OLEH
015.01.3189
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Asuhan Keperawatan Keluaraga Dengan Scabies” dengan baik meskipun
banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Dosen mata
kuliah Keperawatan Komunitas 4 yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan.kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Scabies adalah penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering
menyebutnya gudig. Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan
penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan penderita atau tidak
langsung melalui alat-alat yang dipakai penderita, misal : baju, handuk,
dll.Gejala klinis yang sering menyertai penderita adalah : Gatal yang hebat
terutama pada malam hari sebelum tidur, Adanya tanda : papula (bintil),
pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas-bekas lesi yang
berwarna hitam, Dengan bantuan loup (kaca pembesar), bisa dilihat adanya
kunikulus atau lorong di atas papula (vesikel atau plenthing/pustula).
Predileksi atau lokasi tersering adalah pada sela-sela jari tangan,
bagian fleksor pergelangan tangan, siku bagian dalam, lipat ketiak bagian
depan, perut bagian bawah, pantat, paha bagian dalam, daerah
mammae/payudara, genital, dan pinggang. Pada pria khas ditemukan pada
penis sedangkan pada wanita di aerola mammae. Pada bayi bisa dijumpai
pada daerah kepala, muka, leher, kaki dan telapaknya. Pemariksaan adanya
skabies atau Sarcoptes scabei dengan cara :Melihat adanya burrow dengan
kaca pembesar Papula, vesikel yang dicurigai diolesi pewarna (tinta)
kemudian dicuci dengan pelarutnya sehingga terlihat alur berisi tinta Melihat
adanya sarcoptes dengan cara mikroskopis, yaitu : Atap vesikelnya diambil
lalu diletakkan di atas gelas obyek terus ditetesi KOH 30%, ditutup dengan
gelas penutup dan diamati dengan mikroskop. Papula dikorek dengan skalpel
pada ujungnya kemudian diletakkan pada gelas obyek lalu ditutup dan diamati
dengan mikroskop.
Meski sekarang sudah sangat jarang dan sulit ditemukan laporan
terbaru tentang kasus skabies diberbagai media di Indonesia (terlepas dari
faktor penyebabnya), namun tak dapat dipungkiri bahwa penyakit kulit ini
masih merupakan salah satu penyakit yang sangat mengganggu aktivitas
hidup dan kerja sehari-hari. Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies
masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk,
status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis
pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang
ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut
mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk
istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga
ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan
efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya
kualitas hidup masyarakat. (Kenneth, F,1995).
Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas
seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6 % - 12,95 % dan skabies
menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di bagian Kulit dan
Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 704 kasus skabies yang
merupakan 5,77 % dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990
prevalensi skabies adalah 6 % dan 3,9 % (Sungkar,S, 1995).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah menjalani proses pembelajaran teori mengenai asuhan
keperawatan diharapkan setiap maha siswa mampu menuangkan hasil
fikirnya kedalam dunia praktek yang artinya atau kata lain bermanfaat
bagi kesehatan diri sendir dan orang lain
2. Tujuan khusus
Setelah menyelesaikan praktikum dan seminar maha siswa mampu
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien scabies
a. Menjelaskan konsep dasar keluarga
b. Menjelaskan Konsep dasar Scabies
c. Membuat asuhan keperawatan keluarga dengan Scabies
BAB II
TINJAUAN TEORI
Tugas perkembangan
Tugas perkembangan
Tugas perkembangan
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak- anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan. Fokus mempertahankan
kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin,
menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
h. Tahap VIII keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan
meninggal dan keduanya meninggal.
Tugas perkembangan
Cara Penularan.
2. Etiologi.
Sarcoptes scabei termasuk filum Artropoda ,kelas Archnida ,ordo
Ackarima , super famili sarcoptes .Pada manusia disebut Sarcoptes scabei
var.hominis. Selain itu terdapat Sarcoptes Scabei yang lain misalnya pada
kambing dan babi .Secara morfologik merupakan tungau kecil brbentuk
oval,punggungnya cembung dan pada bagian perut rata .Tungau ini translusen
,berwarna putih kotor dan tidak bermata .Ukuran betina kira-kira 330-450
mikron x 250-350 mikron,sedangkan yang jantan lebih kecil yaitu 220-240
mikron x 150-200 mikron . Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki,2
pasang kaki depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada
betina berakhir dengan rambut sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga
berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat .
3. Siklus Hidup Sarcoptes Scabiei .
Menurut Johnston (2005),siklus hidup tungau ini sebagai berikut :
Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas kulit ,jantan akan mati
,kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang
digali oleh yang betina .Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari
dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah
40 atau 50 . Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya
.Telur akan menetas biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang
mempunyai 3 pasang kaki.Larva ini dapat tinggal terowongan tetapi dapat
juga keluar setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk jantan dan betina dengan 4 pasang kaki .Seluruh siklus hidupnya mulai
dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari .Akibat
terowongan yang digali Sarcoptes scabei betina yang memakan sel-sel di
lapisan kulit,penderita mengalami gatal-gatal dan digaruk oleh penderita
sehingga menimbulkan infeksi ektoparasit dan berbentuk kerak berwarna
coklat keabuan yang berbau anyir .
4. Gejala Klinis. Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal
berikut :
a. Pruritus nokturna artinya gatal pada malam hari yang disebabkan oleh
aktivitas tungau meningkat pada suhu lembab dan panas ,iritasi pada kulit
dan muncul gelembung berair pada kulit .
b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.Begitu
pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya sebagian
besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut .
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan ,berbentuk garis lurus atau
berkelok,rata-rata panjang 1 cm,pada ujung terowongan itu ditemukan
papul atau vesikel.Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
poliform(pustule,ekskoriasi dll) .Tempat predileksinya biasanya
merupakantempat dengan stratum korneum yang tipis yaitu sela-sela jari
tangan ,pergelangan tangan bagian volar ,siku bagian luar ,lipat ketiak
bagian depan ,areola marne (wanita) ,umbilicus ,bokong ,genetalia
eksterna (pria) dan perut bagian bawah . Pada bayi akan menyerang
telapak tangan dan telapak kaki .
d. Menemukan tungau dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang
berwarna kemerahan dan terasa gatal .Kerokan yang dilakukan agak
dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes betina
bermukim agak dalam dikulit .
5. Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau
,tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik ,tidak berbau atau kotor ,tidak
merusak atau mewarnai pakaian ,mudah diperoleh ,dan harganya murah .
BAB III
1. Pengkajian
a. Data demografi
Penyakit kulit ini menyerang kapada siapa saja yang tidak menjaga
kebersihan. Dahulu di Indonesia penyakit ini seringkali dikaitkan dengan
anak-anak yang tinggal di pesantren, alasanya karena mereka sangat kurang
menjaga kebersihan dan sering bertukar barang pribadi antar santri. Prevalensi
skabies di negara yang sedang berkembang sekitar 6% -27% pada populasi
umum dan cenderung pada anak-anak.
b. Keluhan utama
Pasien sering merasakan gatal pada malam hari dan ditemukannya lesi
yang khas, berupa terowongan (kurnikulus) pada tempat-tempat predileksi dan
tanda iritasi kemerahan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit ini disebabkan oleh karena infeksi parasit maka apabila
keluaraga sebelumnya ada yang menderita penyakit ini dan tinggal dalam satu
rumah dengan pasien maka kemungkinan besar pasien tertular oleh keluarga.
d. Riwayat kesehatan klien
Penyakit kulit ini berhubungan dengan kebiasaan pasien dengan pola
hidup bersih dan sehat yang mereka terapkan. Pasien yang mengalami
penyakit ini biasanya memiliki kebiasaan hidup yang tidak bersih.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut
b. Hipertermi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
d. Gangguan pola tidur
e. Kerusakan integritas kulit
f. Resiko infeksi
g. Harga diri rendah situasional
h. Cemas
i. Kurang pengetahuan
C. PERENCANAAN
No TUJUAN/NOC INTERVENSI/NIC
Dx
(160507) catat gejala perawatan kasehatan yang profesional - pertimbangkan pengaruh budaya pada respon nyeri
(160509)mengenali gejala-gejala nyeri - tentukan pengaruh dari pengalaman nyeri pada kulitas hidup
(160510)mencatat pengalaman tentang nyeri (missal:tidur, makan ,aktivitas,pengamatan dan hubungan)
(160511)melaporkan nyeri yang sudah terkontrol - bantu pasien dan keluarga mencari bantuan dan menyediakan
dukungan
(180703)adanya pengurangan transmisi infeksi - kaji warna kulit,kelembaban tekstur dan turgor ,cuci kulit dengan
hati-hati ,gunakan hidrasi dan pelembab seluruh permukaan
(180704)adanya tanda dan gejala pengurangan terhadap
kekhawatiran terjadinya infeksi - gunakan strategi untuk mencegah infeksi nosokomial
(180706)monitor prosedur - ajari pasien dan anggota keluarga tentang bagaimana mencegah
infeksi
(180707 menggambarkan keaktifan untuk peningkatan
kekebalan infeksi
(140201) monitor intensitas kecemasan - bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi dan penyebab stres
(040202) eliminasi tanda penyebab cemas - cari pemahaman pasien tentang persepsi situasi stress
(040203) menurunkan stimulasi lingkungan apabila terjadi - dengarkan keluhan –keluhan pasien
kecemasan
- ciptakan suasana nyaman untuk fasilitas dalam ruangan
(040204) mencari informasi untuk menurunkan kecemasan
- control stimulasi jika diperlukan untuk pasien yang
(040205) merencanakan strategi koping untuk situasi stress membutuhkan
(040206) menggunakan strategi koping yang efektif - Berikan obat untuk menurunkan kecemasan bila perlu
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes
scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk
kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang
disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya
0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan
ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk
kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin.
Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang
bercabang. Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau,
tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau
mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2004.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne; Suzanne; and Benda G Bare. (2001), Buku Saku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC