Makalah Kepuasan Kerja Fix (Kel 7)
Makalah Kepuasan Kerja Fix (Kel 7)
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS JEMBER
Jl. Kalimantan II/24, Kampus Bumi Tegal Boto, Jember 68121, Jawa Timur
Website :www.unej.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui segala hal dan penjelasan yang di bahas mengenai Kepuasan Kerja.
2
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Lanjutan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Lock (1995) Kepuasan kerja merupakan suatu ungkapan emosional yang bersifat
positif atau menyenangkan sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau
pengalaman kerja.
2. Robbins (1996) Kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang karyawan terhadap
pekerjaannya.
3. Porter (1995) Kepuasan kerja adalah perbedaan antara seberapa banyak sesuatu yang
seharusnya diterima dengan seberapa banyak sesuatu yang sebenarnya dia terima.
4. Mathis dan Jackson (2000) Kepuasan kerja merupakan pernyataan emosional yang
positif yang merupakan hasil evaluasi dari pengalaman kerja.
5. T.M. Fasher (1992) Kepuasan kerja, atau dalam arti yang lebih khusus kepuasan
karyawan dalam bekerja, yang muncul bila keuntungan yang dirasakan dari pekerjaannya
melampaui biaya marjinal yang dikeluarkan oleh karyawan tersebut dianggap cukup
memadai.
1. Kepuasan kerja merupakan suatu tanggapan emosional seseorang terhadap situasi dan
kondisi kerja.
2. Tanggapan emosional bisa berupa perasaan puas (positif) atau tidak puas (negatif).
Bila secara emosional puas berarti kepuasan kerja tercapai dan sebaliknya bila tidak aka
berarti karyawan tidak puas.
3
4. Kepuasan kerja mencerminkan beberapa sikap yang berhubungan. Kepusaan kerja
merupakan sesuatu yang sangat sulit diukur yang bersifat subjektif karena setiap orang
selalu mempunyai keinginan-keinginan yang ingin dipenuhi namun setelah terpenuhi
muncul lagi keinginan-keinginan lainnya, seakan-akan manusia itu tidak mempunyai rasa
puas dan setiap pegawai mempunyai kriteria sendiri yang menyatakan bahwa dirinya
telah puas.
Kepuasan kerja bisa dilihat atau dikatakan puas dalam bekerja jika pendapatan yang
diperoleh telah dapat mencukupi kebutuhan pekerja tersebut, dan dalam perusahaan
tersebut pegawai merasakan nyaman dalam bekerja dan tidk mempunyai kekhawatiran
lain seperti kurang cukup gaji yang diterima, tidak adanya jaminan
kesehatan/keselamatan kerja dan jaminan masa tua atau pensiun.
Kepuasan kerja (job satisfaction) mengacu pada sikap individu secara umum terhadap
pekerjaannya dapat juga dikatakan sebagai persepsi awal terhadap keberhasilan suatu
pekerjaan.
Jika dilihat dari pengertian kepuasan kerja adalah sikap emosional yang
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,
kedisiplinan dan prestasi kerja. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja
dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa walaupun
balas jasa itu penting. Oleh karena itu hubungan kepuasan kerja dengan manajemen
SDM yaitu dengan adanya sikap kepuasan kerja/ tidak puas dengan pekerjaannya maka
manajemen SDM bisa mengatur karyawan yang memang tidak puas dengan
pekerjaannya, apa yang melatar belakangi karyawan tersebut tidak puas dengan
pekerjaannya. Hal tersebut bisa disebabkan karena jenis pekerjaannya tidak disukai atau
lainnya. Sehingga dengan adanya kepuasan kerja ini manajemen SDM bisa mengatur
karyawan sebaik mungkin yang bertujuan untuk produktivitas yang baik dalam
pekerjaannya.
4
1. Kondisi kerja, artinya jika seluruh kebutuhan seseorang untuk bekerja terpenuhi baik
itu dari bahan yang dibutuhkan ataupun dari lingkungan yang menunjang maka kepuasan
kerja akan terjadi.
2. Peraturan, budaya serta karakteristik yang ada dalam organisasi tersebut, yang jika
peraturan dalam menjalankan pekerjaannya dapat mendukung terhadap pekerjaannya
maka karyawan atau para pekerja akan merasakan kepuasan kerja.
4. Efisiensi kerja, dalam hal ini dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam
pekerjaannya, sehingga apabila kepuasan kerja itu ada salah satunya adalah dengan
bekerja sesuai dengan kemampuan masing-masing.
6. Rekan kerja atau partner kerja, kepuasan kerja akan muncul apabila dalam suatu
organisasi terdapat hubungan yang baik. Misalnya anggota kerja mempunyai cara atau
sudut pandang atau kebiasaan yang sama dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga
dalam bekerja juga tidak ada hambatan karena terjalin hubungan yang baik.
Teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang membuat sebagian orang lebih
puas terhadap suatu pekerjaan daripada beberapa lainnya. Teori ini juga mencari
landasan tentang proses perasaan orang terhadap kepuasan kerja. Ada beberapa teori
tentang kepuasan kerja yaitu :
5
orang lain) dan bukan dengan pekerjaan itu sendiri. Karena faktor mencegah reaksi
negatif dinamakan sebagai hygiene atau maintainance factors.
Sebaliknya kepuasan ditarik dari faktor yang terkait dengan pekerjaan itu
sendiri atau hasil langsung daripadanya seperti sifat pekerjaan, prestasi dalam
pekerjaan, peluang promosi dan kesempatan untuk pengembangan diri dan
pengakuan. Karena faktor ini berkaitan dengan tingkat kepuasan kerja tinggi
dinamakan motivators.
2. Value Theory
Menurut teori ini kepuasan kerja terjadi pada tingkatan dimana hasil pekerjaan
diterima individu seperti diharapkan. Semakin banyak orang menerima hasil, akan
semakin puas dan sebaliknya. Kunci menuju kepuasan pada teori ini adalah
perbedaan antara aspek pekerjaan yang dimiliki dengan yang diinginkan seseorang.
Semakiin besar perbedaan, semakin rendah kepuasan orang.
3. Teori Ketidaksesuaian
Teori ini pertama sekali dikemukakan oleh porter (1961), yang mendefinisikan
bahwa job satisfaction is the difference between how much of something there should
be and how much there “is now” . Setiap orang menginginkan agar sejumlah
pekerjaan yang telah disumbangkan kepada pemberi kerja akan dihargai sebesar yang
diterima secara kenyataan. Seorang yang terpuaskan bila tidak ada selisih antara
situasi yang diinginkan dengan yang sebenarnya diterima. Dengan kata lain, jumlah
yang disumbangkan ke pekerjaannya bila dikurangi dengan apa yang diterima secara
kenyataan hasilnya adalah nol, dapat dikatakan pekerjaan tersebut memberikan
kepuasan kerja. Semakin besar kekurangan atau selisih dari pengurangan tersebut,
semakin besar ketidakpuasan. Keadaan sebaliknya, jika terdapat lebih banyak jumlah
faktor pekerjaan yang dapat diterima yang menimbulkan kelebihan atau
menguntungkan, maka orang yang bersangkutan akan sama puasnya bila terdapat
selisih dari jumlah yang diinginkan.
4. Teori Keadilan
Teori ini pertama sekali dikemukakan oleh Zaleznik (1958), kemudian
dikembangkan oleh Adams (1963). Teori ini menunjukan kepada seseorang merasa
puas atau tidak puas atas situasi tergantung pada perasaan adil (equity) atau tidak adil
(inequity). Perasaan adil dan tidak adil atas suatu situasi didapat oleh setiap orang
dengan cara mebandingkan dirinya dengan orang lain pada tingkat dan jenis
pekerjaan yang sama, pada tempat maupun ditempat yang berbeda.
6
merasa adil apabila perlakuan yang diterimanya menguntungkan bagi dirinya.
Sebaliknya ketidakadilan apabila perlakuan yang diterima dirasakan merugikan
dirinya. Perasaan tidak adil yang dialami seseorang tersebut berpengaruh terhadap
prestasi kerjanya karena ketidakpuasan yang diperoleh.
Wexley dan Yukl (2003) mengatakan bahwa komponen utama dari teori ini
adalah input, outcomes, comparison person dan equity-inequity. Menurut teori ini,
seorang menilai adil bila rasio inputnya dengan hasil dibandingkan dengan rasio
input dengan hasil dari seseorang atau sejumlah orang lain bandingan. Orang
bandingan mungkuin saja dari orang-orang sendiri dengan pekerjaan sebelumnya.
Jika rasio hasil : input seorsng pekerja adalah sama atau sebanding dengan rasio
orang bandingannya, maka suatu keadaan adil dianggap para pekerja. Sebaliknya jika
para pekerja menganggap perbandingan tersebut tidak adil, maka keadaan
ketidakadilan dianggap ada. Persoalannya bagaimana kalau rasio hasil : input yang
dicapai melebihi dari rasio hasil : input yang diperoleh orang bandingannya?
Bagaimana pula jika terjadi sebaliknya? Kembali pada pernyataan sebelumnya,
keadilan diperoleh bila, rasio hasil : input seorang pekerja adalah sama atau
sebanding dengan rasio orang bandingannya.
7
mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan
kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah
persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan
praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena
itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam
cara yang adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari
pekerjaan mereka.
3. Kondisi Kerja yang Mendukung.
Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun
untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan
lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan.
Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak
esktrem (terlalu banyak atau sedikit).
4. Rekan Kerja yang Mendukung
Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud
dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan
sosial. Oleh karena itu bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenangkan
dapat menciptakan kepuasan kerja yang meningkat. Tetapi perilaku atasan juga
merupakan determinan utama dari kepuasan.
5. Kesesuaian Kepribadian dengan Pekerjaan
Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun)
dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka
mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari
pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil
pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih
besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka.
8
1. Selalu datang tepat waktu, artinya pegawai tersebut menghargai pekerjaannya dan
bertanggung jawab atas tugas yang harus dikerjakannya.
2. Senang dalam melaksanakan pekerjaannya yaitu pekerja dalam bekerja berusaha
menyukai pekerjaan yang dikerjakannya.
3. Tidak mengeluh terhadap tugas dan pekerjaan yaitu selalu dapat menerima pekerjaan
yang baru dan sulit dengan lapang dada.
4. Selalu semangat dalam bekerja yaitu pegawai dalam bekerja mempunyai suatu energi
yang penuh dalam bekerja.
5. Betah berada di tempat kerja yaitu karyawan merasa nyaman berada di tempat kerja.
6. Mempunyai hubungan harmonis dengan pegawai lain dan atasannya.
7. Selalu belajar untuk lebih baik sehubungan dengan pekerjaan yang dikerjakannya
misalnya seorang guru sejarah yang selalu belajar dan mengikuti perkembangan
sejarah yang terjadi
9
Ketidakpuasan karyawan dapat diungkapkan dengan sejumlah cara. Misalnya
daripadaBerhenti, karyawan dapat mengeluh, tidak patuh, mencuri milik organisasi, atau
mengelakkan sebagian dari tanggung jawab kepada mereka. Berikut ini adalah contoh
respon yang biasa diungkapkan karyawan jika mereka merasa tidak puas menurut
Stephen Robbins (2003:105):
1. Exit, perilaku yang mengarah untuk meninggalkan organisasi, mecakup pencarian
suatu posisi baru maupun meminta berhenti.
2. Suara (Voice), dengan aktif dan konstruktif mencoba memperbaiki kondisi.
Mencakup saran, perbaikan, membahas problem-problem dengan atasan, dan
beberapa bentuk kegiatan serikat buruh.
3. Kesetiaan (Loyality), pasif tetapi optimistis menunggu membaiknya kondisi.
Mencakup berbicara membela organisasi menghadapi kritik luar dan mempercayai
organisasi dan manajemennya untuk “melakukan hal yang tepat”.
1) Terhadap Produktivitas
2) Ketidakhadiran (Absenteisme)
Menurut Porter dan Steers, ketidakhadiran sifatnya lebih spontan dan kurang
mencerminkan ketidakpuasan kerja. Tidak adanya hubungan antara kepuasan kerja
dengan ketidakhadiran. Karena ada dua faktor dalam perilaku hadir yaitu motivasi
untuk hadir dan kemampuan untuk hadir.
10
Sementara itu menurut Wibowo (2007:312) “antara kepuasan dan
ketidakhadiran/kemangkiran menunjukkan korelasi negatif”. Sebagai contoh
perusahaan memberikan cuti sakit atau cuti kerja dengan bebas tanpa sanksi atau
denda termasuk kepada pekerja yang sangat puas.
Menurut Robbins (2003) ada empat cara tenaga kerja mengungkapkan ketidak
puasan yaitu:
Kepuasan kerja bukan hanya mengurangi stress, tetapi juga dapat membantu
meningkatkan kinerja, mengurangai perhatian karyawan dan ketidakhadiran.
Berdasarkan pengetahuan terbaru, berikut peningkataan kepuasan kerja:
11
sehingga membuat pekerjaan lebih menyenangkan, tetapi tidak menghilangkan
kebosanan dan mengurangi kesempatan bagi ketidakpuasan.
2. Memiliki gaji, benefit dan kesempatan promosi yang adil, terdapat berbagai cara
dimana organisasi secara khusus mencoba memmbuat karyawan mereka puas
3. Menyesuaikan orang dengan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kahlian
mereka, memberikan pekerjaan yang sesuai merupakan hal yang paling penting untuk
memuaskan karyawan, tetapi sering diabaikan. Tentu saja, ini diasumsikan bahwa
organisasi mengetahui minay dan keahlian seseorang. Perusahan dengan manajemen
SDM yang baik memberikan perhatian dalam menemukan minat dan eahlian dari
orang yang akan dipekerjakan dan karyawan yang sudah ada, agar sesuai dengan
pekerjaan mereka.
Menurut Riggio (2005), peningkatan kepuasan kerja dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
12
posisinya di perusahaan. Pembayaran kedua dilakukan berdasarkan jasanya (merit
pay), sistem pembayaran dimana pekerja digaji berdasarkan performancenya,
pencapaian finansial pekerja berdasarkan pada hasil yang dicapai oleh individu itu
sendiri. Pembayaran yang ketiga adalah Gainsharing atau pembayaran berdasarkan
pada keberhasilan kelompok (keuntungan dibagi kepada seluruh anggota kelompok).
3) Pemberian jadwal kerja yang fleksibel, dengan memberikan kontrol pada para
pekerja mengenai pekerjaan sehari-hari mereka, yang sangat penting untuk mereka
yang bekerja di daerah padat, dimana pekerja tidak bisa bekerja tepat waktu atau
untuk mereka yang mempunyai tanggung jawab pada anak-anak. Compressed work
week (pekerjaan mingguan yang dipadatkan), dimana jumlah pekerjaan per harinya
dikurangi sedang jumlah jam pekerjaan per hari ditingkatkan. Para pekerja dapat
memadatkan pekerjaannya yang hanya dilakukan dari hari Senin hingga Jum’at,
sehingga mereka dapat memiliki waktu longgar untuk liburan. Cara yang kedua
adalah dengan sistem penjadwalan dimana seorang pekerja menjalankan sejumlah jam
khusus per minggu (Flextime), tetapi tetap mempunyai fleksibilitas kapan mulai dan
mengakhiri pekerjaannya.
Hubungan antara kepuasan kerja dengan variabel lain dapat bersifat positif
atau negatif. Kekuatan hubungan mempunyai rentang dari lemah dampai kuat.
Menurut Kreitner dan Kinicki (2001;226) Hubungan yang kuat menunjukkan bahwa
atasan dapat mempengaruhi dengan signifikan variabel lainnya dengan meningkatkan
kepuasan kerja. Beberapa korelasi kepuasan kerja sebagai berikut :
1) Motivasi
Antara motivasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif dan
signifikan. Karena kepuasan dengan pengawasan/supervisi juga mempunyai korelasi
13
signifikan dengan motivasi, atasan/manajer disarankan mempertimbangkan
bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kepuasan pekerja sehingga mereka secara
potensial dapat meningkatkan motivasi pekerja melalui berbagai usaha untuk
meningkatkan kepuasan kerja.
2) Pelibatan Kerja
3) Organizational commitment
4) Ketidakhadiran (Absenteisme)
5) Perasaan stres
6) Prestasi kerja/kinerja
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepuasan kerja itu penting dipelajari dalam kajian perilaku organisasi, karena dengan
mengetahui kepuasan kerja maka akan memudahkan bagi organisasi untuk
mengembangkan organisasinya tersebut.
Kepuasan kerja merupakan sebentuk rasa senang terhadap apa yang telah
dikerjakannya, namun kepuasan kerja bersifat subjektif. Kepuasan antara individu satu
dengan individu lainnya cenderung berbeda, karena setiap individu mempunyai kriteria
kepuasan tersendiri dalam mengukur tingkat kepuasan hidupnya, namun kepuasan
pegaawai dalam bekerja dapat dilihat dari bagaimana kinerja pegawai tersebut namun hal
tersebut tidak menjamin pegawai merasa puas karena pada hakikatnya manusia tidak
mempunyai rasa puas.
Kepuasan kerja (job satisfaction) mengacu pada keseluruhan sikap yang akan terjadi
pada diri setiap individu secara umum terhadap pekerjaannya. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja di antaranya kondisi kerja/lingkungan kerja, peraturan
atau budaya organisasi serta karakteristik organisasi, kompensasi yang memuaskan,
efisiensi kerja dan partner kerja.
.
15