Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan, memperoleh
kepercayaan dari klien dan para pemakali laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran
laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Profesi akuntan publik akan selalu
berhadapan dengan dilema yang mengakibatkan seorang akuntan publik berada pada dua
pilihan yang bertentangan. Seorang akuntan publik akan mengalami dilema ketika tidak
terjadi kesepakatan dengan klien mengenai beberapa aspek dan tujuan pemeriksaan. Apabila
akuntan publik memenuhi tuntutan klien berarti akan melanggar standar pemeriksaan, etika
profesi dan komitmen akuntan publik tersebut terhadap profesinya, tetapi apabila tidak
memenuhi tuntutan klien maka dikhawatirkan akan berakibat pada penghentian penugasan
oleh klien. Kode etik akuntan indonesia dalam pasal 1 ayat (2) adalah berisi tentang setiap
anggota harus mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melakukan tugasnya tentang
kualitas atau mutu jasa yang diberikan.
Pelanggaran seakan menjadi titik tolak bagi masyarakat pemakai jasa profesi akuntan
publik untuk menuntut mereka bekerja secara lebih profesional dengan mengedepankan
integritas diri dan profesinya sehingga hasil laporannya benar-benar adil dan transparan. Hal
ini semakin mempengaruhi kepercayaan terhadap profesi akuntan dan masyarakat semakin
menyangsikan komitmen akuntan terhadap kode etik profesinya. Hal ini seharusnya tidak
perlu terjadi atau dapat diatasi apabila setiap akuntan mempunyai pemahaman, pengetahuan
dan menerapkan etika secara memadai dalam pekerjaan profesionalnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan profesi ?
2. Apa ciri-ciri dari etika profesi ?
3. Apa prinsip dasar etika profesi ?
4. Etika profesi apa yang dilanggar oleh PT Garuda Indonesia ?
5. Apa solusi menurut kelompok mengenai kasus PT Garuda Indonesia ?

1
1.3 TUJUAN

Untuk memahami pengertian mengenai profesi, etika profesi, ciri-ciri serta prinsip dasar
etika profesi dan implementasinya melalu contoh kasus PT Garuda Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ETIKA PROFESI

A. Pengertian Profesi
Kata ‘profesional’ dan ‘profesionalisme’ menjadi semacam istilah kunci bagi
kehidupan modern, khususnya bisnis. Semua orang akan berusaha menjadi orang yang
profesional dan perlunya meningkatkan profesionalisme.
Menurut Richard T. De George, adanya kebingungan mengenai istilah profesi itu
sendiri sehubungan dengan istilah profesi, profesional, dan profesionalisme yang dipakai
secara obral dalam hampir semua segi kehidupan. Kebingungan ini timbul karena banyak
orang yang profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam profesi tertentu ataupun
sebaliknya. Hal lain yang membuat bingung adalah aspek yang ditekankan orang tertentu
ketika berbicara tentang kaum profesional dan profesionalisme bisa berbeda-beda.
Profesi dapat dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup
dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan
komitmen pribadi (moral) yang mendalam. Dengan demikian, orang profesional adalah
orang yang melakukan suatu pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan
mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta punya komitmen pribadi yang
mendalam atas pekerjaannya. Dengan kata lain, orang profesional, adalah orang yang
melakukan suatu pekerjaan karena ahli dibidang tersebut dan meluangkan seluruh waktu,
tenaga, perhatian untuk pekerjaan tersebut.
Orang yang profesional adalah orang yang mempunyai komitmen pribadi yang
mendalam atas pekerjaannya. Pekerjaannya itu membentuk identitas dan kematangan
diri, karena itu dirinya berkembang bersama dengan perkembangan dan kemajuan
pekerjaannya. Komitmen pribadi ini yang melahirka tanggung jawab yang besar atas
pekerjaan.
Sebagaimana terungkap dalam pengertian profesi di atas , orang yang professional
selalu mengerjakan pekerjaannya sebagai pekerjaan purna waktu dan hidup dari

3
pekerjaannya itu . Ini berarti , orang tersebut harus memperoleh dan diberi imbalan yang
memadai atas pekerjaan yang dilakukannya yang memungkinkan untuk hidup secara
layak sebagai manusia . Hanya dengan imbalan yang layak , kita bias menuntut dan dan
mengharapkan seseorang untuk bekerja dengan tekun , rajin , giat , dan serius . Seorang
profesional adalah orang yang punya integritas pribadii yang tinggi dan mendalam . Ia
bukan orang yang tidak tahu malu melakukan berbagai penyimpangan dalam profesinya .
Ia bukan orang yang tidak tahu malu menerima suap , berkolusi , melakukan pemalsuan ,
dan seterusnya hanya demi sesuatu yang lain diluar nilai dan tuntutan profesinya . Ia
adalah orang yang tahu menjaga nama baiknya , komitmen moralnya , tuntutan profesi
serta nilai dan cita – cita yang diperjuangkan oleh profesinya .
Dengan demikian profesi memang sebuah pekerjaan , tetapi tidak sekaligus sama
begitu saja dengan pekerjaan pada umumnya . Profesi mempunyai tuntutan yang sangat
tinggi , bukan saja dari luar melainkan terutama dari dalam diri orang itu sendiri .
Tuntutan ini menyangkut tidak saja keahlian , melainkan juga komitmen moral
tanggungjawab , keseriusan , disiplin , dan integritas pribadi .
Dalam kaitan dengan profesi pada umumnya, lama kelamaan hubungan antara
pengapdian kepada masyarakat dan nafkah hidup berkembang menjadi saling mengisi
dan mendiskusikan. Disuatu pihak profesional ingin mengapdikan hidupnya demi
kepentingan banyak orang. Namuan di pihak lain semakin dia berprofesional dalam
menjalakan profesinya itu, semakin banyak pula ia memperoleh imbalan atas profesinya
itu.

2.2 CIRI-CIRI PROFESI


Ciri-Ciri Profesi Bersifat Umum :
Pertama : adanya keahlian dan krtrampilan khusus. Profesi ini selalu mengendalikan
adanya suatu kahlian dan ketrampilan khusus tertentu yang dimimliki oleh sekelompok orang
yang profesional untuk menjalankan pekerjaannya dengan baik. Pengetahuan atau keahlian
dan ketrampilan memungkinkan seseorang yang profesional itu mengenali dengan cukup dan
tepat persoalan yang dihadapi serta solusi yang tepat untuk itu.
Kedua ; adanya komitmen moral tinggi. Komitmen moral ini biasanya dituangkan ,
khususnya untuk profesi yang luhur, dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan

4
pada orang yang menembang profesi yang bersangkutan. Aturan belaku sebagai semacam
kaidah moral yang khusus bagi orang – orang memiliki profesi tersebut. Ia merupakan aturan
main dalam mengembangkan profesi tersebut sebagai kode etik (kode etik kedokteran, kode
etik pengacara dll).
Kode etik ini menentukan identitas dan perilaku, khususnya perilku moral dari para
profesional tersebut, dan dengan komitmen moral ini pada umumnya, menjadi jelas bahwa
keahlian saja tidak cukup untuk menyebut seseorang sebagai orang profesional karna ahli dan
terampil dalam bidang tertentu, seseorang bisa saja menjadi menghancurkan hidup orang
lain.
Ketiga, biasanya orang yang profesional adalah orang yang hidup dari profesinya. (1) ini
berarti dia hidup sepenuhnya dari profesi ini. Biasanya dibayar dengan gaji yang sangat
tinggi sebagai konsekuensi dari pengerahan seluruh tenaga, pikiran, keahlian, keterampilan.
Singkatnya seluruh hidupnya demi profesi ini. (2) ini berarti profesinya telah membentuk
identitas orang tersebut. Ia tidak bisa lagi dipisahkan dari profesinya itu. Yang berarti, ia
menjadi dirinya berkat dan melalui profesinya. Maka, ia tampil dan dikenal dalam
masyarakat melalui dan karena profesinya.
Keempat, adalah pengabdian kepada masyrakat. Adanya komitmen moral yang tertuang
dalam kode etik profesi ataupun sumpah jabatan menyiratkan bahwa orang-orang yang
mengemban profesi tertentu, khususnya profesi luhur, lebih mendahulukan dan
mengutamakan kepentingan masyarakat dari pada kepetingan pribadi karena hanya mereka
yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus dibidang tersebut, keahlian dan
keterampilan khusus itu terutama dimaksud untuk melayani kepentingan masyarakat yang
membutuhkannya (tanpa berarti pelayanan itu selalu diberikan secara cuma-cuma). Ini
kemudian berkembang menjadi sikap hidup yang profesional. Orang yang profesional punya
komitmen moral untuk memecahkan persoalan yang dihadapi kliennya sampai tuntas.

Kelima, pada profesi luhur biasanya ada izin khusus untuk menjalankan profesi tersebut.
Izin ini khusus ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari pelaksaan profesi yang tidak
becus. Akuntan publik yang memanipulasi audit supaya sebuah perusahaan bisa go public
dengan mendapat imbalan tertentu akan merugikan banyak pihak yang tertarik membeli
saham perusahaan itu hanya terkecoh oleh manipulasinya tadi.

5
Keenam, kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu organisasi profesi.
Contohnya IDI untuk profesi dokter, IAI untuk akuntan, Ikadin untuk advokat, dan
sebagainya. Tujuan utama organisasi profesi ini adalah untuk menjaga dan melindungi
keluhuran profesi tersebut. Tugas pokoknya adalah menjaga agar standar keahlian dan
keterampilan tidak dilanggar, kode etik tidak dilanggar, dan menjaga agar kepentingan
masyarakat tidak dirugikan oleh pelaksanaan profesi tersebut oleh anggota manapun.
Organisasi profesi menjadi polisi moral bagi anggota profesi yang akan menindak anggota
mana saja yang melanggar kode etik dan hakikat profesi tersebut karena pelanggaran atau
kesalahan yang dilakukan seorang anggota dan merusak seluruh citra profesi itu. Dalam
organisasi profesi itu sendiri punya wibawa moral serta mampu bertindak secara netral dan
tegas tanpa memihak kepada siapapun yang telah melanggar kode etik profesi.

Prinsip – Prinsip Etika Profesi

Kode etik berkaitan dengan prinsip etika tertentu yang berlaku untuk suatu profesi. Ada empat
prinsip etika profesi yang juga berlaku untuk semua profesi pada umumnya, sebagai berikut :

 Prinsip Tanggung Jawab


Tanggung jawab merupakan prinsip pokok yang berlaku untuk kaum profesional.
Seorang profesional dituntut untuk bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan
dan hasilnya. Seorang profesional dengan sendirinya harus bekerja sebaik mungkin
dengan standar di atas rata-rata dan dengan hasil yang maksimal serta dengan mutu yang
terbaik. Seorang profesional juga bertanggung jawab atas dampak profesinya itu terhadap
kehidupan dan kepentingan orang lain, khususnya kepentingan orang-orang yang
dilayaninya. Pada tingkat di mana profesinya itu membawa kerugian baik secara sengaja
maupun tidak sengaja, maka ia harus bertanggung jawab atas hal tersebut.

 Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut orang yang profesional agar menjalankan profesinya dengan tidak
merugikan hak dan kepentingan pihak tertentu, khususnya orang-orang yang dilayani
dalam rangka profesinya. Prinsip ini juga menuntut agar dalam menjalankan profesinya

6
orang yang profesional tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap siapa pun, termasuk
orang yang tidak membayar jasa profesionalnya. Orang yang profesional tidak boleh
membeda-bedakan pelayanannya dan juga kadar dan mutu pelayanannya itu.
 Prinsip otonomi. Ini lebih merupakan prinsip yang dituntu oeh kalangan profesional
terhadap dunia luar agar mereka diberikan kebebasaan sepenuhnya dalam menjalankan
proofesinya. Sebenarnya ini merupakan konseekuensi dari hakikat profesi itu sendiri.
Karena, hanya kaum profesional ahli dan terampil dalam bidang profesinya, tidak boleh
ada pihak luar yang ikut campur tangan dalam pelaksanaan profesi tersebut. Otonomi ini
juga penting agar kaum profesional itu bisa secara bebas mengembangkan profesinya,
bisa melakukan inofasi, dan kreasi tertentu yang kiranya berguna bagi perkembangan
profesi.
 Prinsip integritas moral. Berdasarkan hakikat dan ciri-ciri profesi diatas, terlihat jelas
bahwa orang yang profesional adalah juga orang yang punya itegritas pribadi atau moral
yang tinggi. Karena, ia punya komitmen pribai untuk keluhuran profesinya, nama
baiknya, dan juga kepentingan orang lain atau masyarakat. Dengan demikian, sebenarnya
prinsip ini merupakan tuntutan kaum profesional atas dirinya sendiri bahwa dalam
menjalakan tugas profesinya ia tidak akan sampai merusak nama baiknya serta citra dan
martabat profesinya. Maka, ia sendiri akan menuntut dirinya sendiri untuk bertanggung
jawab atas profesinya serta tidak melecehkan nilai yang dijunjung tinggi dan
diperjuangkan profesinya.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengatur mengenai prinsip dasar etika profesi
akuntan publik :

1. Prinsip integritas. Setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan
profesional dan hubungan bisnis dalam menjalani pekerjaanya.
2. Prinsip objektivitas. Setiap praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain mempengaruhi
pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.
3. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional. Setiap praktisi
wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang

7
dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat
menerima jasa yang profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan
perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan
pekerjaan. Setiap praktisi harus bertindak secara profesional dan sesuai dengan standar
profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
4. Prinsip kerahasiaan. Setiap praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh
sebagai hasil dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh
mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau
pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai ketentuan
hukum atau peraturan lainnya yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari
hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh praktisi untuk
keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.
5. Prinsip perilaku profesional. Setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang
berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

2.3 CONTOH KASUS


PELANGGARAN KODE ETIK PT GARUDA INDONESIA

1- 2 APRIL 2019

Sebagai perusahaan publik, Garuda Indonesia melaporkan kinerja keuangan tahun buku
2018 kepada Bursa Efek Indonesia. Hasil laporan keuangan Garuda Indonesia untuk tahun
buku 2018, membukukan laba bersih sebesar USD809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar.
Angka ini melonjak tajam dibanding 2017 yang menderita rugi sebesar USD216,5 juta.
Namun laporan keuangan tersebut menimbulkan polemik, lantara dua komisaris Garuda
Indonesia yakni Chairul Tanjung dan Dony Oskaria menolak untuk menandatangani laporan
keuangan tersebut(saat ini sudah tidak menjabat) karena menganggap laporan keuangan 2018
Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
nomor 23. Pasalnya, Garuda Indonesia memasukkan keuntungan dari PT Mahata Aero
Teknologi yang memiliki utang kepada maskapai berpelat merah tersebut sebagai pendapatan
dalam laporan keuangannya. PT Mahata Aero Teknologi sendiri memiliki utang terkait
pemasangan wifi yang belum dibayarkan hingga akhir 2018.

8
24- 30 APRIL 2019

Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang salah
satu agendanya ialah menyetujui laporan keuangan tahun buku 2018. Dalam rapat itu, dua
komisaris Garuda Indonesia Chairul Tanjung dan Dony Oskaria selaku perwakilan dari PT
Trans Airways berpendapat bahwa angka transaksi dengan PT Mahata sebesar USD239,94
juta terlalu signifikan sehingga mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika
nominal dari kerjasama tersebut tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka perusahaan
sebenarnya masih merugi sebesar USD244,96 juta. Selain itu, catatan tersebut membuat
beban yang ditanggung Garuda Indonesia menjadi lebih besar untuk membayar pajak
penghasilan dan pajak pertambahan nilai, yang seharusnya belum menjadi kewajiban karena
pembayaran dari kerja sama dengan PT Mahata belum dibayarkan kepada PT Garuda. Sehari
setelah kabar penolakan laporan keuangan oleh dua komisaris tersebut beredar, saham
perusahaan dengan kode GIAA itu merosot tajam 4,4 persen pada penutupan perdagangan
sesi pertama. Harga saham Garuda Indonesia anjlok ke level RP478 per saham dari
sebelumnya Rp500 per saham.

Bursa Efek Indonesia (BEI) memanggil jajaran direksi Garuda Indonesia terkait kisruh
laporan keuangan tersebut. Pertemuan juga dilakukan bersama auditor yang memeriksa
keuangan Garuda Indonesia, yakni KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang bersama
rekannya.Namun di saat yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku
belum bisa menetapkan sanksi kepada KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang bersama
rekannya lantaran Kemenkeu masih melakukan analisis terkait dari pihak auditor.

3 MEI 2019

Garuda Indonesia akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi setelah laporan


keuangannyaditolak oleh kedua komisarisnya, maskapai ini mengaku bahwa mereka tidak
melakuka audit ulang terkait laporan keuangan 2018 yang dinilai tidak sesuai karena
memasukan keuntungan dari PT Mahata Aero Teknologi.

21 Mei 2019

9
Garuda Indonesia kemudian dipanggil oleh Komisi VI DPR-RI . Jajaran direksi ini
dimintai keterangan oleh komisi VI DPR-RI mengenai polemik laporan keuangan tersebut.
Dalam penjelasannya, Dirut Garuda Indonesi I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra
mengatakan bahwa laporan keuangan tersebut yang menjadi polemik adalah soal kerjasama
dengan PT Mahata Aero Teknologi, terkait penyediaan layanan wiFi on-board yang dapat
dinikmati secara gratis oleh penumpang PT Garuda Indonesia. Kerja sama yang dilakukan
pada tanggal 31 Oktober 2018 ini mencatat pendapatan yang masih berbentuk piutang
sebesar USD239.940.000 dari Mahata. Dari jumlah itu, USD28 juta di antaranya merupakan
bagi hasil yang seharusnya dibayarkan Mahata.

14 Juni 2019

Kemenkeu telah selesai melakukan pemeriksaan terhadap KAP Tanubrata Sutanto Fahmi
Bambang bersama rekannya terkait laporan keuangan tahun 2018 milik garuda dengan
kesimpulan terjadi pelanggaran bahwa pelaksanaan audit belum sepenuhnya mengikuti
standar akuntansi yang berlaku. Sanksi juga diberikan kepada Garuda dikenakan denda
sebesar RP100 juta untuk setiap direksi yang menandatangani laporan keuangan tersebut.
Sanksi dari Bursa Efek juga lebih besar yakni denda RP250 juta, Garuda juga diminta untuk
memperbaiki laporan keuangan paling lambat tanggal 26 juli 2019.

Menteri keuangan Sri Mulyani menjatuhkan sanksi kepada Akuntan Publik Kasner
Sirumapea dan KAP Tanubrata bersama rekannya, sanksi yang dijatuhkan berupa:

1. Pembekuan izin selama 12 bulan terhadap AP Kasner Sirumapea karena melakukan


pelanggaran berat yang berpotensi berpengaruh signifikan terhadap opini laporan auditor
independen
2. Peringatan tertulis dengan disertai kewajiban untuk melakukan perbaikan terhadap sistem
pengendalian mutu KAP.

2.4 PELANGGARAN ETIKA PROFESI YANG DILAKUKAN OLEH PT GARUDAA


INDONESIA
Dari masalah yang dilakukan PT Garuda Indonesia, maka pelanggaran prinsip etika profesi
akuntan publikyang dilakukan adalah:

10
1. Prinsip Integristas. PT Garuda Indonesia kurang teliti dalam menganalisis transaksi yang
terjadi pada 2018. Pasalnya akuntan PT Garuda Indonesia memasukkan keuntungan dari
PT Mahata Aero Teknologi sebagai pendapatan dalam Laporan Keuangannya, sementara
PT Mahata Aero Teknologi sendiri memiliki utang terkait pemasangan WIFI yang belum
dibayarkan hingga penulisan tahun buku 2018 terjadi kesalahan, seharusnya utang yang
belum dilunasi tersebut oleh PT Garuda Indonesia dimasukkan kedalam piutang.
2. Prinsip Kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional. Dalam
menyusun laporan keuangan sebagai seorang yang berprofesi akuntan, KAP Tanubrata
Susanto Fahmi Bambang bersama rekannya seharusnya mencermati dan lebih
professional dalam memeriksa setiap praktisi sehingga menghasilkan Laporan Keuangan
yang valid, akuntabel, dan transparan. Namun Auditor Tanubrata Susanto Fahmi
Bambang rupanya kurang mencermati Laporan Leuangan yang diaudit. Hal ini terbukti
ketika PT Garuda Indonesia mengaku bahwa mereka tidak melakukan audit ulang terkait
Laporan Keuangan 2018 yang dinilai tidak sesuai karena memasukkan keuntungan dari
PT Mahata Aero Teknologi.
3. Prinsip Perilaku Profesional. Dalam mengaudit Laporan Keuangan seorang auditor harus
memegang teguh standar dan prinsip akuntan public harus professional artinya setiap
setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku sesuai dengan standar
akuntansi. Namun KAP Tanubrata Susanto Fahmi Bambang bersama rekannya
melakukan pelanggaran berupa pelaksanaan audit belum sepenuhnya mengikuti standar
akuntansi yang berlaku. Hal ini Nampak ketika Laporan Keuangan PT Garuda Indonesia
masih terjadi kesalahan sehingga berpengaruh terhadap neraca keuangan PT Garuda
Indonesia.

2.5 SOLUSI ATAU CARA MENGATASI KASUS PT GARUDA INDONESIA


Untuk PT Garuda Indonesia dan perusahaan lain yang ingin melakukan audit pada
Laporan Keuangan harus dilakukan secara berulang dengan auditor yang berbeda. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan baik yang disengaja maupun tidak
disengaja dalam Laporan Keuangan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kerja merupakan kekhasan manusia, dimana melalui kerja manusia dapat


mengekspresikan dirinya agar lebih dikenal orang lain. Dunia kerja atau profesi merupakan
saran bagi perwujudan dan sekaligus pelatihan diri untuk menjadi lebih baik.

Dalam pelaksanaanya profesi merupakan suatu pekerjaan tertentu yang dilakukan sebagai
kegiatan pokok,dengan mengandalkan keterampilan khusus, dilaksanakan sebagai sumber
utama nafkah hidup dan dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam. Karena
itulah seorang profesional alam bidang kerja tertentu adalah orang yang benar-benar terampil
dengan bidang kerjanya, lebih terampil dibandingkan dengan masyarakat umum. Untuk
menyeimbangkan serta sebagai penunjuk arah bagi para profesional itu diperlukan adanya
suatu kode etik profesi dan diharapkan akan dipegang teguh oleh setiap profesional yang
tergabung di dalamnya.

12
13

Anda mungkin juga menyukai