Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
melimpahkan Rahmat-Nya sehingga Makalah Psikolodi dengan judul “Konsep
dan Sejarah Perilaku” ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak guna perbaikan di masa yang akan datang. Harapan kami
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................
A. Sejarah dan Perkembangan Perilaku....................................................
B. Aliran dan Mazhab dalam Psikologi....................................................
C. Aliran Psikologi dalam Teori Belajar...................................................
Dafar Pustaka...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu psyche dan logos.
Psyche berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, psikologi artinya ilmu
yang mempelajari tentang jiwa, baik macam-macam gejala, proses, maupun
latar belakangnya. Pada penggunaannya, kata psikologi dan ilmu jiwa
terdapat perbedaan sebagai berikut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah aktivitas manusia atau kegiatan, baik yang terlihat atau tidak
terlihat sebagai respon terhadap stimulus yang diterima manusia. Stimulus
tersebut utamanya adalah dorongan untuk memenuhi kebutuhan.
Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas manusia yang timbul karena adanya
rangsangan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku
manusia memiliki ciriciri seperti, adanya kepekaan sosial, kelangsungan perilaku,
orientasi pada tugas, usaha, dan perjuangan.
Kebutuhan pada tingkatan kedua adalah kebutuhan rasa aman seperti rasa
aman dari gangguan binatang atau manusia, terhindar dari konflik, terhindar dari
penyakit termasuk memperoleh perlindungan hukum.
1. Teori lingkungan
S O R
Keterangan:
S = stimulus
O = organism/ individu
R = respon
2. Teori lingkaran
Teori ini memandang terjadinya perilaku sebagai suatu rangkaian dari adanya
kebutuhan, motivasi, tujuan dan kepuasan. Hal tersebut bila digambarkan sebagai
berikut.
2. Proses Pembentukan
Seperti telah dipaparkan di depan bahwa prilaku manusia sebagaian besar
ialah berupa perilaku yang dibentuk, perilaku yang dipelajari berkaitan dengan
hal tersebut maka salah satu persoalan ialah bagaimana cara membentuk
perilaku itu sesuai engan yang diharapkan
a. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan
kondisionig atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk
berprilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku
tersebut. Misal anak dibiasakan bangun pagi, atau menggosok gigi
sebelum tidur, mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu oleh orang
lain, membiasakan untuk tidak datang terlambat disekolah dan sebagainya.
Cara ini didasarkan atas teori belajar kondisioning baik yang dikemukakan
oleh Pavlov maupun Thorndike dan Skinner (lih. Hergenhahn, 1976).
Walaupun anatara Pavlov, Thorndike dan Skinner terdapat pendapat yang
tidak seratus persen sama, namun para ahli tersebut mempunyai dasar
pandangan yang tidak jauh berbeda satu edngan yang lain. Kondisioning
Thorndike dan Skinner dikenal sebagai kondisioning klasik, sedangkan
kondisioning Pavlov dikenal dengan kondisioning operan. Walau
demikian ada yang menyebut kondisioning Thorndike sebagai
kondisioning instrumental, dan kondisioning Skinner sebagai kondisioning
operan. Seperti telah dipaparkan didepan atas dasar pandangan ini untuk
pembentukan perilaku dilaksanakan dengan kondisioning atau kebiasaan.
1. Mazhab Psikoanalisa
Mazhab psikoanalisa yang menekankan analisis terhadap struktur
kejiwaan manusia yang relative stabil dan menetap. Aliran ini dipelopori oleh
Sigmund Freud (1856-1939) yang kemudian disempurnakan oleh Carl Gustav
Jung dan Erik H. Erikson. Ciri utama mazhab ini adalah:
a. Menentukan aktivitas manusia berdasarkan dinamika struktur kejiwaan
yang terdiri dari id, ego dan super ego. Lebih lanjut, id merupakan
sumber dari impuls-impuls yang menuntut untuk dipuaskan dan ia
tunduk pada kesenangan (pleasure principle), sementara ego
merupakan system kesadaran manusia yang bertugas untuk memuaskan
id cara yang disetujui oleh super ego. Sigmund Freud menggambarkan
interaksi ketiga struktur ini dengan analogi orang berkuda. Id adalah
kuda yang bergerak dan menerjang sesukanya, sementara ego adalah
orang yang memegang tali kekang dan mengendalikan kuda agar
berjalan sesuai dengan aturan lalu-lintas dan aturan itu sendiri adalah
super ego.
b. Motif dasar penggerak struktur jiwa manusia adalah libido dan insting
yang terdiri dari eros (insting yang mengarah pada kehidupan –
konstruktif – membangun dan memelihara) dan tanatos (insting yang
mengarah kepada kematian – destruktif – merusak dan
menghancurkan), motif-motif dasar ini berkedudukan di dalam id.
Selanjutnya Freud lebih konsen membahas libido seksual, bahkan
banyak teori-teorinya dilandaskan pada libido yang satu ini.
c. Alam kesadaran manusia terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu; alam pra
sadar (pre-conscious), alam tak sadar (unconscious) dan alam sadar
(conscious). Yang menjadi kedudukan dari masing masing struktur
kepribadian.
d. Memandang bahwa gangguan mental disebabkan oleh ketidakmampuan
ego menyelaraskan pemenuhan id dengan nilai-nilai yang dianut super
ego.
2. Mazhab Behavioristik
Behavioristik adalah aliran psikologi yang menekankan teorinya pada
perubahan tingkah laku manusia. Aliran ini dipelopori oleh John Millar, BF.
Skinner dan Neal E Miller. Mazhab behavioristik menolak bahwa struktur
kejiwaan manusia yang relative stabil dan menetap, mereka berkeyakinan
bahwa tingkah laku individu mudah berubah yang dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya. Menurut pandangan mazhab ini, manusia dilahirkan dalam kondisi
kosong atau netral, sehingga tingkahlaku yang ada merupakan wujud dari
kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk oleh lingkungan. Seiring dengan
perkembangannya, mazhab ini banyak menyumbangkan teori-teori modifikasi
perilaku termasuk teori-teori tentang belajar. Menurut pandangan mazhab ini
perilaku manusia tidak lebih dari respon terhadap stimulus yang ia terima (teori
S-R, teori awal aliran ini), respon-respon yang ditampilkan oleh manusia juga
ikut dipengaruhi oleh penguatan (reinforcement) yang ia terima dari
lingkungan. Pendek kata dalam pandangan mazhab ini tingkah laku manusia
sangat mungkin untuk diprediksikan dan dimodifikasi. Lebih lanjut, mazhab ini
sama sekali tidak tertarik pada pembahasan struktur kejiwaan, mereka hanya
membahas perilaku, terutama proses terjadinya dan bagaimana caranya
perilaku tersebut bisa jadi menetap.
3. Mazhab Humanistik
Mazhab humanistik adalah aliran psikologi yang menekankan fahamnya
pada kekuatan dan keistimewaan manusia. Menurut aliran ini manusia lahir
dengan citra dan atribut yang baik dan dipersiapkan untuk berbuat baik pula.
Diantara citra baik tersebut adalah sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia,
seperti berpikir, berimajinasi, bertanggungjawab, berestetika, beretika, dan
sebagainya. Orientasi aliran ini lebih menekankan pada pola-pola kemanusiaan
sehingga ia lebih dikenal sebagai aliran yang berpaham humanisme.
Behaviorisme atau aliran perilaku (juga disebut perspektif belajar) adalah filosofi
dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan
organisme termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap
sebagai perilaku (Herpratiwi 2009:1).
Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara
ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotesis seperti
pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang
bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara
umum (tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi (pikiran dan
perasaan).Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadap teori psikologi
daya dan teori mental yang disebabkan karena aliran-aliran terdahulu hanya
menekankan kesadaran saja. Berkat pandangan dalam psikologis dan naturalisme
science maka timbulnya aliran baru ini. Jiwa atau sensasi dapat diterangkan
melalui jiwa itu sendiri karena sesungguhnya jiwa itu adalah respons
fisiologis.Aliran lama memandang badan adalah sekunder padahal itu justru
menjadi titik pangkal untuk melihat semua kenyataan dalam gerakan-gerakan dan
pandangan ini mempengaruhi timbulnya behaviorisme. Teori behaviorisme
memandang bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati dan
dapat diukur, teori ini tidak menjelaskan perubahan secara internal yang terjadi di
dalam diri siswa tetapi teori ini hanya membahas perubahan perilaku yang dapat
diamati, sehingga banyak digunakan untuk memprediksi dan mengontrol
perubahan perilaku siswa (Herpratiwi 2009:2).
2. Teori Belajar Kognativisme
Menurut teori kognitivisme manusia tidak memberikan respon secara otomastis
kepada stimulus yang diharapkan kepadanya karena menusia adalah makhluk
aktif yang dapat menafsirkan lingkungan bahkan dapat mendistorsinya
(Herpratiwi 2009:19). Ciri-ciri aliran kognitif adalah mementingakan apa yang
ada dalam diri manusia, mementingkan keseluruhan daripada bagian-bagian
mementingkan peranan kognitif, memntingkan kondisi waktu sekarang,
mementingkan pembentukan struktur kognitif, mengutamakan keseimbangan
dalam diri manusia, dan mengutamakan pengertian serta pemahaman (Herpratiwi
2009:19-20).
Menurut teori kognitivisme belajar merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman, perubahan tersebut tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku
yang diamati. Asumsi dasar teori ini bahwa setiap manusia telah mempunyai
pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya, pengetahuan dan pengalaman ini
tertata dalam bentuk kognitif (Herpratiwi 2009:20). Teori in mengungkapkan
bahwa proses belajar akan lebih baik bila materi pelajaranyang baru dapat
beradaptasi secara tepat dengan struktur kognitif yang sudah dimilki
siswa.Implikasi teori kgnitivisme terhadap proses belajar untuk meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, dan membantu siswa menjadi pembelajar yang
sukses, maka guru yang menganut paham kognitivisme banyak melibatkan siswa
dalam kegiatan dimana faktor motivasi, kemampuan, problem sloving, strategi
belajar sering ditekankan.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa manusia itu unik dan berbeda,
dari perbedaan itu pula yang menyebabkan adanya interaksi sosial diantara
manusia.Teori-teori diatas juga menunjukkan pada kita bahwa perilaku itu
didorong dan diarahkanketujuan. Mereka juga menunjukkan pada kita bahwa
perilaku yang ingin mencapai tujuan cenderung untuk menetap.Terkadang
manusia merasa nyaman dengan perbedan tetapi ada juga yang tidak merasa
nyamandalam perbedaan yang ada dikarenakan lingkungan tempat manusia
tersebut.
.
Daftar Pustaka