I. Golongan Kuinolon
Kuinolon, merupakan bakterisida karena menghambat lepasnya untai DNA
yang terbuka pada proses superkoil dengan menghambat DNA girase (enzim yang
menekan DNA bakteri menjadi superkoil). Untuk memasukkan DNA untai ganda
yang panjang kedalam sel bakteri, DNA diatur dalam loop (DNA terrelaksasi)
yang kemudian diperpendek oleh proses superkoil. Sel eukariotik tidak
mengandung DNA girase. Sifat penting dariKuinolon adalah penetrasinya yang
baik ke dalam jaringan dan sel (bandingkan dengan Penisilin), efektivitasnya bila
diberikan secara oral, dan toksisitasnya relatif rendah.
a) Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan Kuinolon baru dengan atom
Fluor pada cincin Kuinolon (karena itu dinamakan juga Fluorokuinolon).
Perubahan struktur ini secara dramatis meningkatkan daya bakterinya,
memperlebar spektrum antibakteri, memperbaiki penyerapannya di saluran cerna,
serta memperpanjang masa kerja obat. Golongan Kuinolon ini digunakan untuk
infeksi sistemik.
Yang termasuk golongan ini antara lain adalah Spirofloksasin, Ofloksasin,
Moksifloksasin, Levofloksasin, Pefloksasin, Norfloksasin, Sparfloksasin,
Lornefloksasin, Flerofloksasin dan Gatifloksasin.
1) Asam Nalidiksat
Asam Nalidiksat adalah kuinolon pertama yang ditemukan memiliki aktivitas
antibakteri, tapi Asam Nalidiksat tidak mencapai kadar antibakteri sistemik dan
sampai saat ini hanya digunakan pada infeksi saluran kemih.
2) Norfloksasin
Norfloksasin tidak mempunyai aktivitas sistemik, terkonsentrasi dalam urin dan
merupakan obat lini kedua pada infeksi saluran kemih
3) Siprofloksasin
Siprofloksasin merupakan agen antibakteri spektrum luas. Diabsorbsi baik secara
oral dan dapat secara intravena. Dieliminasi oleh ginjal dan (sebagian besar) dalam
bentuk yang tidak berubah. Siprofloksasin mempunyai substituent 6-fluoro yang
sangat memperkuat potensi antibakteri melawan bakteri gram positif dan terutama
bakteri gram negatif (E. coli, P.aeruginosa, Salmonella, Campylobacter). Efek
samping jarang terjadi, meliputi mual, muntah, ruam, pusing, dan sakit kepala.
Konvulsi bisa terjadi karena kuinolon merupakan antagonis asam γ-aminobutirat
(GABA).
4) Ofloksasin
Ofloksasin merupakan derivat flouroquinolon yang memiliki efektivitas dan
spektrum yang luas sebagai antibiotik, namun ofloksasin juga dapat berperan
sebagai fotosensitiser sehingga menyebabkan fotohemolisis.
5) Moksifloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan Moksifloksasin
kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan
Moksifloksasin 400 mg/250 ml.
6) Levofloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan
Levofloksasin 250 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan
kandungan Levofloksasin 500 mg/100 ml.
7) Pefloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan
Pefloksasin 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan
Pefloksasin 400 mg/125 ml dan ampul dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/5
ml.
8) Norfloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg.
9) Sparfloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 200 mg.
10) Lornefloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg.
11) Flerofloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg.
Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan 400 mg/100 ml.
12) Gatifloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg.
Juga tersedia dalam bentuk vial untuk injeksi dengan kandungan 400 mg/40 ml.
II. Golongan Rifampisin
Rifampisin merupakan obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati
infeksi bakteri. Rifampicin sering dipakai untuk pengobatan tuberculosis (TBC).
Obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah infeksi setelah berkontak dengan
seseorang yang sedang menderita infeksi serius. Obat ini hanya diberikan dengan
resep dokter.
Infeksi jaringan lunak dan tulang, seperti Osteomielitis. Untuk infeksi pasca
bedah oleh kuman enterokokus Ps. aeroginosa atau stafilokokus yang resisten
terhadap Beta Laktam atau Aminoglikosid. Rifampisin bekerja dengan membunuh
bakteri yang menyebabkan infeksi.
Cara kerja obat ini yaitu dengan menonaktifkan enzim bakteri yang disebut
RNA polimerase. Bakteri menggunakan RNA polimerase untuk membuat protein
dan untuk menyalin informasi genetik (DNA) mereka sendiri. Tanpa enzim ini
bakteri tidak dapat berkembang biak dan bakteri akan mati. Kerja Obat Bersifat
bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant yang tidak dapat dibunuh oleh
isoniazid. Mekanisme kerja, Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim
bakteri Ribose Nukleotida Acid (RNA)-polimerase sehingga sintesis RNA
terganggu.
Interaksi obat ini adalah mempercepat metabolisme metadon, absorpsi
dikurangi oleh antasida, mempercepat metabolisme, menurunkan kadar plasma
dari dizopiramid, meksiletin, propanon dan kinidin, mempercepat metabolisme
kloramfenikol, nikumalon, warfarin, estrogen, teofilin, tiroksin, anti depresan
trisiklik, antidiabetik (mengurangi khasiat klorpropamid, tolbutamid, sulfonil urea),
fenitoin, dapson, flokonazol, itrakonazol, ketokonazol, terbinafin, haloperidol,
indinafir, diazepam, atofakuon, betabloker(propanolol),diltiazem, nifedipin,
verapamil, siklosprosin, mengurangi khasiat glukosida jantung, mengurangi efek
kostikosteroid, flufastatin.
Rifampisin adalah suatu enzyme inducer yang kuat untuk cytochrome P-
450 isoenzymes, mengakibatkan turunnya konsentrasi serum obat-obatan yang
dimetabolisme oleh isoenzyme tersebut. Obat-obat tersebut mungkin perlu
ditingkatkan selama pengobatan TB, dan diturunkan kembali 2 minggu setelah
Rifampisin dihentikan. Obat-obatan yang berinteraksi, diantaranya :protease
inhibitor, antibiotika makrolid, levotiroksin, noretindron, warfarin, siklosporin,
fenitoin, verapamil, diltiazem, digoxin, nortriptilin, alprazolam, diazepam,
midazolam, triazolam dan beberapa obat lainnya.
Efek Samping Pada Saluran cerna ; rasa panas pada perut, sakit epigastrik,
mual, muntah, anoreksia, kembung, kejang perut, diare, SSP: letih rasa kantuk,
sakit kepala, ataksia, bingung, pening, tak mampu berfikir, baal umum, nyeri pada
anggota, otot kendor, gangguan penglihatan, ketulian frekuensi rendah
sementara. Hipersensitifitas: demam, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, sariawan
mulut dan lidah, eosinofilia, hemolisis, hemoglobinuria, hematuria, insufiensi
ginjal, gagal ginjal akut( reversibel). Hematologi: trombositopenia, leukopenia
transien, anemia, termasuk anemia hemolisis. Intoksikasi lain: Hemoptisis,
proteinurea rantai rendah, gangguan menstruasi, sindrom hematoreal