Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Tetralogy Of Fallot (TOF)


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pengampu: Ibu Iis Aisyah S.Kp., M.M., M.Kep.

Disusun Oleh :

Siti Yulianti Rohkmi 1806444

II-C

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuni
a-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Tetralogy Of Fallot (TOF)” dapat terselesaikan pada waktunya.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memennuhi salah satu tugas mata k
uliah Keperawatan Anak. Dalam penyusunannya makalah ini penulis banyak men
dapatkan bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, saran, dan petunjuk bersi
fat moril, spiritual maupun materi yang sangat berharga. Oleh karena itu, penulis
megucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Iis Aisyah S.Kp., M.M., M.Kep. sebagai dosen mata kuliah keperawatan
anak.
2. Orang tua tercinta yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberikan bant
uan baik moral maupun materi.
3. Seluruh teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dalam peny
usunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatn
ya membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnnya bagi pembaca.

Sumedang, Maret 2020

Penulis

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2

1.3 Tujuan....................................................................................................2

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Konsep Tetralogy Of Fallot (TOF)........................................................3

2.1.1.Jenis-Jenis Imunisasi...................................................................3
2.3 Tujuan Imunisasi............................................................................6
2.4 Manfaat Imunisasi..........................................................................7
2.5 Sasaran Imunisasi...........................................................................7
2.6 Mekanisme Penyelenggaraan Imunisasi................................................8
2.7 Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PP3I)......................8
2.8 Pedoman Pelaksanaan Imunisasi...........................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................12
3.2 Saran.......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tetrallogy of Fallot (TOF) merupakan suatu bentuk penyakit
kardiovaskular yang ada sejak lahir dan terjadi karena kelainan perkembangan
dengan gejala sianosis karena terdapat kelainan VSD, Stenosispulmonal,
Hipertropi ventrikel kanan, dan overiding aorta.

TOF dijumpai pada 10 % kasus penyakit jantung kongenital, TOF adalah


bentuk paling umum dari penyakit jantung sianotik. Terdapat 95 % dari sebagian
bayi dengan kelainan jantung tetralogy of fallot tidak diketahui namun berbagai
faktor juga turut berperan sebagai penyebabnya seperti pengobatan ibu ketika
sedang hamil, faktor lingkungan setelah lahir, infeksi pada ibu, faktor genetika
dan kelainan kromosom.

Dokter Prancis Etienne Fallot, 1888, pertama kali mempublikasikan


deskripsi kelainan klinik dan anatomik secara komprehensif, berdasarkan
sejumlah penelitian postmortem.

Lillehei pertama kali berhasil melakukan prosedur total koreksi pada TOF
tahun 1954. Prosedurtotal koreksi ditujukan untuk menghilangkan obstruksi
dengan melakukan reseksi dinding yang hipertrofi, dan melebarkan RVOT dengan
pericardial patch.

Terdapat 25% pasien ditemukan dengan kelainan kromosom yang


dihubungkan dengan defisiensi imun atau velocardiofacial syndrome dan juga
submucous cleft palate. 4, Manifestasi klinis TOF terutama disebabkan penurunan
aliran darah pulmonal dan derajat sianosis TOF ditentukan oleh berat ringannya
obstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan (stenosis pulmonal). Obstruksi
sirkulasi akan menyebabkan pirau dari ventrikel kanan ke ventrikel kiri.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Didapatkan rumusan masalah dari latar belakang diatas, sebagai berikut :
1. Apa pengertian Tetralogy of Fallot (TOF)?
2. Bagaimana etiologi Tetralogy of Fallot (TOF)?
3. Bagaimana manifestasi klinis Tetralogy of Fallot (TOF)?
4. Apa saja pemeriksaan penunjang Tetralogy of Fallot (TOF)?
5. Bagaimana patofisiologi Tetralogy of Fallot (TOF)?
6. Bagaimana penatalaksanaan Tetralogy of Fallot (TOF)?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada Tetralogy of Fallot
(TOF)?

1.3 Tujuan
Didapatkan rumusan masalah dari latar belakang diatas, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Tetralogy of Fallot (TOF)?
2. Untuk mengetahui etiologi Tetralogy of Fallot (TOF)?
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis Tetralogy of Fallot (TOF)?
4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Tetralogy of Fallot (TOF)?
5. Untuk mengetahui patofisiologi Tetralogy of Fallot (TOF)?
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan Tetralogy of Fallot (TOF)?
7. Untuk menegetahui asuhan keperawatan pada Tetralogy of
Fallot (TOF)?
1

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Tetralogi Of Fallot (TOF)


Tetrallogy of Fallot (TOF) didefinisikan sebagai kondisi penyakit jantung
kongenital yang ditandai dengan adanya obstruksi right ventricle outflow tract
(RVOTO) baik stenosis pada supravalvar, valvar dan subvalvar, adanya ventricle
septal defect (VSD), dextroposisi dari aorta dan hipertrofi ventrikel kanan.
Kondisi ini diperberat dengan kardiomiopati dilatatif yang menyebabkan pasien
jatuh pada keadaan gagal jantung dan pembentukan trombus multipel di semua
ruang jantung. (Perdhana & Prieta, 2017)

Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan sianotik. K


elainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau luban
g dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel)
dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (Yaya
n A.I, 2010).

Gambar 2.1. Jantung Normal dan Jantung TOF

Sebagai konsekuensinya, didapatkan adanya empat kelainan anatomi sebag


ai berikut:
1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga
ventrikel
4

2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang kel
uar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan
menimbulkan penyempitan.
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kir
i mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bil
ik kanan.
4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peni
ngkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal

Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek septum
ventrikel dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling sedik
it sama besar dengan lubang aorta (Yayan A.I, 2010).

2.2 Etiologi Tetralogy Of Fallot (TOF)


Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui, biasa
nya melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko
terjadinya tetralogi Fallot adalah:
1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus lainny
a
2. Gizi yang buruk selama
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes
6. Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita sindro
ma Down Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung sianotik kare
na terjadi pemompaan darah yang sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubu
h, sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan sesak nafas. Mu
ngkin gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana bayi mengalami ser
angan sianotik karena menyusu atau menangis (Yayan A.I, 2010).
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga diduga
karena adanya faktor endogen dan eksogen, antara lain :
A. Faktor Endogen :
4

1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom


5

2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan


misalnya VSD, pulmonary stenosis, dan overriding aorta.
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hiperte
nsi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.

B. Faktor Eksogen :
1. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,m
inum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine.a
minopterin, amethopterin, jamu).
2. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
3. Pajanan terhadap sinar –X
4. Ibu mengkonsumsi alkohol dan merokok saat mengandung.

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jar
ang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 9
0% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap fak
tor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pad
a minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai

2.3 Manifestasi Klinis Tetralogy Of Fallot (TOF)


Berikut merupakan manifestasi klinis anak dengan TOF umumnya akan me
ngalami keluhan :
1. Sesak yang biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas (misalnya menan
gis atau mengedan)
2. Berat badan bayi tidak bertambah
3. Pertumbuhan berlangsung lambat
4. Warna kulit pucat
5. Sulit untuk diberikan makan karena anak cepat lelah ketika diberi makan.
6. Jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing fingers)
7. Sianosis /kebiruan sianosis akan muncul saat anak beraktivitas, makan/menyu
su, atau menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran
6

8. pembuluh darah di seluruh tubuh) muncul dan menyebabkan peningkatan shu


nt dari kanan ke kiri (right to left shunt).

Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya oksig
en dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya jarin
gan akan kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala kebiruan. Anak akan menc
oba mengurangi keluhan yang mereka alami dengan berjongkok yang justru dapat
meningkatkan resistensi pembuluh darah sistemik karena arteri femoralis yang terl
ipat. Hal ini akan meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih banyak dar
ah dari ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis pulmonal yan
g terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi (Yayan A.I, 2010).

2.4 Patofisiologi Tetralogy Of Fallot (TOF)


Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaa
n, yaitu :
1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari sebuah
lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga menerima darah
dari kedua ventrikel.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventr
ikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah masuk ke
aorta.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum v
entrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, mengaabaikan lubang
ini. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke da
lam aorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang, sehin
gga terjadi pembesaran ventrikel kanan (Yayan A.I, 2010).

Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah tidak
melewati paru sehinggatidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena ya
ng kembali ke jantung dapat melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta
7

tanpa mengalami oksigenasi (Yayan A.I, 2010). Untuk klasifikasi/ Derajat


TOF dibagi dalam 4 derajat :
1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal
2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis b
ertambah, ada dispneu.
4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.

Pathway Tetralogy Of Fallot (TOF)


8

2.5 Pemeriksaan Penunjang Tetralogy Of Fallot (TOF)


Berikut merupakan pemeriksaan penunjang pada Tetralogy Of Fallet yaitu
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akib
at saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 1
6-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningka
tan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksige
n (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mu
ngkin menderita defisiensi besi (Samik Wahab, 1996).
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, t
idak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung t
erangkat sehingga seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pu
la hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrik
el kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke par
u-paru
5. Kateterisasi Jantung
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek se
ptum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi
stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, pe
ningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau re
ndah (Samik Wahab, 1996)..

2.6 Penatalaksanaan Tetralogy Of Fallot (TOF)


Penatalaksanaan dengan kemungkinan penderita Tetralogi Fallot dapat di
rawat jalan jika derajat termasuk pada derajat I, II, atau III tanpa sianosis maupun
dispneu berat. Jika penderita perlu rawat inap, apabila Tetralogi Fallot
9

termasuk dalam derajat IV dengan sianosis atau dispneu berat (Yayan A.


I, 2010). Berikut penatalaksanaannya:
A. Tatalaksana Penderita Rawat Inap
1. Mengatasi kegawatan yang ada.
2. Oksigenasi yang cukup.
3. Tindakan konservatif.
4. Tindakan bedah (rujukan) :
 Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi total: dil
akukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang jelas. (derajat III dan
IV)
 Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD + reseksi infu
ndibulum.
5. Tatalaksana gagal jantung kalau ada.
6. Tatalaksana radang paru kalau ada.
7. Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis

B. Tatalaksana Rawat Jalan


1. Derajat I
 Medikametosa : tidak perlu operasi (rujukan ) perlu dimotivasi, operasi t
otal dapat dikerjakan kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada kompl
ikasi abses otak, perlu dilakukan operasi paliatif.
 Kontrol : tiap bulan.
2. Derajat II dan III
 Medikamentosa : Propanolol
 Operasi (rujukan) perlu motivasi, operasi koreksi total dapat dikerjakan k
alau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu
dilakukan operasi paliatif.
 Kontrol : tiap bulan
 Penderita dinyatakan sembuh bila : telah dikoreki dengan baik.
10

C. Pengobatan Pada Serangan Sianosis


1)Usahakan meningkatkan saturasi oksigen arteriil dengan cara :
 Membuat posisi knee chest atau fetus
 Ventilasi yang adekuat
2)Menghambat pusat nafas denga Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg im atau subkutan
3)Bila serangan hebat bisa langsung diberikan Na Bic 1 meq/kg iv untuk mence
gah asidosis metabolik
4)Bila Hb < 15 gr/dl berikan transfusi darah segar 5 ml/kg pelan sampai Hb 15-
17 gr/dl
5)Propanolol 0,1 mg/kg iv terutama untuk prolonged spell diteruskan dosis rum
atan 1-2 mg/kg oral

Tujuan utama menangani Tetralogi Fallot adalah koreksi primer yaitu penu
tupan defek septum ventrikel dan pelebaran infundibulum ventrikel kanan. Pada u
munya koreksi primer dilaksanakan pada usia kurang lebih 1 tahun dengan perkira
an berat badan sudah mencapai sekurangnya 8 kg. Jika syaratnya belum terpenuhi,
dapat dilakukan tindakan paliatif, yaitu membuat pirau antara arteri sistemik deng
an dengan arteri pulmonalis, misalnya Blalock-Tausig shunt (pirau antara A. subcl
avia dengan cabang A. pulmonalis). Bila usia anak belum mencapai 1 tahun (Yaya
n A.I, 2010).

Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan bisa di
ajari tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:
 Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan
 Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering.
 Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang.
 Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya.
 Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada selama ser
angan sianosis
2.7 Asuhan Keperawatan Pada Tetralogy Of Fallot (TOF)
2.7.1 Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
 Gejala : keletihan / kelelahan terus menerus sepangjang hari, insomnia,
nyeri dada dengan aktivitas. Dispnea pada istirahat atau pada pengerahan
tenaga.
 Tanda : gelisah, perubahan status mental, misal : letargi. Tanda vital
berubah pada aktivitas

2. Sirkulasi
 Gejala : Riwayat hipertensi, bengkak pada kaki, abdomen, IM baru
/ akut.
 Tanda :
Warna : kebiruan, pucat, abu – abu, sianotik.
Edema : mungkin dependen, umum, atau pitting, khususnya pada
ekstremitas.
Frekuensi jantung : takikardy
Tekanan nadi : mungkin sempit, menunjukan penurunan volume
sekuncup
Hepar : pembesaran/dapat teraba
Bunyi nafas : rongki
Irama jantung : disritmia, misalnya fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel
prematur/takikardi, blok jantung.
Punggung kuku : pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.
Murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis

3. Integritas
 Gejala : ansietas, takut
 Tanda : berbagai manifestasi perilaku, misalnya ansietas, marah, ketakut
an.

12
3

4. Eliminasi
 Gejala : penurunan berkemih, berkemih di malam hari.

5. Makanan atau Cairan


 Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah, pembengkaan ekstremita
s bawah,.
 Tanda : distensi abdomen, edema (umum, dependen, tekanan, pitting).

6. Neorosensori
 Gejala : kelemahan, pening, episode pingsan.
 Tanda : Letargi, diorientasi, perubahan perilaku.

7. Nyeri atau kenyamanan


 Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas, s
akit pada otot.
 Tanda : tidak tenang, gelisah, focus menyempit (menarik diri).

8. Pernapasan
 Gejala : Dipsnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal, penggunaan bantuan pernapasan missal oksigen atau medikasi.
 Tanda :
Pernapasan : takipnea, napas dangkal.
Bunyi napas : mungkin tidak terdengar, dengan mengi.
Fungsi mental : kegelisahan.
Warna kulit : pucat atau sianosis.

9. Pemeriksaan Penunjang
 EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, iskemia, disritmia misal takikar
di, fibrilasi atria.
 Ekokardiogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik dan ser
ambi, perubahan dalam fungsi atau struktur katup atau area kontraktilitas
ventricular.
4

 Rontgen dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan me


nerminkan dilatasi atau hipertopi bilik atau serambi, atau perubahan dala
m pembuluh darah mencerminkan peningkatan tekanan pulmonal.
 Enzim Hepar : Meningkat dalam gagal atau kongestif hepar.
 AGD : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan
(dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).

2.7.2 Diagnosa Keperawatan


a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan Oksigen terhada
p a. b. kebutuhan tubuh.
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,
kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social
c. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.

2.7.3 Rencana Intervensi


a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
Tujuan : Penurunan cardiac output tidak terjadi.
Kriteria hasil : Tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala
gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut
serta dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung,
urine output adekuat: 0,5 2 ml/K9BB.

No Tujuan Intervensi Rasional


1. Setelah diberikan  Kaji frekuensi RR, nad  Memonitor adanya perubah
asuhan keperawatan sel i, TD secara teratur set an sirkulasi sedini mungki
ama 3 x 24 jam, diharap iap 4 jam. n.
kan penurunan cardiac  Catat bunyi jantung.  Mengetahui adanya peruba
output pada klien dapat  Kaji perubahan kulit w han irama jantung.
diatasi, dengan kriteria arna terhadap sianosis  Pucat menunjukkan adany
hasil : dan pucat. a penurunan perfusi perifer
 denyut nadi klien k  Pantau intake dan outp terhadap tidak adekuatnya
embali normal, yait ut setiap 24 jam. curah jantung. Sianosis ter
5

u 90 - 140 x/mnt.  Batasi aktifitas secara jadi sebagai akibat adanya


 Klien tidak terlihat adekuat. obstruksi aliran darah pada
pucat.  Berikan kondisi psikol ventrikel.
 Klien tidak terlihat ogis lingkungan tenan  Ginjal berespon untuk
lemah. g. yang menurunkan curah jantung
 mengalami sianosis dengan menahan produksi
pada tubuhnya. dib cairan dan natrium.
erikan  Istirahat memadai diperluk
an untuk memperbaiki efisi
ensi kontraksi jantung dan
menurunkan komsumsi O2
dan kerja berlebihan.
 Stres emosi menghasilkan
vasokontriksi yang mening
katkan TD dan meningkatk
an kerja jantung.

b. Ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan tubuh. Intolerans aktivitas b/d


ketidakseimbangan pemenuhan 02 terhadap kebutuhan hidup.
Tujuan : Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.
Kriteria hasil : Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan, istirah
tercukupi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan dari bab sebelumnya, maka penulis menyimpulk
an beberapa hal, diantaranya:
 Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap s
uatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan penyakit tersebut ia tidak menj
adi sakit.
 Imunisasi terdapat 2 jenis, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Adapu
6

n jenis imunisasi berdasarkan sifat penyelenggaraannya di Indonesia imuni


sasi wajib dan imunisasi pilihan.
 Tujuan umum imunisasi adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan ke
matian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Sedangkan tujuan umunya yaitu tercapainya target Universal Child Immun
ization (UCI), tervalidasinya eliminasi tetanus maternal dan neonatal, eradi
kasi polio, tercapainya eliminasi campak, terselenggaranya pemberian im
unisasi yang aman serta pengelolaan limbah medis dan peningkatan mutu
pelayanan imunisasi.
 Manfaat yang didapat dari pemberian imunisasi dapat dirasakan oleh anak,
keluarga dan Negara.
 Sasaran pemberian imunisasi yaitu bayi, balita, anak usia Sekolah Dasar (S
D) dan Wanita Usia Subur (WUS).
 Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh pemerintah, swasta, dan masyaraka
t.
 Penyakit yang dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) yaitu tuberculosis,
difteri, tetanus, pertusis atau batuk rejan, campak (measles), poliomyelitis
dan hepatitis-b.
 Pedoman pemberian imunisasi terbagi menjadi 4 jadwal, diantaranya yaitu
jadwal pemberian imunisasi dasar, jadwal imunisasi lanjutan pada usia bati
ta jadwal imunisasi lanjutan pada usia sekolah, jadwal imunisasi lanjutan t
etanus toksoid (TT).
13

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempur
naan. Maka dari itu, kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan sar
an dari seluruh fihak demi sempurnanya makalah ini. Saran yang dapat penuli
s berikan agar mahasiswa dapat memahami dari program imunisasi dasar . pa
da makalah berikutnya agar menjadi lebih baik.
2

DAFTAR PUSTAKA
Hadianti, DN., dkk. (2015). Buku Ajar Imuniasi. Jakarta: Kemenkes RI.
Ranuh, I. G. D., dkk. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia edisi 4. Jakarta: Ika
tan Dokter Anak Indonesia.
Yuliasti dan Nining. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta: Kemenkes RI.

Anda mungkin juga menyukai