Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP DAN SEJARAH PERILAKU

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

1. FLORENTINA THERESIA RINNY (P07220419014)

2. INDAH KURNIA PUTRI (P07220419019)

3. INTAN PUTRI ASIH (P07220419021)

4. RUTNIRI YOHANA MALAU (P07220419040)

5. YULI TRI HENDRIANTO (P07220419047)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONSESIA


POLTEKKES KALIMANTAN TIMUR
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN + PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
melimpahkan Rahmat-Nya sehingga Makalah Psikolodi dengan judul “Konsep
dan Sejarah Perilaku” ini dapat selesai dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak guna perbaikan di masa yang akan datang. Harapan kami
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Samarinda, Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................
A. Sejarah dan Perkembangan Perilaku....................................................
B. Aliran dan Mazhab dalam Psikologi....................................................
C. Aliran Psikologi dalam Teori Belajar...................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................


A. Kesimpulan...........................................................................................

Dafar Pustaka...........................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu psyche dan logos.
Psyche berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, psikologi artinya ilmu
yang mempelajari tentang jiwa, baik macam-macam gejala, proses, maupun
latar belakangnya. Pada penggunaannya, kata psikologi dan ilmu jiwa
terdapat perbedaan sebagai berikut.

1. Ilmu jiwa merupakan istilah dalam bahasa Indonesia, sedangkan


psikologi merupakan ilmu pengetahuan, sehingga digunakan secara
ilmiah.

2. Ilmu jiwa digunakan lebih luas yang meliputi segala pemikiran,


pengetahuan, tanggapan, khayalan dan spekulasi mengenai jiwa,
sedangkan psikologi adalah pengetahuan yang diperoleh dengan
sistematis melalui metode-metode ilmiah yang mengandung beberapa
syarat yang disepakati oleh ahli psikologi.

Beberapa ahli yang mengemukakan pengertian psikologi menurut


Purwanto, H (1998) antara lain berikut ini.

1. Singgih Dirgagunarsa, psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku


manusia.

2. Plato dan Aristoteles, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang


mempelajari tingkah laku yang tampak (lahiriah) dengan menggunakan
metode observasi yang obyektif terhadap rangsangan dan jawaban
respon.

3. Wilhelm Wundt (tokoh eksperimental), psikologi merupakan ilmu


pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul
dalam diri manusia, seperti perasaan, panca indera, pikiran, merasa
(feeling), dan kehendak.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan
perbuatan manusia (individu), yang tidak dapat dilepaskan dari
lingkungannya. Tingkah laku atau perilaku merupakan perwujudan dari
adanya kebutuhan. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas
dari manusia itu sendiri. Perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang
sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan
sebagainya, bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir,
persepsi dan emosi yang juga merupakan perilaku manusia. Untuk
kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa
yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung
maupun secara tidak langsung.

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan


seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi sikap,
dan sebagainya. Manusia berperilaku karena dituntut oleh dorongan.
Dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang harus
terpuaskan, di antaranya ada dua macam kebutuhan yaitu kebutuhan dasar
dan kebutuhan tambahan.

Kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang menentukan kelangsungan


hidup manusia, seperti makan, minum, perlindungan diri, sedangkan yang
disebut kebutuhan tambahan sifatnya mendukung atau menambah kebutuhan
dasar manusia.

Perilaku berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia didefinisikan


sebagai suatu tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan. Jadi, perilaku diartikan sebagai reaksi individu terhadap
rangsangan. Perilaku berdasarkan sudut pandang biologis adalah suatu
kegiatan atau aktivitas organisme yang dapat diamati baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Pada kaitan dengan psikologis, perilaku mempunyai arti konkrit dari
jiwa. Kita dapat mengenal jiwa seseorang setelah kita mengamati
perilakunya. Pada konteks ini, perilaku manusia khususnya dibagi menjadi
perilaku terbuka dan perilaku tertutup. Perilaku terbuka yang secara langsung
dapat diketahui maknanya, sedangkan perilaku tertutup adalah perilaku yang
hanya dapat dimengerti dengan menggunakan alat bantu atau metode tertentu,
misalnya berpikir, sedih, berkhayal, dan sebagainya.

Anggapan dasar manusia berperilaku, karena adanya dorongan dari


dalam. Dorongan merupakan suatu usaha karena adanya kebutuhan. Dengan
demikian perilaku terjadi karena adanya dorongan untuk pemenuhan
kebutuhan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan perilaku adalah
kegiatan atau aktivitas manusia yang timbul karena adanya rangsangan, baik
yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan sejarah dan perkembangan perilaku?

2. Jelaskan aliran dan mazhab dalam psikologi?

3. Jelaskan aliran psikologi dalam teori belajar?

C. Tujuan

1. Agar seorang perawat dapat memahami perilaku dirinya pada saat


berinteraksi dengan pasien.

2. Agar memahami perilaku/ respon pasien pada saat interkasi.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Perkembangan Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah aktivitas manusia atau kegiatan, baik yang terlihat atau tidak
terlihat sebagai respon terhadap stimulus yang diterima manusia. Stimulus
tersebut utamanya adalah dorongan untuk memenuhi kebutuhan.

Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas manusia yang timbul karena adanya
rangsangan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku
manusia memiliki ciriciri seperti, adanya kepekaan sosial, kelangsungan perilaku,
orientasi pada tugas, usaha, dan perjuangan.

Perilaku manusia timbul karena adanya dorongan dalam menentukan


kebutuhan. Bicara tentang kebutuhan, pada dasarnya kebutuhan manusia ada dua
yaitu kebutuhan dasar dan kebutuhan tambahan. Kebutuhan dasar adalah
kebutuhan untuk kelangsungan hidup manusia. A. Maslow menggambarkan
kebutuhan dasar mansua itu pada lima tingkatan.

Kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan fisiologis. Kebutuhan


fisiologis yang dimaksud adalah oksigen, air atau cairan dan elektrolit, seks,
istirahat atau tidur, dan olah raga.

Kebutuhan pada tingkatan kedua adalah kebutuhan rasa aman seperti rasa
aman dari gangguan binatang atau manusia, terhindar dari konflik, terhindar dari
penyakit termasuk memperoleh perlindungan hukum.

Kebutuhan manusia pada tahap ketiga adalah kebutuhan mencintai dan


dicintai. Yang termasuk kebutuhan ini di antaranya mendambakan kasih sayang
atau cinta dari orang tua, Anda, teman, pacar, dan lain-lain.
Kebutuhan keempat adalah kebutuhan harga diri, seperti kebutuhan dihargai
dan menghargai orang lain, respek atau perhatian pada orang lain, saling
menghargai, toleransi hidup berdampingan dengan orang lain.

Tingkatan paling puncak adalah kebutuhan aktualisasi diri, seperti ingin


dipuja atau disanjung orang lain, berhasil dalam mencapai cita-cita atau menonjol
dibanding orang lain.

Berdasarkan proses pembentukannya, perilaku merupakan interaksi antara


perangsang dengan tanggapan, maka untuk pemahamannya dapat menggunakan
teori lingkungan atau lingkaran. Hal yang harus kita sadari dan diingat bahwa
pada dasarnya perilaku itu merupakan interaksi antara perangsang dengan
tanggapan. Oleh karena itu, sebenarnya perilaku manusia dapat diformulasikan
sebagai berikut.

1. Teori lingkungan

Teori ini menjelaskan bahwa individu berperilaku, karena adanya rangsangan


atau stimulus (S), baik yang berasal dari dalam maupun dari luar individu. Hal ini
mengharuskan individu merespon atau menjawab. Proses yang terjadi, stimulus
diterima panca indera diteruskan ke otak untuk segera memberikan jawaban atau
respon dalam bentuk aktivitas.

Formulasinya dapat digambarkan sebagai berikut.

S O R

Keterangan:
S = stimulus
O = organism/ individu
R = respon
2. Teori lingkaran

Teori ini memandang terjadinya perilaku sebagai suatu rangkaian dari adanya
kebutuhan, motivasi, tujuan dan kepuasan. Hal tersebut bila digambarkan sebagai
berikut.

Gambar di atas merupakan ilustrasi bahwa manusia berperilaku atau melakukan


aktivitas dalam rangka mencapai tujuan. Kebutuhan merupakan hal yang
mendasar yang memunculkan dorongan, sehingga manusia melakukan aktivitas
atau adanya perilaku untuk mencapai tujuan yang pada akhirnya terjadi kepuasan.
Hal ini selesai untuk satu perilaku, tapi selanjutnya akan timbul lagi kebutuhan
yang lain, sehingga kembali terjadi proses atau siklus yang sepertinya tidak akan
pernah berakhir.

2. Proses Pembentukan
Seperti telah dipaparkan di depan bahwa prilaku manusia sebagaian besar
ialah berupa perilaku yang dibentuk, perilaku yang dipelajari berkaitan dengan
hal tersebut maka salah satu persoalan ialah bagaimana cara membentuk
perilaku itu sesuai engan yang diharapkan
a. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan
kondisionig atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk
berprilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku
tersebut. Misal anak dibiasakan bangun pagi, atau menggosok gigi
sebelum tidur, mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu oleh orang
lain, membiasakan untuk tidak datang terlambat disekolah dan sebagainya.
Cara ini didasarkan atas teori belajar kondisioning baik yang dikemukakan
oleh Pavlov maupun Thorndike dan Skinner (lih. Hergenhahn, 1976).
Walaupun anatara Pavlov, Thorndike dan Skinner terdapat pendapat yang
tidak seratus persen sama, namun para ahli tersebut mempunyai dasar
pandangan yang tidak jauh berbeda satu edngan yang lain. Kondisioning
Thorndike dan Skinner dikenal sebagai kondisioning klasik, sedangkan
kondisioning Pavlov dikenal dengan kondisioning operan. Walau
demikian ada yang menyebut kondisioning Thorndike sebagai
kondisioning instrumental, dan kondisioning Skinner sebagai kondisioning
operan. Seperti telah dipaparkan didepan atas dasar pandangan ini untuk
pembentukan perilaku dilaksanakan dengan kondisioning atau kebiasaan.

b. Pebentukan perilaku dengan pengertian (insight)


Di samping pembentukan perilaku dengan kondisioning ata
kebiasaan, pembentukan dapat ditepuh dengan pengertian atau insight.
Misal datang kuliah jangan sampai terlambat, karena hal tersebut
dapat menganggu teman-teman yang lain. Bila naik motor harus pake
helm, karena hem tersebut ntuk keamanan diri, dan masih banyak
contoh untuk mengambarkan hal tersebut. Cara ini berdasarkan atas
teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian.
Bila dala eksperimen Thorndike dalam belajar yang dipentingkan
adalah soal latihan, maka eksperimen Kohler dala belajar yang
penting adalah pengertian atau insight. Kohler adalah salah seorang
tokoh dala psikologi Gestalt dan termasuk dalam aliran kognitif (Iih.
Hergenhahn, 1976).

c. Pembentukan prilaku dengan menggunakan model.


Di samping cara-cara pembentukan prilaku seperti tersebut
diatas, pembentukan perilaku masih dapat ditempuh dengan
menggunakan model atau contoh. Kalau orang bicara bahwa orang tua
sebagai cntoh anak-anaknya, pemimpin sebagai panutan dipimpinannya,
hak tersebut menunjukan pembentukan prilaku dengan menggunkan model
atau contoh olrh yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan atas teori belajar
social (social learning theory) atau learning theory yang dikemkakan oleh
Bandura (1977).

B. Aliran dan Mazhab dalam Psikologi

1. Mazhab Psikoanalisa
Mazhab psikoanalisa yang menekankan analisis terhadap struktur
kejiwaan manusia yang relative stabil dan menetap. Aliran ini dipelopori oleh
Sigmund Freud (1856-1939) yang kemudian disempurnakan oleh Carl Gustav
Jung dan Erik H. Erikson. Ciri utama mazhab ini adalah:
a. Menentukan aktivitas manusia berdasarkan dinamika struktur kejiwaan
yang terdiri dari id, ego dan super ego. Lebih lanjut, id merupakan
sumber dari impuls-impuls yang menuntut untuk dipuaskan dan ia
tunduk pada kesenangan (pleasure principle), sementara ego
merupakan system kesadaran manusia yang bertugas untuk memuaskan
id cara yang disetujui oleh super ego. Sigmund Freud menggambarkan
interaksi ketiga struktur ini dengan analogi orang berkuda. Id adalah
kuda yang bergerak dan menerjang sesukanya, sementara ego adalah
orang yang memegang tali kekang dan mengendalikan kuda agar
berjalan sesuai dengan aturan lalu-lintas dan aturan itu sendiri adalah
super ego.
b. Motif dasar penggerak struktur jiwa manusia adalah libido dan insting
yang terdiri dari eros (insting yang mengarah pada kehidupan –
konstruktif – membangun dan memelihara) dan tanatos (insting yang
mengarah kepada kematian – destruktif – merusak dan
menghancurkan), motif-motif dasar ini berkedudukan di dalam id.
Selanjutnya Freud lebih konsen membahas libido seksual, bahkan
banyak teori-teorinya dilandaskan pada libido yang satu ini.
c. Alam kesadaran manusia terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu; alam pra
sadar (pre-conscious), alam tak sadar (unconscious) dan alam sadar
(conscious). Yang menjadi kedudukan dari masing masing struktur
kepribadian.
d. Memandang bahwa gangguan mental disebabkan oleh ketidakmampuan
ego menyelaraskan pemenuhan id dengan nilai-nilai yang dianut super
ego.

2. Mazhab Behavioristik
Behavioristik adalah aliran psikologi yang menekankan teorinya pada
perubahan tingkah laku manusia. Aliran ini dipelopori oleh John Millar, BF.
Skinner dan Neal E Miller. Mazhab behavioristik menolak bahwa struktur
kejiwaan manusia yang relative stabil dan menetap, mereka berkeyakinan
bahwa tingkah laku individu mudah berubah yang dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya. Menurut pandangan mazhab ini, manusia dilahirkan dalam kondisi
kosong atau netral, sehingga tingkahlaku yang ada merupakan wujud dari
kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk oleh lingkungan. Seiring dengan
perkembangannya, mazhab ini banyak menyumbangkan teori-teori modifikasi
perilaku termasuk teori-teori tentang belajar. Menurut pandangan mazhab ini
perilaku manusia tidak lebih dari respon terhadap stimulus yang ia terima (teori
S-R, teori awal aliran ini), respon-respon yang ditampilkan oleh manusia juga
ikut dipengaruhi oleh penguatan (reinforcement) yang ia terima dari
lingkungan. Pendek kata dalam pandangan mazhab ini tingkah laku manusia
sangat mungkin untuk diprediksikan dan dimodifikasi. Lebih lanjut, mazhab ini
sama sekali tidak tertarik pada pembahasan struktur kejiwaan, mereka hanya
membahas perilaku, terutama proses terjadinya dan bagaimana caranya
perilaku tersebut bisa jadi menetap.

3. Mazhab Humanistik
Mazhab humanistik adalah aliran psikologi yang menekankan fahamnya
pada kekuatan dan keistimewaan manusia. Menurut aliran ini manusia lahir
dengan citra dan atribut yang baik dan dipersiapkan untuk berbuat baik pula.
Diantara citra baik tersebut adalah sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia,
seperti berpikir, berimajinasi, bertanggungjawab, berestetika, beretika, dan
sebagainya. Orientasi aliran ini lebih menekankan pada pola-pola kemanusiaan
sehingga ia lebih dikenal sebagai aliran yang berpaham humanisme.

C. Aliran Psikologi dalam Teori Belajar

1. Teori Belajar Behaviorisme

Behaviorisme atau aliran perilaku (juga disebut perspektif belajar) adalah filosofi
dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan
organisme termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap
sebagai perilaku (Herpratiwi 2009:1).
Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara
ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotesis seperti
pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang
bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara
umum (tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi (pikiran dan
perasaan).Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadap teori psikologi
daya dan teori mental yang disebabkan karena aliran-aliran terdahulu hanya
menekankan kesadaran saja. Berkat pandangan dalam psikologis dan naturalisme
science maka timbulnya aliran baru ini. Jiwa atau sensasi dapat diterangkan
melalui jiwa itu sendiri karena sesungguhnya jiwa itu adalah respons
fisiologis.Aliran lama memandang badan adalah sekunder padahal itu justru
menjadi titik pangkal untuk melihat semua kenyataan dalam gerakan-gerakan dan
pandangan ini mempengaruhi timbulnya behaviorisme. Teori behaviorisme
memandang bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati dan
dapat diukur, teori ini tidak menjelaskan perubahan secara internal yang terjadi di
dalam diri siswa tetapi teori ini hanya membahas perubahan perilaku yang dapat
diamati, sehingga banyak digunakan untuk memprediksi dan mengontrol
perubahan perilaku siswa (Herpratiwi 2009:2).
2. Teori Belajar Kognativisme
Menurut teori kognitivisme manusia tidak memberikan respon secara otomastis
kepada stimulus yang diharapkan kepadanya karena menusia adalah makhluk
aktif yang dapat menafsirkan lingkungan bahkan dapat mendistorsinya
(Herpratiwi 2009:19). Ciri-ciri aliran kognitif adalah mementingakan apa yang
ada dalam diri manusia, mementingkan keseluruhan daripada bagian-bagian
mementingkan peranan kognitif, memntingkan kondisi waktu sekarang,
mementingkan pembentukan struktur kognitif, mengutamakan keseimbangan
dalam diri manusia, dan mengutamakan pengertian serta pemahaman (Herpratiwi
2009:19-20).
Menurut teori kognitivisme belajar merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman, perubahan tersebut tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku
yang diamati. Asumsi dasar teori ini bahwa setiap manusia telah mempunyai
pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya, pengetahuan dan pengalaman ini
tertata dalam bentuk kognitif (Herpratiwi 2009:20). Teori in mengungkapkan
bahwa proses belajar akan lebih baik bila materi pelajaranyang baru dapat
beradaptasi secara tepat dengan struktur kognitif yang sudah dimilki
siswa.Implikasi teori kgnitivisme terhadap proses belajar untuk meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, dan membantu siswa menjadi pembelajar yang
sukses, maka guru yang menganut paham kognitivisme banyak melibatkan siswa
dalam kegiatan dimana faktor motivasi, kemampuan, problem sloving, strategi
belajar sering ditekankan.

3. Teori Belajar Humanisme


Perhatian psikologi humanistik terutama tertuju pada masalah bagaimana
tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang
mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka itu sendiri. Gerakan
munculnya psikologi humanistik disebabkan oleh semacam kesadaran bersama
beranggapan bahwa pada dasarnya tidak ada teori psikologi yang berkemampuan
menjelaskan manusia sebagai suatu totalitas dan yang sewajarnya mengfungsikan
manusia. Mereka meyakini bahwa setiap individu pada dasarnya mempunyai
kapasitas serta dorongan sendiri untuk mengembangkan potensi
kemanusiannya.Teori humanisme berfokus pada sikap dari kondisi manusia yang
mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih utnuk menentukan
nasib sendiri, kebebasan dan bertanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur
dasar pencarian (Herpratiwi 2009:38).
Dalam tercapainya pendekatan ini menyajikan kondisi untuk
memaksimalkan kesadaran diri dan perkembangan menghapus penghambat
aktualisasi potensi pribadi. Membantu siswa menemukan dan menggunakan
kebebasan memilih dengan memperluas kesadaran diri, bertanggung jawab atas
arah kehidupannya sendiri.

4. Teori Belajar Sibernetik


Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang masih baru dibandingkan
teori-teori belajar lainnya, teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan
teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik belajar adalah pemrosesan
informasi atau pengolahan informasi (Herpratiwi 2009:65).
Teori belajar pengolahan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif, di
dalamnya dijelaskan belajar sebagai proses internal yang tidak dapat diamati
secara langsung dan perubahan kemampuan yang terkait pada situasi
tertentu.Aplikasi teori ini untuk mendukung pembelajaran hendaknya menarik
perhatian, memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa, merangsan ingatan
pada prasayarat belajar, menyajikan bahan perangsang, memberikan bimbingan
belajar, mendorong unjuk kerja, meningkatkan retansi dan alih belajar.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia


merupakan hasil dari segala pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya. Perilaku manusia terdiri dari beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku manusia, sifat-sifat umum dan khusus perilaku manusia,
bentuk-bentuk perubahan perilaku, dan macam-macam perilaku manusia. Perilaku
merupakan kegiatan atau aktivitas manusia yang timbul karena adanya
rangsangan.Perilaku manusia timbul karena adanya dorongan dalam menentukan
kebutuhan.

Adapun tingkatan kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow. Yang


paling mendasar adalah kebutuban fisiologi,tingkatan kebutuhan yang kedua
adalah kebutuhan rasa aman dan nyaman,tingkatan yang ketiga adalah kebutuhan
mencintai dan dicintai,kebutuhan yang keempat adalah harga diri,dan tingkatan
kebutuhan paling puncak adalah aktualisasi diri

Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa manusia itu unik dan berbeda,
dari perbedaan itu pula yang menyebabkan adanya interaksi sosial diantara
manusia.Teori-teori diatas juga menunjukkan pada kita bahwa perilaku itu
didorong dan diarahkanketujuan. Mereka juga menunjukkan pada kita bahwa
perilaku yang ingin mencapai tujuan cenderung untuk menetap.Terkadang
manusia merasa nyaman dengan perbedan tetapi ada juga yang tidak merasa
nyamandalam perbedaan yang ada dikarenakan lingkungan tempat manusia
tersebut.

.
Daftar Pustaka

Hartono, Dudi. 2016. PSIKOLOGI. Jakarta Selatan. Pusdik SDM Kesehatan.

Yudiani, Ema. 2014. KOMPARASI PARADIGMA PSIKOLOGI KONTEMPORER


VERSUS PSIKOLOGI ISLAM TENTANG MANUSIA. Jurnal Ilmu Agama
UIN Raden Fatah

Walgito, bimo.2010.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta.CV.Andi Offset.


Widayatun, Tri Rusmi.1999.Ilmu Perilaku.Jakarta.CV.Sagung Seto.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-afipkhoiru-5471-3-
babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai