Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN PRAKTIS KLINIS

SMF : OBSTETRI & GINEKOLOGI


RSUD SINJAI
2019
PLASENTA PREVIA
1. Pengertian (Definisi) merupakan plasenta yang letaknya abnormal ® pada
segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi sebagian
atau seluruh ostium uteri internum

2. Anamnesis 1. Perdarahan pervaginam pada uk. > 20 mg, berlangsung


tanpa sebab dan biasanya perlahan-lahan, berulang,
warna merah segar.
2. tidak disertai gejala nyeri (tanda khas plasenta previa).
3. kontraksi/rasa sakit diperut (his) biasanya tidak ada
4. kadang terjadi anemia/syok sesuai jumlah perdarahan
yang terjadi.

3. Pemeriksaan Fisis 1. Pemeriksaan luar: Kelainan letak, bagian terendah janin


tdk masuk PAP, tdk ada kontraksi uterus
2. Inspekulo: darah pada OUE
3. pada pemeriksaan dalam teraba jaringan plasenta
(lunak),tapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena
dapat mengakibatkan perdarahan yang banyak,
sehingga cara ini hanya dilakukan di meja operasi.
4. dapat disertai gawat janin sampai kematian janin,
tergantung beratnya.
4. Kriteria Diagnosis Berdasarkan abnormalitasnya,plasenta previa dibagi :
 Plasenta Previa Totalis, bila seluruh OUI tertutup
plasenta
 Plasenta Previa Lateralis, bila hanya sebagian dari OUI
tertutup plasenta
 Plasenta Previa Marginalis, bila tepi plasenta berada
tepat pada tepi OUI
 Plasenta Letak Rendah, bila plasenta berada 3-4 cm
diatas tepi OUI

5. Diagnosis Placenta previa


6.Diagnosis Banding 1. solusio placenta
2. vasa previa
3. kelainan lokal seperti kanker serviks atau polip serviks
7. Pemeriksaan Penunjang  Lab : darah lengkap, CT/BT, GDS, golongan darah, tes
hiv, sifilis, HbSAg, urin lengkap
 USG untuk menentukan letak plasenta (jika perlu)

8. Terapi 1. Konservatif, bila kehamilan < 37 minggu, perdarahan


tidak banyak (Hb masih normal),tempat tinggal pasien
dekat, tidak ada his dan janin masih hidup.
 Tirah baring
2. Penanganan Aktif, bila:
 Perdarahan banyak, tanpa memandang usia
kehamilan

1
 Uk > 37 minggu
 Anak mati

 Dapat berupa persalinan pervaginam atau


perabdominal
a. Persalian pervaginam :
Plasenta previa lateralis/ marginalis dengan KJDR,
serviks matang, kepala masuk PAP, perdarahan
sedikit atau tidak ada, lalu diberikan oksitosin drip
disertai pemecahan ketuban.
b. Persalian perabdominal
Plasenta Previa Totalis, perdarahan banyak tanpa
henti, presentasi abnormal, panggul sempit, serviks
belum matang, gawat janin.
3. Tranfusi darah (jika perlu)
9. Edukasi 1. Memperbanyak istirahat
2. Anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan
mnghadap kiri
3. Tidak melakukan senggama
4. Menghindari peningkatan tekanan rongga perut(misalnya
batuk,mengedan karena sulit buang air besar)

10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam


Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam

11. Tingkat Evidens II


12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis 1. dr. H. Alimuddin,Sp.OG
2. dr. Yuniarty Amra, Sp.OG, M.Kes
3. dr. Andi Wisdawati
4. dr. Suci Alifiyanti
14. Indikator Medis - Sekitar 70 % ibu hamil dengan plasenta previa akan
mengalami sedkitnya 1 x perdarahan selama kehamilan.
- Persalinan prematur terjadi sekitar 40-60 % pada ibu
hamil dengan plasenta previa

15. Kepustakaan 1. Prof. dr. Hanifa W, dkk., Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan maternal dan Neonatal, Edisi Pertama,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,
2002; M-20– M-22
2. Prof. dr. Hanifa W, dkk., Ilmu Kebidanan, Edisi keempat,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,
2010; 495-03
3. Prof. dr. Hanifa W, dkk.,pelayanan kesehatan Maternal
dan Neonatal , Edisi Pertama, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2001,162-166

Sinjai, 20 Februari 2019

2
Ketua Komite Medik Ketua SMF Obstetri & Ginekologi

dr.Hikmawati, Sp.S.M.Kes dr. H. Alimuddin,SP.OG


Nip. 19720820 200212 2 005 Nip. 196401031998031003

Direktur RSUD Sinjai

dr. H. Amaluddin, Sp.PD


Nip :19630618 198910 1 002

PANDUAN PRAKTIS KLINIS


SMF : OBSTETRI & GINEKOLOGI
RSUD SINJAI
2019
RETENSIO PLASENTA
1. Pengertian (Definisi) 1.Tertahannya/belum lahirnya plasenta > 30 menit setelah
bayi lahir
2.Sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan
gangguan kontraksi uteri

3
2. Anamnesis 1.Perdarahan jalan lahir setelah janin keluar
2.Plasenta masih melekat di dalam rahim, sementara janin
telah keluar
3. Pemeriksaan Fisis 1. Keadaan umum pasien : tekanan darah, Nadi, Suhu
2. Anemis
3. Jumlah perdarahan
4. Keadaan fundus uteri: kontraksi dan TFU
5. Keadaan Placenta
4. Kriteria Diagnosis BerdasarkanImplantasinya,jenis retensio plasenta dibagi :
 Plasenta Adhesiva, implantasi yang kuat dari jonjot
korion
 Plasenta Akreta, Implantasinya memasuki sebagian
lapisan miometrium
 Plasenta Inkreta, Implantasinya mencapai miometrium
 Plasenta Perkreta, Implantasinya menembus lapisan otot
mencapai lapisan serosa dinding uterus
 Plasenta Inkarserata,tertahannya plasenta di dalam
kavum uteri
5. Diagnosis Retensio Plasenta
6.Diagnosis Banding Placenta Akreta
7. Pemeriksaan Penunjang USG untuk menentukan letak plasenta (jika perlu)

8. Terapi  Regangkan tali pusat & pasien meneran.


 Bila ekspulsi tidak terjadi à coba traksi terkontrol tali
pusat dgn terkendali, dengan cara Brandt Andrews
 Infus oksitosin 20 IU dalam 500 cc NaCl/RL 40
tetes/mnt sampai uterus berkontraksi
 Bila gagal : Manual plasenta
 Bila manual plasenta tidak memungkinkan atau
tidak lengkap : kuret
 Bila plasenta tidak terlepas,kemungkinan plasenta
akreta.
Plasenta Akreta :
 Pem. Luar à ikutnya fundus/korpus bila tali pusat
ditarik
 Pem. Dalam à perabaan tepi plasenta sulit karena
implantasi yang dalam
 Tindakan à operatif (jika perlu sampai histerektomi)
Sisa Plasenta :
 Dini à periksa apakah plasenta lahir lengkap atau
tidak
 Sbgn besar dgn keluhan perdarahan setelah 6-10 hr
dgn sub involusi uterus
 Antibiotika
 Eksplorasi digital, dgn AVM atau D&K
 Transfusi darah bila perlu
9. Edukasi 1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih
2. Penerimaan Keluarga Berencana

10. Prognosis  Ad vitam : dubia ad bonam/malam


 Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
 Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens II

4
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis 1. dr. H. Alimuddin,Sp.OG
2. dr. Yuniarty Amra, Sp.OG, M.Kes
3. dr. Andi Wisdawati
4. dr. Suci Alifiyanti
14. Indikator Medis Insiden retensio plasenta terjadi sekitar 5% dari seluruh
persalinan
15. Kepustakaan 1.Prof. dr. Hanifa W, dkk.,pelayanan kesehatan Maternal
dan Neonatal , Edisi Pertama, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2001,178-180

2.Prof.dr.Ida Bagus Gde Manuaba,DSOG, Ilmu


Kebidanan,penyakit Kandungan dan KB,penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta,1998, 300-303

Sinjai, 20 Februari 2019


Ketua Komite Medik Ketua SMF Obstetri & Ginekologi

dr.Hikmawati, Sp.S.M.Kes dr. H. Alimuddin,SP.OG


Nip. 19720820 200212 2 005 Nip. 196401031998031003

Direktur RSUD Sinjai

dr. H. Amaluddin, Sp.PD


Nip :19630618 198910 1 002

PANDUAN PRAKTIS KLINIS


SMF : OBSTETRI & GINEKOLOGI
RSUD SINJAI
2019
ATONIA UTERI (ICD 10 : O72.2)
1. Pengertian (Definisi)
2. Anamnesis Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama pasca persalinan

3. Pemeriksaan Fisis  Penonjolan rahim di supra simfisis (-)


 Uterus tidak berkontraksi, besar, dan lembek
 Perdarahan banyak
 Tidak ada perlukaan jalan lahir

5
 Pucat dan terdapat tanda-tanda syok atau presyok (tekanan
darah rendah, nadi cepat lemah, akral dingin, oligouri)
 Kadang disertai plasenta adhesiva

4. Kriteria Diagnosis 1. Sesuai kriteria anamnesis


2. Sesuai kriteri pemeriksaan fisik
5.Diagnosis Atonia Uteri (ICD 10 : O72.2)
5.Diagnosis Banding 1. Robekan jalan lahir (ICD 10 : O70)
2. Retensio plasenta (ICD 10 : O73)
3. Gangguan pembekuan darah

6.Pemeriksaan Penunjang Darah lengkap, CT, BT, GDS, Rapid test HIV, tes sifilis, HBSAg,
urin lengkap, golongan darah, DR post Histerektomi
7. Terapi 1. Segera setelah diketahui adanya perdarahan postpartum,
tentukan ada syok atau tidak, bila ada segera berikan infus
cairan, kontrol perdarahan dan berikan oksigen.
2. Bila syok tidak ada, atau keadaan umum baik segera lakukan
pemeriksaan untuk mencari penyebab perdarahan.
3. Masase uterus, pemberian oksitosin 20 IU dalam 500 cc
cairan Ringer lakat dan metil ergometrin IM.
4. Bila tidak ada perbaikan, lakukan bikompresi bimanual
interna selama 5 menit, jika tidak berhasil lakukan kompresi
bimanual eksterna.
5. Kompresi aorta abdominal
6. Pemasangan balon kateter
7. Berikan ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 800-1000
mcg per rectal.
KI Ergometrin : ibu dengan hipertensi.
8. Bila tetap tidak berhasil, siapkan transfusi darah dan lakukan
laparatomi, kalau mungkin lakukan ligasi arteri uterina atau
hipogastrika (khusus untuk pasien yang belum punya anak),
bila tidak mungkin lakukan histerektomi.
8. Edukasi 1. Edukasi tentang penyakit yang diderita dan komplikasi yang
mungkin akan terjadi.
2. Edukasi dan persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
9. Prognosis  Ad vitam : dubia ad malam
 Ad sanationam : dubia ad malam
 Ad fumgsionam : dubia ad malam

10. Tingkat Evidens II


11. Tingkat Rekomendasi A
12. Penelaah Kritis 1. dr. H. Alimuddin,Sp.OG
2. dr. Yuniarty Amra, Sp.OG, M.Kes
3. dr. Andi Wisdawati
4. dr. Suci Alifiyanti
13. Indikator Medis Perdarahan post partum dengan tindakan dirawat selama 4 hari
bila tanpa komplikasi.
14. Kepustakaan 1. Prof.dr.Ida Bagus Gde Manuaba,DSOG, Ilmu
Kebidanan,penyakit Kandungan dan KB,penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta,1998
2. Hakimi M, Dasuki D, Siswosudarmo R, Pradjatmo H, et Al.
Standar Pelayanan Medis Bidang Ilmu Obstetri dan

6
Ginekologi. Yogyakarta, Pustaka Cendikia Press, 2011

Sinjai, 20 Februari 2019


Ketua Komite Medik Ketua SMF Obstetri & Ginekologi

dr.Hikmawati, Sp.S.M.Kes dr. H. Alimuddin,SP.OG


Nip. 19720820 200212 2 005 Nip. 196401031998031003

Direktur RSUD Sinjai

dr. H. Amaluddin, Sp.PD


Nip :19630618 198910 1 002

7
PANDUAN PRAKTIS KLINIS
SMF : OBSTETRI & GINEKOLOGI
RSUD SINJAI
2019

ABORTUS
1. Pengertian (Definisi) Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan dan sebagai batasan digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
2. Anamnesis  Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
 Perdarahan pervaginam,mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
 Rasa mulas atau kram perut di daerah atas simpisis,sering
disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
3. Pemeriksaan Fisis Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,tekanan
darah normal atau menurun,denyut nadi normal atau cepat dan
kecil,suhu badan normal atau meningkat.
Pemeriksaan Ginekologi:
 Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam,ada/tidak jaringan hasil
konsepsi,tercium/tidak bau busuk dari vulva.
 Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri,ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup,ada/tidak jaringan keluar dari ostium,ada/tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
 Colok vagina: portio masih terbuka atau sudah tertutup,teraba
atau tidak jaringan dalam kavum uteri,besar uterus sesuai atau
lebih kecil dari usia kehamilan,tidak/ nyeri saat porsio
digoyang,tidak /nyeri pada perabaan adneksa,kavum douglasi
tidak menonjol dan tidak nyeri.
4. Kriteria Diagnosis 1. Amenore dengan hasil tes kehamilan positif/pernah positif
2. Perdarahan pervaginam ,mungkin disertai jaringan hasil
konsepsi
3. Rasa sakit atau kram perut pada daerah aras simpisis
5. Diagnosis Abortus
6.Diagnosis Banding 1. Mola hidatidosa
2. KET
3. Kehamilan dengan kelainan serviks
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaan Laboratorium :Tes Kehamilan positif bila janin
masih hidup bahkan 2-3 minggu setelah abortus, darah lengkap,
CT/BT, GDS, golongan darah, tes hiv, sifilis, HbSAg, urin
lengkap.
8. Terapi 1. Tirah baring
2. Berikan infuse cairan Nacl fisiologis atau RL.
3. Lakukan dilatasi dan kuretase.
4. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi
5. Transfusi darah jika diperlukan
9. Edukasi 1. Hindari aktivitas berlebihan.
2. Konseling tentang metode KB setelah abortus.

10. Prognosis  Ad vitam : dubia ad bonam


 Ad sanationam : dubia ad bonam
 Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens II
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis 1. dr. H. Alimuddin,Sp.OG
2. dr. Yuniarty Amra,
8 Sp.OG, M.Kes
3. dr. Andi Wisdawati
4. dr. Suci Alfiyanti

14. Indikator Medis Insiden abortus spontan kurang lebih 15-30 % (1 dari 7 kehamilan)
Sinjai, 20 Februari 2019
Ketua Komite Medik Ketua SMF Obstetri & Ginekologi

dr.Hikmawati, Sp.S.M.Kes dr. H. Alimuddin,SP.OG


Nip. 19720820 200212 2 005 Nip. 196401031998031003

Direktur RSUD Sinjai

dr. H. Amaluddin, Sp.PD


Nip :19630618 198s910 1 002

Anda mungkin juga menyukai