LP COMBUSTIO (R.16) Print Ini
LP COMBUSTIO (R.16) Print Ini
O L E H :
019.02.0970
B. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua kulit batas dengan
epidermis dilapisi oleh membrane basalis dan di sebelah
bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak
jelas hingga kita ambil patokannya adalah mulai terdapatnya
sel lemak.
C. Subkutis/Hipodermis
Subkutis terdiri dari kumpulan sel lemak dan diantara
gerombolan ini benjolan serabut-serabut jaringan dermis,
sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak
ke pinggir sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak
ini disebut penikulus adiposis. Kegunaan penikulus adiposis
adalah sebagai pegas bila tekanan trauma yang menimpa pada
kulit. Isolator panas untuk mempertahankan suhu tubuh.
B. ETIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy
dari sumber panas ke tubuh melalui konduksi atau
radiasi elektromagnetik, meliputi: Etiologi luka bakar
dapat dibagi menjadi Scald Burns, Flame Burns, Flash
Burns, Contact Burns, Chemical Burns, Electrical
Burns, Frost Bite (Jeschke, 2007).
a. Scald Burns
Luka karena uap panas, biasanya terjadi karena air
panas, merupakan kebanyakan penyebab luka bakar pada
masyarakat. Air pada suhu 60°C menyebabkan luka bakar
parsial atau dalam dengan waktu hanya dalam 3 detik.
Pada 69°C, luka bakar yang sama terjadi dalam 1 detik
(Jeschke, 2007).
b. Flame Burns
Luka terbakar adalah mekanisme kedua tersering dari
injuri termal. Meskipun kejadian injuri disebabkan oleh
kebakaran rumah telah menurun seiring penggunaan
detektor asap, kebakaran yang berhubungan dengan
merokok, penyalahgunaan penggunaan cairan yang mudah
terbakar, tabrakan kendaraan bermotor dan kain terbakar
oleh kompor atau pemanas ruangan juga bertanggung jawab
terhadap luka terbakar (Jeschke, 2007).
c. Flash Burns
Flash burns adalah berikutnya yang paling sering.
Ledakan gas alam, propan, butane, minyak destilasi,
alkohol dan cairan mudah terbakar lain seperti aliran
listrik menyebabkan panas untuk periode waktu. Flash
burns memiliki distribusi di semua kulit yang terekspos
dengan area paling dalam pada sisi yang terkena
(Jeschke, 2007).
d. Contact Burns
Luka bakar kontak berasal dari kontak dengan logam
panas, plastik, gelas atau bara panas. Kejadian ini
terbatas. Balita yang menyentuh atau jatuh dengan tangan
menyentuh setrika, oven dan bara kayu menyebabkan luka
bakar yang dalam pada telapak tangan (Jeschke, 2007).
e. Chemical Burns
Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia,
apakah bersifat asam kuat atau basa kuat. Kejadian ini
sering pada karyawan industri yang memakai bahan kimia
sebagai bagian dari proses pengolahan atau produksinya.
Penanganan yang salah dapat memperluas luka bakar yang
terjadi. Irigasi dengan NS (NaCl 0.9%) atau akuabides
atau cairan netral lainnya adalah pertolongan terbaik,
tidak dengan cara menetralisirnya (Jeschke, 2007).
f. Electrical Burns
Sel yang teraliri listrik akan mengalami kematian yang
bisa menjalar dari sejak arus masuk sampai bagian tubuh
tempat arus keluar. Luka masuk adalah tempat aliran
listrik memasuki tubuh, luka keluar adalah tempat
keluarnya arus dari tubuh menuju bumi/ground. Sulit
secara fisik menentukan berat ringannnya kerusakan yang
terjadi, mengingat perlu banyak pemeriksaan klinis dan
penunjang lainnya untuk mengevaluasi keadaan penderita.
Gangguan jantung, ginjal, kerusakan otot sangat mungkin
terjadi. Besarnya luka masuk atau luka keluar tidak
berhubungan dengan kerusakan jaringan sepanjang aliran
luka masuk sampai keluar. Maka dari itu setiap luka
bakar listrik dikelompokan pada derajat III (Jeschke,
2007).
g. Frost Bite
Adalah luka akibat suhu yang terlalu dingin. Pembuluh
darah perifer mengalami vasokonstriksi hebat, terutama
di ujung-ujung jari, hidung dan telinga. Fase
selanjutnya akan terjadi nekrosis dan kerusakan yang
permanen. Untuk tindakan pertama adalah sesegera mungkin
menghangatkan bagian tubuh tersebut dengan pemanas dan
gerakan-gerakan untuk memperlancar sirkulasi (Jeschke,
2007).
C. KLASIFIKASI LUKA BAKAR
1. Menurut kedalamannya
a. Luka bakar derajat I
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
Tampak merah dan kering seperti luka bakar
matahari
Tidak dijumpai bullae
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis,
berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
Dijumpai bulae.
Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering
terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2
(dua), yaitu:
Derajat II dangkal (superficial)
- Kerusakan mengenai bagian superfisial dari
dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih
utuh.
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14
hari.
Derajat II dalam (deep)
- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian
dermis
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian
besar masih utuh.
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung
epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan
terjadi lebih dari sebulan.
front =
18%
Perinium = 1%
Right Leftleg
leg = = 14%
14%
front = front =
18% 18%
G. PATOFISIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi
dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat
dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan
dengan beberapa factor penyebab, konduksi jaringan
yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber
panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan
pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan
tergantung pada penyebabnya. Terjadinya integritas
kulit memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh.
Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal
cairan dan elektrolit tubuh akibat dari peningkatan
pada permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi
perpindahan cairan dari intravaskular ke
ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler yang
berakibat tubuh kehilangan natrium, air, klorida,
kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi edema
menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok hipovolemik
apabila tidak segera ditangani (Hudak dan Gallo,
1996). Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan
aliran plasma ke ginjal dan GFR (Rate Filtrasi
Glomerular) akan menurun sehingga haluaran urin
meningkat. Jika resusitasi cairan untuk kebutuhan
intravaskuler tidak adekuat bisa terjadi gagal ginjal
dan apabila resusitasi cairan adekuat, maka cairan
interstitiel dapat ditarik kembali ke intravaskuler
sehingga terjadi fasediuresis.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan
adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan
peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya
cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan
adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat
terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan
oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan
adanya infeksi atau inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya
kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen
(PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2)
mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal
sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi
ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat
konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila
mulai diuresis.
5. Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan
kelebihan cairan, kurang dari 10 mEqAL menduga
ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan
dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan
pompa, natrium.
7. Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan
respon stress.
8. Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan
protein pada edema cairan.
9. BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan
perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat
meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif
terhadap efek atau luasnya cedera.
11. EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial
atau distritmia.
12. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk
penyembuhan luka bakar.
I. PENATALAKSANAAN
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien
trauma, karenanya harus dicek Airway, breathing dan
circulation-nya terlebih dahulu.
1. Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka
segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya
trauma inhalasi antara lain adalah: terkurung dalam api,
luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan
sputum yang hitam.
2. Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan
dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa
juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat
pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan
fraktur costae.
3. Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan edema, pada luka bakar yang luas dapat
terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang
luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat
diberikan dengan Formula Baxter.
Formula Baxter
a. Total cairan: 4cc x berat badan x luas luka bakar
b. Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama,
sisanya dalam 16 jam berikutnya.
4. Obat - obatan:
a. Antibiotika: tidak diberikan bila pasien datang < 6
jam sejak kejadian.
b. Analgetik: Antalgin, aspirin, asam mefenamat, dan
morfin.
Rehabilitasi Cairan
Protokol pemberian cairan
Formula Cairan 24 jam Kristaloid 24 Koloid 24 jam
pertama jam kedua ketiga
Baxter RL 4ml/kgBB/%LLB 20-60% Memantau
estimate vol output urine
plasma 30ml/jam
Evans Larutan NS 50% vol cairan 50% vol
(ml/kg/%LLB, 24jam pertama cairan 24 jam
200ml DSW dan x 200ml/DSW pertama
koloid
1mg/kg/%LLB)
Salter RL 2l/24jam + 50% vol cairan 0% vol cairan
fresh frozen 24jam 24jam
plasma 200ml DSW 1 fresh
7ml/kg/24jam frozen plasma
Broke RL = -
1,5ml/kg/%LLB
Koloid =
0,5ml/1/%LLB
200ml DSW
Modified RL = 2ml/kg/%LLB -
broke
metroheal RL + 50mEq NS, pantau
th sodiumbikarbonat output urine
4ml/kg/%LLB
B. ANAK
3-40 X BB X % LUKA BAKAR + (KEBUTUHAN CAIRAN )
Kebutuhan Faal:4.2.1 (X 24 JAM)
4 X 10KG BB (1)
2 X 10 KG BB (2)
1X 10 KG BB (3, dst..)
Cara pemberian
24 jam pertama dibagi 1:
a. 8 jam pertama diberikan 50% dari kebutuhan cairan
b. 16 jam kedua diberikan 50% dari kebutuhan cairan
24 jam kedua
4.2.1 (X 24 JAM)
4 X 10KG BB (1)
2 X 10 KG BB (2)
1X 10 KG BB (3, dst..)
Albumin = 0,5 X BB % LUKA BAKAR
K. KOMPLIKASI
1. Hipertrofi jaringan parut
Terbentuk hipertrofi jaringan parut dipengaruhi oleh:
a. Kedalaman luka bakar
b. Sifat kulit
c. Usia klien
d. Lamanya waktu penutupan
Jaringan parut terbentuk secara aktif pada 6
bulan post luka bakar dengan warna awal merah muda
dan menimbulkan rasa gatal. Pembentukan jaringan
parut terus berlangsung dan warna berubah merah,
merah tua dan sampai coklat muda dan terasa lebih
lembut.
2. Kontraktur
Kontraktur merupakan komplikasi yang sering menyertai
luka bakar serta menimbulkan gangguan fungsi pergerakan.
Beberapa hal yang dapat mecegah atau mengurangi
terjadinya kontraktor antara lain:
a. Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
b. Latihan ROM baik pasif maupun aktif
c. Presure garmen yaitu pakaian yang dapat memberikan t
ekanan yang bertujuan menekan timbulnya hipertrofi s
car
3. Systemic Inflammatory Response Syndrome atau SIRS
terdiri dari rangkaian kejadian sistemik yang terjadi
sebagai bentuk respons inflamasi. Respons yang terjadi
pada SIRS merupakan respons selular yang menginisiasi
sejumlah mediator-induced respons pada inflamasi dan
imun (Burns M. & Chulay, 2006). SIRS (Systemic
Inflammatory Response Syndrome) adalah respon klinis
terhadap rangsangan (insult) spesifik dan nonspesifik
4. Multiple Organ Dysfunction Syndrome/ MODS) didefinisikan
sebagai adanya fungsi organ yang berubah pada pasien
yang sakit akut, sehingga homeostasis tidak dapat
dipertahankan lagi tanpa intervensi. Disfungsi dalam
MODS melibatkan >2 sistem organ
L. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen kimia / termal
ditandai dengan melaporkan nyeri secara verbal
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30
menit klien menunjukkan kriteria hasil sesuai dengan
skala NOC
NOC: Pain Level
Indikator 1 2 3 4 5
Level ≥7 5-6 3-4 1-2 0
nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Tidak
sangat berat sedang ringan nyeri
berat
Ekspresi
nyeri