Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN JIWA

“LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI”

Oleh :

Tingkat 2A

Reren Yora Yutari (183110190)

Dosen Pembimbing :

Hj. Heppi Sasmita,M.Kep.Sp.Jiwa

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, Kesehatan Jiwa adalah suatu
keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik intelektual, emosional secara optimal
dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan orang lain. Sedangkan menurut
American Nureses Associations (ANA) keperawatan jiwa merupakan suatu bidang
khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia sebagai
ilmu dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai caranya untuk meningkatkan,
mempertahankan, memulikan keehatan jiwa.Gangguan orientasi realita adalah
ketidakmampuan individu untuk menilai dan berespon pada realita.Klien tidak dapat
membedakan rangsangan internal dan eksternal tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan.Klien juga tidak mampu untuk memberikan respon yang akurat, sehingga
tampak perilaku yang sulit dimengerti.Halusinasi adalah penyerapan (persepsi) panca
indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua panca indera dan
terjadi disaat individu sadar penuh (Depkes dalam Dermawan dan Rusdi,2013).
Halusinasi pendengaran ialah klien mendengar suara-suara yang tidak berhubungan
dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak mendengarnya (Dermawan dan Rusdi,
2013). Sedangkan menurut Kusnawati (2010) halusinasi pendengaran adalah klien
mendengar suara-suara yang jelas maupun tidak jelas, dimana suara tersebut bisa
mengajak klien berbicara atau melakukan sesuatu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalahnya adalah
bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Halusinasi
Pendengaran
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Halusinasi Pendengaran
b. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
Halusinasi Pendengaran
b) Mampu melakukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Halusinasi Pendengaran
c) Mampu melakukan perencanaan keperawatan pada pasien dengan
Halusinasi Pendengaran
d) Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan
Halusinasi Pendengaran
e) Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
Halusinasi Pendengaran
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi Halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghidu. Klien merasa stimulus yang sebetul-betulnya
tidak ada (Damaiyanti,2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan interna (pikiran) dan rangsangan eksterna (dunia luar).Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata.Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal padahal tidak ada
orang yang berbicara (Direja, 2011).
Jadi Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
gangguan sensori persepsi yaitu merasakan sensasi palsu berupa suara,penglihatan,
pengecapan,perabaan,atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebenarnya
tidak ada
B. Jenis-jenis halusinasi
1. Pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara
orang.Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang
jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara
dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien disurh untuk melakukan sesuatu kadang
dapat membahayakan.
2. Penglihatan
Stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.Halusinasi penghidu sering
akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,urin atau feses.
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa stimulasi yang
jelas.Rasa tersetrum yang dating dari tanah, benda mati atau orang lain.
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala Halusinasi adalah:

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi 1. Bicara/tertawa sendiri 1. Mendengar suara-suara
Pendengaran 2. Marah-marah tanpa sebab kegaduhan
3. Menyondongkan telinga 2. Mendengar suara yang
ke arah tertentu mengajak berbicara
4. Menutup Telinga 3. Mendengar suara menyuruh
untuk melakukan sesuatu
yang berbahaya
Halusinasi 1. Menunjuk-nunjuk ke arah 1. Melihat bayangan sinar,
Penglihatan tertentu bentuk geometris,bentuk
2. Ketakutan pada sesuatu karton dan Melihat hantu atau
yang tidak jelas monster

Halusinasi Penghidu 1. Menghidu seperti sedang 1. Membaui bau-bauan seperti


membaui bau-bauan darah,urin, feses,dan kadang-
tertentu kadang bau itu menyenangkan
2. Menutup Hidung
Halusinasi Pengecap 1. Sering meludah 1. Merasakan rasa seperti darah,
2. Muntah urin atau feses
Halusinasi Perabaan 1. Menggaruk-garuk 1. Mengatakan ada serangga di
permukaan kulit permukaan kulit
2. Merasakan seperti tersengat
listrik
D. Etiologi Halusinasi
Faktor-faktor penyebab halusinasi dibagi dua (Yosep,2010 )yaitu :
1. Faktor predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
control dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilangnya kepercayaan diri dan lebih
rentan terhadap stress.
b. Faktor Susiokultur
Seseorang yang tidak diterima oleh lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
Buffofenon dan Dymetytranferse (DMP). Akibat stress bekepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi
ketidakseimbangan acetylcholine dan dopamine.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adaktif.Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya.Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam
nyata menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Anak sehat yang diasuh oleh orang tua yang mengalami gangguan
jiwa cenderung mengalami gangguan jiwa dan faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit.
2. Faktor presipitasi
a. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat timbul oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alkohol dan kesulitan dalam waktu lama.
b. Dimensi Emosional
Perasaaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi terjadi.Isi dari halusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
c. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan penurunan fungsi ego seseorang yang
pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego itu sendiri untuk
melawan implus yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial
Dalam dimensi sosial ini klien mengalami gangguan interaksi sosial
dan menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan.
e. Dimensi Spriritual
Secara spriritual klien dengan halusinasi dimulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya keinginan untuk beribadah
dan jarang berupaya secara spriritual untuk menyucikan diri. Klien
sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki,
menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan memburuk.
E. Tahap-Tahap Halusinasi
Halusinasi berkembang melalui empat tahap, yaitu sebagai berikut :

1) Fase pertama / Tahap comforting (ansietas sedang) Yaitu fase menyenangkan


a. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.
b. Karakteristik : Klien mengalami stress, cemas ringan, perasaan
perpisahan, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan.
c. Gejala : Klien mulai melamun, memikirkan hal-hal yang menyenangkan,
cara ini hanya menolong sementara.
d. Perilaku klien : Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan
bibir tanpa suara, menggerakkan mata cepat, respon verbal yang lambat
jika sedang asyik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.
2) Fase kedua / Tahap condemming (ansietas berat) Yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan
a. Pada tahap ini termasuk dalam psikotik ringan
b. Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan,
kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir sendiri jadi dominan.
c. Gejala : Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas, klien tidak ingin ada
orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
d. Perilaku klien : Meningkatnya tanda-tanda system saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, klien asyik dengan
halusinasinya, dan tidak bisa membedakan realitas.
3) Fase ketiga / Tahap controling (ansietas berat)Yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa.
a. Pada tahap ini termasuk dalam gangguan psikotik
b. Karakteristik : Klien mendengar bisikan, suara, isi halusinasi semakin
menonjol, menguasai dan mengontrol klien
c. Gejala : Klien menjadi terbiasa, dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
d. Perilaku klien : Kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian
hanya beberapa menit atau detik, tanda-tanda fisik berupa klien
berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.
4) Fase keempat / Tahap conquering (panik)Yaitu Klien lebur dengan
halusinasinya
a. Pada tahap ini termasuk dalam psikotik berat
b. Karakteristik : Halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah,
dan memarahi klien
c. Gejala : Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak
dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dan lingkungan.
d. Perilaku klien : Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri tau katatonik, tidak mampu merespon
terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu
orang.
F. Identifikasi Perilaku Halusinasi

a. Isi halusinasi
1) Menanyakan suara siapa yang didengar
2) Apa bentuk bayangan yang dilihat
3) Bau apa yang tercium
4) Rasa apa yang dikecap
5) Merasakan apa dipermukaan tubuh
b. Waktu dan frekuensi halusinasi
1) Kapan pengalaman halusinasi itu muncul
2) Bila mungkin klien diminta menjelaskan kapan persis waktu terjadinya
halusinasi tersebut
c. Situasi pencetus halusinasi
1) Menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang dialami sebelum
halusinasi muncul
2) Mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi
d. Respon klien
1) Apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi
2) Apakah masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak berdaya
lagi terhadap halusinasi.
G. Rentang Respon
R. Adaptif R. Maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikiran


Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosi berlebihan atau kurang Kesukaran proses
Dengan pengalaman Perilaku yang tidak biasa Emosi
Perilaku sesuai Menarik diri Perilaku disorganisasi
Berhubungan sosial Isolasi sosial

H. Proses Terjadinya Halusinasi


Yang menjadi penyebab atau sebagai trigger muncunya halusinasi antara lain
klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya
keterampilan berhubungan sosian klien menjadi menrik diri dari lingkungan. Dampak
selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulasi internal menjadi lebih
dominan dibandingkan stimulasi ekternal.Klien lama kelamaan kehilangan
kemampuan membedakan stimulasi internal dengan stimulus eksternal.Kondisi ini
memicu terjadinya halusinasi.

I. Pohon Masalah Halusinasi

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi


Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

J. Prinsip Tindakan Keperawatan Pada Halusinasi


1) Bina Hubungan Saling Percaya
2) Validasi halusinasi klien dan tidak memfasilitasi halusinasi klien
3) Adakan Kontrak sering tapi singkat
4) Terima Halusinasi dan ungkapkan realita perawat
5) Bantu klien mengontrol Halusinasinya

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
PADA PASIEN HALUSINASI
A. Pengkajian
1. Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,
tanggal pengkajian, nomor rekam medic
2. Alasan masuk RS
Umumnya klien halusinasi di bawa ke RS karena keluarga merasa tidak
mampu merawat, terganggu karena perilaku klien hal lain, gejala yang
dinampakkan di rumah sehingga klien di bawa ke RS untuk mendapatkan
perawatan
3. Kaji factor-faktor predisposisi dan prepisitasi
4. Psikososial yang terdiri dari genogram , konsep diri, hubungan social dan
spiritual
5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicraan, aktivitas , alam
perasaan , efek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses fikir ,
isi piker , tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung,
kemampuan penilaian, dan daya tilik diri
6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive
7. Penatalaksanaan

Farmako

a. Anti Psikotik :
Chlorpromazine ( promactile, largactile), haloperidol ( Haldol, serenace,
lodomer), stelazine, clozapine (clozaril), risperidone ,risperdal)
b. Anti perkinson:
Trihexyphenidile, artan

Data yang Perlu Dikaji adalah :


Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji
A. Perubahan Persepsi Subjektif:
Sensori: Halusinasi 1. Klien mengatakan mendengar sesuatu.
(pendengaran, 2. Klien mengatakan melihat bayangan putih.
Penglihatan, Perabaan, 3. Klien mengatakan dirinya seperti disengat
penciuman, pengecapan ) listrik.
4. Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap,
seperti feses.
5. Klien mengatakan kepalanya melayang di
udara.
6. Klien mengatakan dirinya merasakan ada
sesuatu yang berbeda pada dirinya.

Objektif:
1. Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat
dikaji.
2. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu.
3. Berhenti bicara di tengah- tengah kalimat
untuk mendengarkan sesuatu.
4. Disorientasi.
5. Kosentrasi rendah.
6. Pikiran cepat berubah-ubah.
7. Kekacauan alur pikiran.

B. Isi Halusinaasi Data dikaji dengan menanyakan suara siapa yang


didengar,berkata apabila halusinasi yang dialami
adalah halusinas dengar, atau apa bentuk
bayangan yang dilihat oleh klien bila jenis
halusinasi adalah halusinasi penglihatan, bau apa
yang tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa
yang dikecap untuk halusinasi pengecapan, atau
merasakan apa di permukaan tubuh bila
halusinasi perabaan.
C. Waktu dan Frekuensi Data yang dikaji dengan menanyakan kepada
Halusinasi klien kapan pengalaman halusinasi muncul,
berapa kali sehari, seminggu atau bulan,
pengalaman halusinasi itu muncul, bila mungkin
klien diminta menjelaskan kapan persisnya
waktu terjadi halusinasi tersebut. Informasi ini
penting untuk mengidentifasi pencetus halusinasi
dan menentukan bilamana klien perlu
diperhatikan saat mengalami halusinasi.

D. Situasi Pencetus Perlu diidentifikasi situasi yang dialami klien


Halusinasi sebelum mengalami halusinasi. Data dapat dikaji
dengan menanyakan kepada klien peristiwa atau
kejadian yang dialami sebelum halusinasi
muncul. Selain itu, juga bisa mengobservasi apa
yang dialamai klien menjelang muncul
halusinasi untuk memvalidasi klien.

E. Respon Klien Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah


mempengaruhi klien bisa dikaji dengan
menanyakan apa yang dilakukan oleh klien saat
mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien
masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau
sudah tidak berdaya lagi terhadap halusinasi.

B. Diagnosa Keperawatan

Gangguang persepsi sensori : halusinasi berhubungan dengan menarik diri

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosis Intervensi Keperawatan


NOC NIC
Ganggua Setelah dilakukan asuhan keperawatan Tindakan
n persepsi selama 3x 24 jam maka pasien dapat psikotereupetik:
sensori : mengatasi halusinasi dengan indicator : 1. Bina hubungan
halusinasi 1. Klien dapat membina hubungsn saling percaya
saling percaya dengan Pasien
2. Klien dapat mengenal 2. Adakan kontak
halusinasinya: jenis, isi, waktu, sering dan
dan frekuensi halusinasi, respon singkat secara
terhadap halusinasi, dan tindakan bertahap
yang sudah dilakukan 3. Observasi
3. Klien dapat menyebutkan dan tingkah laku klien
mempraktekkan cara mengontrol terkait
halusinasi yaitu dengan halusinasinya
menghardik, bercakap-cakap 4. Tanyakan
dengan orang lain, keluhan yang
terlibat/melakukan kegiatan, dan dirasakan klien
minum obat.
4. Klien dapat dukungan keluarga
dalam mengontrol halusinasinya
5. Klien dapat minum obat dengan
bantuan minimal

D. Strategi Pelaksanaan

1. SP Pasien
a. SP 1
1. Mengidentifikasi Jenis Halusinasi Pasien
2. Mengidentifikasi Isi Halusinasi Pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi Frekuensi Halusinasi Pasien
5. Mengidentifikasi Situasi yang menimbulkan Halusinasi
6. Mengidentifikasi Respon Pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien cara menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik ke dalam
jadwal kegiatan pasien
b. SP 2
1. Mengevaluasi kegiatan harian pasien (SP1)
2. Melatih Pasien mengendalikan Halusinasi dengan cara minum obat
secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
pasien
c. SP 3
1. Mengevaluasi kegiatan harian pasien (SP 1 dan SP 2)
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan
berbicara/bercakap dengan orang lain saat halusinasi muncul
3. Menganjurkan pasien memasukan ke dalam jadwal kegaitan harian
pasien
d. SP 4
1. Mengevaluasi kegiatan harian pasien (SP1, SP2, dan SP 3)
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan
kegiatan sehari-hari (Kegiatan yang biasa dilakukan pasien di
rumah)
3. Menganjurkan pasien memasukan ke dalam jadwal harian pasien
2. SP Keluarga
a. SP 1
1. Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam merawat pasien
2. Menjelaskan Pengertian,tanda dan gejala, dan jenis halusinasi yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Gunakan media seperti liflet dalam menjelaskan cara merawat
pasien halusinasi
4. Latih cara menghardik dibimbing keluarga
5. Masukkan ke jadwal harian
6. Anjurkan memberi pujian
b. SP 2
1. Evaluasi SP 1 keluarga dalam cara menghardik
2. Latih keluarga untuk melatih pasien minum obat
3. Masukkan ke jadwal harian
4. Anjurkan memberi pujian
c. SP 3
1. Evaluasi SP1 dan SP 2 keluarga
2. Latih keluarga merawat pasien dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain
3. Masukkan ke jadwal harian
4. Anjurkan memberi pujian
d. SP 4
1. Evaluasi SP1,SP2 dan SP 3
2. Anjurkan keluarga untuk melatih kegiatan yang masih bias
dilakukan pasien
3. Latih keluarga untuk mencegah kekambuhan pada pasien
4. Anjurkan memberi pujian

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan dari awal hingga akhir kegiatanyang setiap kali


berinteraksi menggunakan anamnesa SOAP (Subjektif,Objektif,Analisis,problem).
Semua tindakan dengan halusinasi yang dibahas melalui strategi pelaksanaan yang
dapat dilakukan. Klien dapat membina hubungan saling percaya , klien mengetahui
cara mengatasi halusinasinya.

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi maka dapat diambil beberapa


kesimpulan sebagaiberikut :

 Pada Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi ditemukan
adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatan secara terus
menerus, membina hubungan saling percaya yang dapat menciptakan suasana
terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan.
 Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan halusinasi,
pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai system pendukung yang
mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu perawat / petugas
kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam memberikan data yang
diperlukan dan membina kerjasama dalam memberiperawatan pada pasien. Dalam hal
ini penulis dapat menyimpulkan bahwa peran serta keluarga merupakan faktor penting
dalam proses penyembuhan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.


Herman ade. (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. yogyakarta: nuha medika.

W. Stuart, G. (2007).Buku Saku Keperawatan Jiwa.Edisi 5.Buku saku kedokteran .Jakarta :


EGC
Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa. Jakarta:
Depkes RI.

Anda mungkin juga menyukai