Anda di halaman 1dari 6

1.

TEORI
a. Green Supply Chain Management (GSCM)

Green Supply Chain Management (GSCM) menjadi salah satu strategi yang penting
untuk mencapai pembangunan yang berkesinambungan bagi perusahaan (Kurien et al.,
2012). Konsep GSCM merupakan manajemen rantai pasokan yang berhubungan dengan
aspek lingkungan. Manajemen rantai pasokan yang berbasis green penting untuk
diterapkan karena selama ini ukuran kinerja rantai pasokan biasanya tidak memperhatikan
dampak terhadap lingkungan. Isu rantai pasokan ramah lingkungan dipandang kritis bagi
kesuksesan implementasi ekosistem industrial dan ekologi industrial. Limbah dan emisi
yang dikeluarkan oleh rantai pasokan telah menjadi sumber utama masalah lingkungan
termasuk diantaranya pemanasan global dan hujan asam (Bloemhof-Ruward et al., 1995).

Selain itu, tata kelola tersebut juga sebuah inovasi dalam penerapan strategi rantai
pasok yang didasarkan dalam konteks lingkungan yang mencakup aktivitas-aktivitas
seperti reduksi, recycle, reuse dan subsitusi material (Dheeraj & Vishal, 2012). Konsep
GSCM merupakan pengintegrasian perspektif lingkungan ke dalam manajemen rantai
pasok mencakup desain produk, pemilihan dan seleksi sumber bahan baku, proses
manufaktur, pengiriman produk akhir kepada konsumen, serta pengelolaan produk setelah
habis masa pakainya (Toke et al. 2010). Sehingga dapat disimpulkan konsep dari tata
kelola yang peduli lingkungan ini didasarkan pada perspektif lingkungan, yaitu bagaimana
mengurangi limbah dan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan rantai pasok.

Hal ini merupakan aspek non finansial jangka panjang penting terkait dengan
lingkungan yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam menjaga hubungan baik demi
keberlanjutan kegiatan rantai pasoknya di masa yang akan datang. Dengan menerapkan
GSCM, perusahaan dapat memperbaiki kinerjanya dengan memenuhi peraturan
lingkungan, serta melakukan pengolahan kembali terhadap produk yang telah terpakai
(Srivastava, 2007). Perusahaan memiliki beragam alasan untuk menerapkan-nya mulai
dari sekedar kebijakan yang bersifat reaktif hingga pendekatan yang bersifat proaktif untuk
mendapatkan keunggulan kompetitif yaitu meningkatkan daya saingnya melalui
peningkatan kinerja finansial dan kinerja lingkungan (Pishvaee & Razmi, 2012).

1
b. Kinerja Lingkungan

Masalah lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan operasi perusahaan berupa


perusakan lingkungan dari perusahaan seperti yang bergerak di bidang pertambangan,
mendorong munculnya praktik akuntansi lingkungan sebagai alat pertanggungjawaban
atau akuntabilitas publik atas usaha yang dilakukan perusahaan Sudjoko (2011). Usaha
pelestarian lingkungan dikenal dengan kinerja lingkungan (Wahyudi & Busyra 2011).
Kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan untuk ikut andil dalam melestarikan
lingkungan. Kinerja lingkungan dibuat dalam bentuk peringkat oleh suatu lembaga yang
berkaitan dengan lingkungan hidup (Wibisono 2013). PROPER yang merupakan program
pemeringkatan lingkungan dari Kementrian Lingkungan hidup misalnya, merupakan
pemeringkatan berdasarkan kinerja lingkungan tiap-tiap perusahaan, agar bisa
dibandingkan dan menjadi koreksi bagi perusahaan tersebut.

Suratno dan Mutmainah (2006) menyatakan bahwa kinerja lingkungan adalah


mekanisme bagi perusahaan untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap
lingkungan ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi
tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Perusahaan memberikan perhatian terhadap
lingkungan sebagai wujud tanggung jawab dan kepedulian perusahaan terhadap
lingkungan (Lako 2011). Masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan berkepentingan
terhadap dampak sosial dan lingkungan yang berasal dari aktivitas perusahaan (Untung
2012). Adanya kesadaran perusahaan menetapkan kinerja lingkungan secara baik
sebenarnya merupakan perwujudan sekaligus titik temu antara kepentingan pelaku etis
perusahaan dan esensi strategi pembangunan berkelanjutan, yaitu dengan melalui
langkah mengintegrasikan antara pembangunan ekonomi, sosial, kemasyarakatan dan
lingkungan hidup.

Pengukuran terhadap kinerja lingkungan dengan melihat prestasi perusahaan


mengikuti program PROPER yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong penataan perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen informasi. Sistem peringkat kinerja
PROPER mencakup pemeringkatan perusahaan dalam lima warna yang akan diberi skor
secara berturut-turut dengan nilai tertinggi 5 untuk warna emas, 4 untuk warna hijau, 3
untuk warna biru, 2 untuk warna merah, dan nilai terendah 1 untuk warna hitam.

2
Perusahaan akan diberi penilaian warna emas apabila perusahaan tersebut telah
melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dan telah melakukan
upaya 3R (Reduce, Reuse, Recycle), menerapkan sistem pengelolaan lingkungan yang
berkesinambungan, serta melakukan upaya-upaya yang berguna bagi kepentingan
masyarakat pada jangka panjang. Perusahaan akan diberikan warna hijau apabila telah
melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan, telah mempunyai
sistem pengelolaan lingkungan, mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakat,
termasuk melakukan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Perusahaan akan diberikan warna
biru apabila telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai
dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku. Sedangkan biru minus apabila
perusahaan melakukan upaya pengelolaan lingkungan, tetapi baru sebagian mencapai
hasil yang sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan.

Perusahaan akan diberikan penilaian warna merah apabila melakukan upaya


pengelolaan lingkungan, tetapi baru sebagian kecil mencapai hasil yang sesuai dengan
persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Perusahaaan
diberikan penilaian warna hitam apabila belum melakukan upaya pengelolaan lingkungan
berarti, secara sengaja tidak melakukan upaya pengelolaan lingkungan sebagaimana
yang dipersyaratkan serta berpotensi mencemari lingkungan.

c. Kinerja Operasional

Kinerja operasional menurut Daft (2010) adalah suatu bidang manajemen yang
mengkhususkan pada produksi barang dan jasa, serta menggunakan alat-alat dan teknik-
teknik khusus untuk memecahkan masalahmasalah produksi. Adapun menurut Handoko
(2010), kinerja operasional (operational performance) merupakan pelaksanaan kegiatan-
kegiatan manajerial yang dibawakan dalam pemilihan, perancangan, pembaharuan,
pengoperasian dan pengawasan sistem-sistem produksi. Dengan kata lain operational
performance merupakan pengukuran dari performa perusahaan terhadap standar atau
indikator efektif, efisien dan tanggung jawab sosial seperti halnya: produktivitas, siklus dan
kepatuhan terhadap peraturan dan secara lebih rinci tujuan ini berhubungan dengan:

1) Efektifitas dan efisiensi dari kinerja sebuah perusahaan dalam menggunakan aset dan
sumber daya lainnya.

3
2) Melindungi perusahaan dari kerugian.
3) Memastikan bahwa semua pegawai telah bekerja memenuhi sasaran dan tujuan
dengan efisien dan disertai integritas yang tinggi, tanpa biaya yang tidak diinginkan
atau berlebihan.
4) Berbagai pihak (pegawai, vendor, maupun pelanggan) menempatkan kepentingan
mereka di belakang dan mendahulukan kepentingan perusahaan.

Biasanya setiap perusahaan mendefinisikan strategi dan tujuan perusahaan mereka,


lalu mengidentifikasikan obyektif operational performance yang harus di penuhi guna
mencapai strategi perusahaan. Selanjutnya, perusahaan akan mendefinisikan alat ukur
yang akan digunakan untuk menentukan apakah obyektif dari operational performance
merek terpenuhi. Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya demi mencapai tujuan-tujuan
organisasi dalam operational performance yaitu dengan pelaksanaan fungsi-fungsi:

1) Perencanaan (planning)

Adalah keputusan-keputusan yang menyangkut kreasi metode-metode pelaksanaan


suatu operasi produktif.

2) Pengorganisasian (organizing)

Adalah keputusan-keputusan perencanaan tingkat keluaran jangka panjang atau


dasar forecast permintaan dan keputusan-keputusan scheduling pekerjaan dan
pengalokasian karyawan jangka pendek.

3) Pengarahan (actuating)

Adalah keputusan-keputusan yang dilakukan dalam system produksi berdasarkan


perubahan permintaan, tujuan-tujuan organisasional dan manajemen.

4) Pengawasan (controlling)

Adalah prosedur-prosedur yang menyangkut pengambilan tindakan korektif dalam


operasi-operasi produksi barang atau penyediaan jasa.

Kinerja operasi adalah kemampuan perusahaan dalam menjalankan operasionalnya.


Pengukuran kinerja merupakan tolak ukur manajemen perusahaan untuk menentukan

4
kebijakan perusahaan, apakah kinerja perusahaan itu baik atau belum dapat dilihat
dengan mengukur aspek-aspek yang ada, baik dari tinjauan keuangan maupun non
keuangan. Kinerja operasi perusahaan merupakan salah satu aspek yang digunakan oleh
investor untuk menjadi pertimbangan keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan.

2. INDIKATOR

Indikator dari Green Supply Chain Management (GSCM), Kinerja Lingkungan, dan
Kinerja Operasional adalah sebagai berikut (Srivastava, 2007):

a. Indikator GSCM

Indikator dari Green Supply Chain Management (GSCM) adalah sebagai berikut:

No. Indikator Uraian


1. Pembelian yang ramah lingkungan Pembelian yang ramah lingkungan
adalah salah satu solusi untuk
lingkungan dan eko-nomi yang
konservatif melalui konsep yang diterima
produk dan jasa yang memperbaiki
lingkungan.
2. Pembuatan yang ramah Proses pembuatan yang ramah
lingkungan lingkungan dapat dibagi menjadi sumber
daya (redu-cing), daur ulang (recycling),
pemulihan produk dan material (product
and material recovery), penggunaan
kembali (reuse), ma-najemen persediaan
(inventory management), dan
perencanaan dan perbaikan produksi
(production planning and scheduling).
3. Distribusi ramah lingkungan Distribusi ramah lingkungan (Green
Distri-bution) berupa pemilihan
penggunaan ke-masan ramah lingkungan
dan logistik lingkungan.

5
No. Indikator Uraian
4. Reverse logistic Reverse Logistic merupakan proses me-
ngambil produk dari konsumen akhir
dengan tujuan meningkatkan nilai dan
membuang yang benar. Kegiatan logistik
di belakang pemilihan lainnya, gabungan
Inspeksi/se-leksi/penyortiran, pemulihan,
redistribusi dan pengeluaran.

Anda mungkin juga menyukai