Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“ SALAM ”

Diajukkan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

FIQH MUAMALAH

Dosen Pengampu : Amilis Kina, M.E.I.

Disusun Oleh :

1. Herman Setiawan ( 12101193097 )


2. Rizka Helviana Putri ( 12101193101 )
3. LingVangLing Sheraken Pawesti ( 12101193114 )

HUKUM EKONOMI SYARIAH “ 2 C ”

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

i
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr Wb

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha


penyayang. Puja dan puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberi hidayah serta rahmatnya sehingga
memudahkan kami dalam penyelesaian dalam pembuatan makalah kami.
Tak lupa sholawat serta salam tetap tercurhakan kepada junjungan
nabi besar kita Muhammad SAW, yang telah mengajarkan kita dari jalan
yang jahiliyah menuju jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas di Jurusan hukum
ekonomi syariah IAIN Tulungagung, dan dalam proses penyusunan
makalah ini, penulis mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan
serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini
penulis juga bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku rektor IAIN Tulungagung.
2. Bapak Dr. H. Ahmad Muhtadi Ashor, M.Ag. selaku dekan fakultas
Syariah dan Ilmu hukum
3. Ibu Dr. Zulfatu Nikmah selaku ketua jurusan Hukum Ekonomi
Syariah
4. Amilis Kina, M.E.I selaku dosen mata kuliah Fiqh Muamalah.
5. Teman-teman yang telah memberikan dukungan serta motivasi

Makalah yang telah kita tulis ini tentunya tak lepas dari kekurangan
maupun kelebihan dari segi bahasa maupun dari segi susunan
kalimatnya. Maka, kami akan menerima kritik dan saran yang dari
pembaca.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk
masyarakat luas, serta dapat menjadikan wawasan dan media informasi
bagi masyarakat. Kami mohon maaf jika ada kesalahan dari pembuatan
makalah yang disengaja maupun tidak disengaja.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Tulungagung, 13 april 2020

1
Penyusun

DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR………………………………………………………….. 1
DAFTAR ISI........................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Rumusan Masalah.................................................................................. 3
B. Tujuan.................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Salam....................................................................................4
B. Dasar Hukum Salam...............................................................................4
C. Rukun, Syarat dan Sifat Salam...............................................................5
D. Perbedaan Salam Dengan Jual Beli Biasa..............................................5
E. Produk Hukum Jual Beli salam..............................................................6
F. Implementasi Salam Dengan Lembaga Keuangan Syariah (LKS).........6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................7
B. Kritik dan Saran......................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................8

2
BAB I

PENDAHULUAN

RUMUSAN MASALAH :

1. Apa yang dimaksud dengan salam


2. Apa dasar hukum salam
3. Apa saja rukun, syarat dan sifat salam
4. Apa perbedaan salam dengan jual beli biasa
5. Apa saja produk hukum jual beli salam
6. Apa implementasi salam dalam lembaga keuangan syariah (LKS)

TUJUAN PENULIS :

1. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan salam?


2. Untuk Mengetahui apa dasar hukum salam?
3. Untuk Mengetahui apa saja rukun, syarat dan sifat salam?
4. Untuk Mengetahui apa perbedaan salam dengan jual beli biasa?
5. Untuk Mengetahui apa saja perbedaan salam dengan jual beli biasa?
6. Untuk Mengetahui apa implementasi salam dalam lembaga keuangan syariah (LKS)?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SALAM

Bai’ salam adalah akad jual beli barang pesanan diantara pembeli (muslam) dengan
penjual (muslam ilaih). Spesifikasi dan harga barang pesanan harus sudah disepakati di awal
akad, sedangkan pembayaran dilakukan di muka secara penuh.

Ulama Syafi’iyyah dan hanabalah menjelaskan, salam adalah akad atas barang
pesanan dengan spesifikasi tertentu yang ditanggungkan penyerahannya pada waktu
tertentu, dimana pembayaran dilakukan secara tunai di majlis akad.

Ulama Malikiyyah menyatakan, salam adalah akad jual beli di mana modal
(pembayaran) dilakukan secara tunai (di muka) dan obyek pesanan diserahkan kemudian
dengan jangka waktu tertentu (Zuhaili, 1989, jilid IV, hal.598-599). 1

B. DASAR HUKUM SALAM

Al quran
Firman Allah dalam Al quran surat Al baqarah ayat 282.

‫مى فَاك‬
ًّ ‫س‬
َ ‫م‬
ُّ ‫ل‬ َ َ ‫ن اِلٰٓى ا‬
ٍ ‫ج‬ ٍ ْ ‫م بِدَي‬ َ ٰ‫ن ا‬
ْ ُ ‫منُوْٓا اِذ َا تَدَايَنْت‬ َ ْ ‫يٰٓاَيُّهَا الَّذِي‬
“Hai orang orang beriman,apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai
untuk waktuyang ditentukan,Hendaklah km melunasinya”(QS.al-
baqarah:282)

Firman Allah dalam QS.al kaidah ayat 1

‫ بِ ْال ُعقُوْ ِد‬P‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَوْ فُوْ ا‬


“Hai orang orang beriman penuhilah! Akad akad itu....”

Hadis
Dalam hadis rosul bersabda:
‫ و ھم یسلفو ن فی‬P‫عن ا بن عب س ر ضی ا هللا عنھما ق ل قد م ا لنبی صلی هللا علیه و سلم ا لمدینة‬
‫ا لتمار السنة والسنتین فقل‬
(‫متفق علیه)من اسلف فی تمر فلیسلف فی کیل معلوم ووزن معلوم الی اجل معلوم‬

1
Djuwaini Dimyauddin, Pengantar Fiqh Muamalah,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2015) hlm.128

4
"ibnu abas berkata:nqbi shallallaahu alaihi wa sallam datang ke mqdinah dan penduduknya
bisa meminjamkan buahnya untuk masa setahun dan dua tahun. Lalu beliau bersabda: "barang
siapa meminjamkan buah maka hendaknya ia meminamkanya dalam takaran.timbqngn.dan
masa tertentu." (H.R.muttafaq alaihi.)

Fatwa DNS MUI


Fatwa DNS- MUI NO :05/DNS-MUI/IV/2000 tentqng jual beli salam. 2
C. RUKUN, SYARAT DAN SIFAT SALAM
1. Rukun dan Syarat Salam
Rukun salam pada prinsipnya sama dengan rukun dan salam pada jual-beli, yakni
pembeli (muslam), penjual (muslam ilaih), modal/uang (ra’sul maal), barang (muslam
fih), sighat (ijab qabul/ucapan). Disamping itu, ulama juga memberikan beberapa syarat
untuk menentukan sahnya jual-beli salam. Mayoritas ulama sepakat bahwa akad salam
dikatakan sah, jika memenuhi syarat, yaitu; jenis barangnya jelas, spesifikasi jelas,
kadarnya jelas, waktunya penyerahan jelas, mengetahui kadar modal yang dibutuhkan,
dan menyebutkan tempat penyerahan jika dibutuhkan biaya delivery.3

2. Sifat Salam
Suatu contoh semisal , Seorang petani membutuhkan modal untuk menanam.Petani
membutuhkan bibit,pupuk, obat hama dan biaya lainnya.Dengan Akad Salam Pertani
bisa menjual hasil panennya sebelum Dia menanam. Dalam Akad Salam ini, hasil panen
yang dijual harus ditetapkan spesifikasinya sejak akad disepakati secara tepat. Baik
jenisnya, kualitas,kuamtitas dan lainnya. Tidak boleh digantungkan pada semata-mata
hasil panen.. Sehingga apabila hasil penennya tidak sesuai dengan spesifikasi yang sudah
disepakati, hutangnya dianggap tetap belum terbayar. Petani itu wajib membayar
dengan hasil panen yang sesuai dengan spesifikasi yang sudah disepakati, bagaimana
pun caranya termasuk dengan membeli dari petani lain. Jadi disini dapat didefinisikan
bahwa sifat salam adalah memberikan modal terlebih dahulu kepada penjual, dan
penjual baru membuatkan sesuatu yang diinginkan pembeli dengan syarat yang sudah
dibicarakana diawal akad salam tersebut. Seperti didalam Hadits “ Barang siapa
melakukan salam, hendaknya ia melakukannya dengan takaran yang jelas dan
timbangan yang jelas pula, untukjangka waktu yang diketahui.” ( HR. Bukhari Muslim).4

D. PERBEDAAN SALAM DENGAN JUAL BELI BIASA.


 Salam adalah menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda ,
atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya disebutkan dengan jelas
dengan pembayaran modal terlebih dahulu sedangkan barangnya
diserahkan dikemudian hari. Jual Beli Salam ialah jual beli yang tidak
dilihat zatnya, hanya ditentukan dengan sifat barang itu ada didalam
tanggungan Si Penjual. Akad salam harus menguntukan kedua belah
pihak yang melakukan transaksi, dan sangat jauh dari kata riba.
 Jual Beli Biasa adalah suatu transaksi tukar menukar branag yang
mempunyai nialai, dimana salah satu pihak menjual barang tersebut

2
177-325-1-PB. pdf
3
Panji Adam,”Fiqh Muamalah Maliyah”,(Bandung Refika Aditama,2017),hlm.67
4
http://sistyawardani23.blogspot.com/2017/06/rukun-dan-syarat-jual-beli-salam.html?m=1

5
dengan kesepakatan. Jual beli merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Didalam
Jual Beli Biasa terdapat proses tawar menawar antara penjual dan
pembeli untuk menentukan harga jual,tetapi penjual tidak
menyebutkan harga beli dan laba yang diinginkan. 5

E. PRODUK HUKUM JUAL BELI SALAM


Dalam konteks hukum di indonesia telah ditemukan beberapa produk yang
berkaitan dengan akad salam, baik dalam bentuk peraturan perundang-undangan maupun
dalam bentuk fatwa yang dikeluarkan oleh DSN (Dewan Syariah Nasional) Majelis Ulama
Indonesia. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dalam pasal 1
ayat 5 disebutkan, bahwa pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah,
salam dan istisha. Penggunaan salam dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah lebih lanjut digunakan dalam pasal-pasal yang menjelaskan tentang jenis
dan kegiatan usaha perbankan syariah.
Produk hukum kedua tentang salam ini kedua tentang salam ini dikemukakan dalam
PBI (Peraturan Bank Indonesia), yakni PBI No. 7/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang
Kegiatan Usaha berdasarkan Prinsip Syariah dan PBI No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad
Penghimpunan dan Penyaluran dana bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam PBI tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
salam adalah jual-beli barang dengan cara pesanan dengan syarat-syarat tertentu dan
pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh. Dalam PBI, salam ditempatkan sebagai
salah satu akad yang digunakan sebagai produk Perbankan Syariah dalam penyaluran dana.
Aspek-aspek yang dikemukakan dalam PBI berkaitan erat dengan masalah persyaratan
salam, penyerahan muslam fih, dan ketentuan hukum yang berkaitan dengan salam pararel. 6

F. IMPLEMENTASI SALAM DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (LKS)


Jual-beli salam dalam pabrik LKS adalah salam pararel. Salam pararel merupakan
transaksi pembelian atas barang tertentu oleh nasabah kepada LKS. Pembelian tidak secara
langsung dengan melakukan penyerahan barang, tetapi nasabah hanya memberikan
spesifikasi barang, kemudian LKS memesan barang yang diminta nasabah kepada pihak
ketiga atau produsen. Biasanya LKS melakukan pembayaran atas barang tersebut secra
tunai. Kemudian, barang tersebut dijual kepada konsumen atau nasabah, baik secara tunai
maupun angsuran.
Dalam aplikasinya, bisa saja pembeli kedua yang ada dalam skema tersebut adalah
nasabah yang bersangkutan. Jadi, setelah bank berperan sebagai pemesan barang, ia dapat
juga berperan sebagai penjual barang kepada nasabah. 7

5
https://qazwa.id/blog/jual-beli-dalam-islam/
6
Panji Adam,”Fiqh Muamalah Maliyah”,(Bandung Refika Aditama,2017),hlm.64
7
Ibid,hlm.70

6
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Salam adalah akad jual beli barang pesanan diantara pembeli (muslam) dengan
penjual (muslam ilaih). Spesifikasi dan harga barang pesanan harus sudah disepakati
di awal akad, sedangkan pembayaran dilakukan di muka secara penuh.
2. Dasar hukum salam ada 3 (tiga) yaitu Al-qur’an, sunnah dan fatwa DNS MUI.
3. a). Rukun salam : Rukun salam pada prinsipnya sama dengan rukun dan salam pada
jual-beli, yakni pembeli (muslam), penjual (muslam ilaih), modal/uang (ra’sul maal),
barang (muslam fih), sighat (ijab qabul/ucapan).
b). Syarat salam : Jenis barangnya jelas, spesifikasi jelas, kadarnya jelas, waktunya
penyerahan jelas, mengetahui kadar modal yang dibutuhkan, dan menyebutkan
tempat penyerahan jika dibutuhkan biaya delivery.
c). Sifat salam : memberikan modal terlebih dahulu kepada penjual, dan penjual
baru membuatkan sesuatu yang diinginkan pembeli dengan syarat yang sudah
dibicarakana diawal akad salam tersebut.
4. Perbedaan salam dan jual beli biasa adalah suatu barang yang penyerahannya
ditunda , atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya disebutkan dengan jelas
dengan pembayaran modal terlebih dahulu sedangkan barangnya diserahkan
dikemudian hari dan suatu transaksi tukar menukar branag yang mempunyai nialai,
dimana salah satu pihak menjual barang tersebut dengan kesepakatan.
5. Produk hukum jual beli salam DSN (Dewan Syariah Nasional) Majelis Ulama
Indonesia. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Dan PBI (Peraturan Bank Indonesia),
yakni PBI No. 7/24/PBI/2004.
6. Implementasi salam dalam lembaga keuangan syariah ( LKS ) Jual-beli salam dalam
pabrik LKS adalah salam pararel. Salam pararel merupakan transaksi pembelian atas
barang tertentu oleh nasabah kepada LKS. Pembelian tidak secara langsung dengan
melakukan penyerahan barang, tetapi nasabah hanya memberikan spesifikasi
barang, kemudian LKS memesan barang yang diminta nasabah kepada pihak ketiga
atau produsen.

B. KRITIK DAN SARAN


Demikian makalah fiqh muamalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan silahkan kepada kami.

7
Apabila terdapat kesalahan mohon maaf dapat memaafkan dan memakluminya karna
kami adalah hamba allah yang takluput dari salah dan khilaf. Kami selaku pembuat
makalah ini memohon sangat kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSAKA

Adam, Panji. 2017. Fiqih Muamalah Maliyah. Bandung: Refika Aditama.

Dimyaudin Djuwaini.2015. Pengantar Fiqh Muamalah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

177- 325-1 -PB. Pdf

http://sistyawardani23.blogspot.com/2017/06/rukun-dan-syarat-jual-beli-salam.html?m=1

https://qazwa.id/blog/jual-beli-dalam-islam/

Anda mungkin juga menyukai