Anda di halaman 1dari 2

Privasi juga berhubungan dengan seberapa banyak informasi tentang diri seseorang dapat dikemukakan

kepada orang atau pihak lain. Saat ini terdapat puluhan situs jejaring social, ribuan chat room, mailing
list dan sebagainya melalui internet aupun internet perusahaan. Dengan adanya komunikasi elektronik
yangmasih seperti ini, kesulitan yang ditemui adalah konflik antara kebebasan berbicara, privasi dan
etika. Informasi pribadi seperti status kesehatan atau kondisi seksual dari seseorang dapat berdampak
negatif pada saat kontrak, promosi maupun kebijakan personal lainnya. Meskipun demikian,
kepentingan masyarakat harus tetap diutamakan daripada kepentingan pribadi, sehingga privacy tidak
bersifat mutlak, dan hak public untuk mengetahui lebih utama dibandingkan dengan hak privacy
individu.

Untuk melindungi konsumen dari penyalahgunaan informasi pribadi bagi kepentingan produsen,
pemerintah AS telah mengeluarkan s.2201, the online personal privacy act di tahun 2002, yang
meregulasi cara perusahaan-perusahaan yang menjalankan bisnis di internet mengumpulkan infomasi
dari konsumennya. Keberadaan UU ini juga didukung oleh pembentukan The Federal Agency Protection
Of Privacy Act.

Manson (2000) menyarankan agar perusahaan bekerja keras untuk mengembangkan kebijakan kode
privacy yang membantu organisasi dari tuntutan masalah hukum dikemudian hari. Hal ini
mengimplikasikan bahwa kegiatan mengkoleksi sejumlah informasi pribadi pada konsumen, klien, dan
karyawan mendatangkan kewajiban bagi perusahaan untuk mmenjamin bahwa informasi tersebut telah
diproteksi.

Kejahatan internet (cybercrime)

Seiring dengan pertumbuhan jaringan internet, kejahatan yang berbasis internet pun juga semakin
marak. Dalam dokumen kongres PBB yang bertajuk the prevention of crime and treatment of
offlenderes di Havana, kuba (1991) dan di wina, Austria (2000), kejahatan internet didefinisikan sebagai:

1. Tindakan illegal apapun yang terarah dengan maksud untuk eksploitasi elektronik yang
menargetkan keamanan dari system computer dan data yang telh diolah.
2. Tindakan illegal apapun yang telah dilakukan sehubungan dengan penawaran system computer
atau jaringan mencakup kepemilikan, penawaran, atau distribusi informasi illegal yang
ditunjukan untuk system computer atau jaringan.

Berbeda dengan kejahatan biasa, kejahatan internet tidak selalu murni criminal berdasarkan tujuan yang
ingin dicapai pelakunya. Jika pelakunya menggunakan internet semata-mata untuk melakukan
kejahatan, maka sudah jelas tindakan ini merupakan kriminalitas (misal: carding atau pencurian nomor
kartu kredit). Namun jika pelaku hanya melakukan pengintaian terhadap system milik orang lain dengan
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari system yang diintai termasuk system operasi yang
digunakan, maka perbuatan ini belum tentu tergolong kriminalitas.

Bentuk kejahatan internet:

1. Mengakses tanpa izin/illegal ( unauthorized access)


2. Konten palsu/illegal (illegal contens)
3. Menyebarkan virus atau WORM
4. Cyber espionagr, sabotage, dan extortion
5. Mencuri nomor kartu kredit (carding)
6. Hacking dan cracking
7. Cybersquatting
8. Typosquatting
9. Cyberstalking
10. Membajak hasil karya cipta orang lain (hijacking)
11. Terorisme lewat internet (cyber terrorism)

Hukum internet (cyberlaws)

Menurut safitri (1999) hukum internet merupakan undang-undang yang mengatur setiap aspek yang
berhubungan dengan orang perorangan atau subjek hukum yang menggunakan serta memanfaatkan
teknologi internet, dimulai pada saat mulai online hingga memasuki dunia internet. Dalam hukum cyber
ada 7 aspek dasar yang diatur dalam perdagangan elektronis

1. Yuridiksi hukum dan aspek-aspek terkait. Komponen ini menganalisis serta menetapkan hukum
yang berlaku dan diterapkan di internet.
2. Pemanfaatan internet sebagai media untuk kebebasan berpendapat yang berhubungan dengan
tanggung jawab pihak yang menyampaikan accountability dan tanggung jawab penyedia jasa
internet dalam memberikan jasa online serta tanggung jawab hukum bagi penyedia jasa
pendidikan melalui jaringan internet.
3. Aspek intellectual property rights mencakup hak paten dan merek dagang yang diterapkan di
internet.
4. Aspek kerahasiaan yang dijamin oleh ketentuan hukum yang berlaku di masing-masing yuridiksi
negara asal dari pihak yang mempergunakan atau memanfaatkan internet sebagai bagian dari
system atau mekanisme jasa yang mereka terapkan
5. Aspek hukum yang menjamin keamanan setiap pengguna internet
6. Ketentuan hukum yang merumuskan kepemilikan didalam internet sebagai bagian dari
investasi , dihitung berdasarkan prinsip-prinsip keuangan atau akuntansi
7. Aspek hukum yang memberikan legalisasi internet dalam perdagangan atau bisnis

Di Indonesia, perangkat hukum bidang teknologi informasi masih lemah, missal: belum dilakukannya
dokumen elektronik secara tegas sebagai alat bukti oleh KUHP. Menurut UU No.8/1981 pasal 184 ayat 1
alat-alat bukti hanya terbatas pada keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan
terdakwa saja. Pada tahun 2003 pemerintah Indonesia elalui department komunikasi dan informasi
(depkominfo) merancang RUU tentang informasi, komunikasi dan transaksi elektronik (IKTE). RUU itu
terdiri dari 15 bab dan 66 pasal sementara, berisi pengaturan tentang informasi elektronik, transaksi
elektronik, penyelenggaraan system elektronik, nama domain, intellectual property rights, dan
perlindungan setiap hak-hak pribadi. Hal ini dilakukan pemerintah karena tingkat tingkat kejahatan yang
ditimbulkan dari transaksi internet cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

Anda mungkin juga menyukai