahan dan pengontrolan infeksi nosokomial telah

dikeluarkan pada tahun 2010.

2. Jenis Tindakan Aseptik

Ada dua jenis teknik aseptik yang digunakan dalam praktek keperawatan,

yaitu aseptik medis dan aseptik bedah :

a. Aseptik medis

Aseptik medis adalah teknik atau prosedur yang dilakukan untuk

mengurangi jumlah mikroorganisme disuatu objek serta menurunkan

kemungkinan penyebaran dari mikroorganisme tersebut. Aseptik medis

sangat penting untuk diterapkan saat merawat individu yang rentang

terhadap infeksi baik karen penyakitnya, pembedahan atau karena

immunosupresi.
Suatu objek dikatakan terkontaminasi bila objek tersebut menjadi tidak

steril atau bersih, dalam aseptik medis suatu area atau objek dikatakan

terkontaminasi bile terdapat objek dicurigai mengandung kuman patogen

misalnya tempat tidur yang telah dipakai, lantai dan kasa basah yang

telah dipakai. Dalam lingkungan perawatan kesehatan lingkungan,

mencuci tangan adalah tindakan dasar yang paling penting dalam

pencegahan dan pengontrolan penularanpenularan infeksi nosokomial.

b. Aseptik bedah

Aseptik bedah atau tindakan steril termasuk prosedur yang digunakan

untuk membunuh mikroorganisme. Setelah objek menjadi tidak steril

maka objek tersebut telah terkontaminasi, misalnya alat – alat perawatan

luka yang telah dipakai atau tersentuh objek yang tidak steril. Tindakan

steril sering dilakukan dalam berbagai tindakan keperawatan di ruangan

keperawatan, seperti dalam perawatan luka oprasi (mengganti balutan).

B. Infeksi Luka Bakar

1. Pengertian Luka Bakar

Luka bakar (Combusto) merupakan salah satu kejadian yang sering

terjadi pada masyarakat. Menurut WHO pada tahun 2004 telah terjadi

kasus kebakaran secara tidak sengaja sebesar 7,1 juta di dunia. Pada tahun

yang sama WHO mencatat sebanyak 310.000 orang meninggal dunia akibat

luka bakar, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi luka bakar

yang terjadi di Indonesia sebesar 0,7%. Prevalensi ini tertingi terjadi pada

usia 1-4 tahun (Syuhar, et al., 2015).


Luka bakar adalah bentuk kerusakan dan kehilangan jaringan yang

disebabkan oleh sumber daya yang memiliki suhu yang sanggat tinggi yaitu

api, air panas, zat kimia, listrik, dan radiasi (Moenadjat, 2009).

2. Penanganan dan Penyembuhan Luka Bakar

Yaitu mencegah infeksi dan memberikan sisa sel epitel untuk

berpoliferasi dan menutup permukaan luka. Penyembuhan luka memiliki

tiga fase, yaitu inflamasi, poliferasi dan remodeling. Infeksi merupakan

faktor yang dapat mengganggu dan menghambat proses penyembuhan.


BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN & DEFINISI

OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Kejadian infeksi pada


Tindakan aseptik
luka bakar

Gambar 3.1 Kerangka konsep Hubungan tindakan aseptik dengan kejadian


infeksi pada luka bakar di IGD RSUD Ternate

B. Hipotesis

1. Ha : Ada Hubungan tindakan aseptik dengan kejadian infeksi pada luka

bakar di IGD RSUD Ternate.

2. Ho : Tidak ada Hubungan tindakan aseptik dengan kejadian infeksi pada

luka bakar di IGD RSUD Ternate.


C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 defenisi oprasional hubungan tindakan aseptik dengan


kejadian infeksi pada luka bakar di IGD RSUD Ternate

No. Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


operasional ukur
1. Tindakan Perilaku disiplin Lembar Melakukan ≥ Ordinal
aseptik yang dilakukan Observasi 50% jika
oleh perawat perawat
dalam melakukan
melaksanakan tiga atau lebih
tindakan aseptik tindakan
aseptik

Tindak
melakukan <
50% jika
perawat hanya
melakukan
satu atau dua
tindakan
aseptik
2. Kejadian Jumlah infeksi Lembar Ada infeksi Ordinall
infeksi luka yang di Observasi VIP luka =
pada luka akibatkan oleh Score apabila
bakar komplikasi ditemukan
tindakan dua atau
aseptik yang lebih tanda
dapat dilihat infeksi
menggunakan
VIP Score. Tidak ada
infeksi =
apabila tidak
di temukan
dua atau
lebih tanda
kejadian
infeksi
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desain dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan

pendekatan Carossectionalialah suatu metode penelitian deskriptif yang

dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran suatu keadaan secara

obyektif. (Notoatmodjo, 2009).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian akan di laksanakan di IGD RSUD Ternate.

2. Waktu penelitian

Penelitian akan di laksanakan pada bulan Mei - Juni 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini yang di ambil adalah penderita hipertensi.

Populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 30 responden.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yang di

mana di ambil keseluruhan dari populasi yang berjumlah 30 responden.


D. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini berupa angket yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu

pada konsep dan teori terkait yang berisi data umum dan pertanyaan yang

berhubungan dengan sikap dan pengetahuan terdiri dari :

1. Data identitas responden

2. Lembar observasi tindakan aseptik

3. Lembar observasi VIP Score kejadian infeksi pada luka bakar

E. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat yang dilakukan terhadap variable-variabel, dari hasil

yang diperoleh dalam penelitian, pada umumnya dari hasil analisis,

menghasilkan distribusi dan presentase tiap variable-variabel yang ada,

dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dengan distribusi

proporsi (Sugiyono, 2009)

2. Analisa Bivariat

Analisa ini bertujuan melihat hubungan antara variable independen dengan

dependen uji yang dipakai adalah chi-square dengan mengunakan aplikasi

SPSS.
F. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas responden

akan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden. Masalah etika itu

terutama di temukan pada :

1. Informed consent (Lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini di berikan pada responden yang akan mengisi

kuesioner dan memenuhi kriteria inklusi. Jika subjek menolak, peneliti tetap

menghormati hak – hak mereka.

2. Anonymity (Tanpa nama)

Menjaga kerahasiaan maka subjek tidak mencantumkan tapi di beri kode

atau inisial.

3. Confidentialy (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informal responden di jamin oleh peneliti dan hanya data – data

tertentu yang akan di laporkan sebagai hasil penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Bereket W, et al. 2012. Update on bacterial nosocomial infections. Eurean Review


for Medical and Pharmacological Sciences. 16(8):1039-1044
Diouf E, Bèye MD, Diop NM, Kane O, Ka SB. 2007.  Nosocomial infections: 
definition,  frequence  and  risk  factors  [Online  Journal]  [diunduh  18 
Agustus 2016]. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/.

Fraser, Diane M. Cooper, Margaret A. (2009).  Buku Ajar Bidan Myles. Ed 14. 
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
James, J., Baker, C., dan Swain, H. 2009. Prinsipprinsip Sains untuk Keperawatan. 
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kemenkes RI. 2014. Peraturan mentri kesehatan republik Indonesia nomor 56


tahun 2014 tentang klafikasi dan perizinan rumah sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Nasution LH. 2012. Infeksi nosokomial. MDVI. 39(1):36–41.
National  Collaborating  Centre  for  Women’s  and  Children’s  Health.  2009. 
Surgical site infection: prevention and treatment of surgical site infection. 
Volume 27. RCOG Press.
Nugraheni  R,  Suhartono,  Winarni  S.  2012.  Infeksi  nosokomial  di  RSUD
Setjonegoro Kabupaten Wonosobo. Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia. 11(1): 94-100

Anda mungkin juga menyukai