PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. PRE OPERATIF
Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh (Smeltzer
and Bare, 2002).Preoperatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani
operasi atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi
( Smeltzer and Bare, 2002 ).
(Sumber :https://www.alomedika.com/rekomendasi-puasa-preoperatif-pada-pasien-dewasa)
C. PERSIAPAN DAN PERAWATAN PRE OPERASI
Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja
bedah.Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap pra oprasi adalah pegetahuan tentang
persiapan pembedahan, dan kesiapan psikologis. Prioritas pada prosedur pembedahan
yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga
tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidak tahuan
klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta
petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan tersebut. Pengakajian
secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat
diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi. Adapun persiapan klien di
unit perawatan meliputi :
Sumbe : http://mpikkk.blogspot.com/2016/03/melatih-pernafasan-diafragma.html
b) Latihan Kaki.
Pengertian : suatu tindakan latihan persiapan fisik yang diajarkan ke pasien pada saat periode
sebelum operasi (pre operasi)
Tujuan :
1. Memperlanar peredaran darah
2. Mencegah vena statis
3. Mempertahankan tonus otot
Tindakan:
a. Ajarkan pada pasien tiga bentuk latihan yang berisi tentang kontraksi dan relaksasi
otot quadriceps (vastus intermedius, vatus lateralis, rectus femoris, dan vastus
medialis)
b. Lakukan dorsifikasi dan flantar fleksi pada kaki.
c. Fleksi dan ekstensi pada lutut dan penekanan kembali lutut kedalam bed.
d. Naikan dan turunkan kaki dari permukaan bed. Ekstensikan lutut untuk
menggerakkan kaki.
b. Bahu
i. Fleksi 180⁰ menaikkan lengan ke atas sejajar dengan kepala
ii. Ekstensi 180⁰ mengembalikan lengan ke posisi semula
iii. Hiperekstensi 45-60⁰ menggerakkan lengan kebelakang
iv. Abduksi 180⁰ lengan dalam keadaan lurus sejajar bahu lalu gerakkan kearah kepala
v. Adduksi 360⁰ lengan kembali ke posisi tubuh
vi. Rotasi internal 90⁰ tangan lurus sejajar bahu lalu gerakkan dari bagian siku kearah
kepala secara berulang
vii. Rotasi eksternal 90⁰ dan kearah bawah secara berulang
viii. ROM bahu dengan gambar
c. Siku
i. Fleksi 150⁰ menggerakkan daerah siku mendekati lengan atas
ii. Ekstensi 150⁰ dan luruskan kembali
iii. ROM siku dengan gambar
d. Lengan bawah
i. Supinasi 70-90⁰ menggerakkan tangan dengan telapak tangan diatas
ii. Pronasi 70-90⁰ menggerakkan tangan dengan telapak tangan dibawah
iii. ROM lengan bawah dengan gambar
e. Pergelangan tangan
i. Fleksi 80-90⁰ menggerakkan pergelangan tangan kearah bawah
ii. Ekstensi 80-90⁰ menggerakkan tangan kembali lurus
iii. Hiperekstensi 89-90⁰ menggerakkan tangan kearah atas
iv. ROM pergelangan tangan dengan gambar
f. Jari-jari tangan
i. Fleksi 90⁰ tangan menggenggam
ii. Ekstensi 90⁰ membuka genggaman
iii. Hiperekstensi 30-60⁰ menggerakkan jari-jari kearah atas
iv. Abduksi 30⁰ meregangkan jari-jari tangan
v. Adduksi 30⁰ merapatkan kembali jari-jari tangan
vi. Ibu jari
vii. Fleksi 90⁰ menggenggam
viii. Ekstensi 90⁰ membuka genggaman
ix. Abduksi 30⁰ menjauhkan/meregangkan ibu jari
x. Adduksi 30⁰ mendekatkan kembali ibu jari
xi. Oposisi mendekatkan ibu jari ke telapak tangan
g. Pinggul
i. Fleksi 90-120⁰ menggerakkan tungkai keatas
ii. Ekstensi 90-120⁰ meluruskan tungkai
iii. Hiperekstensi 30-50⁰ menggerakkan tungkai kebelakang
iv. Abduksi 30-50⁰ menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh
v. Adduksi 30-50⁰ merapatkan tungkai kembali mendekat ke tubuh
vi. Rotasi internal 90⁰ memutar tungkai kearah dalam
vii. Rotasi eksternal 90⁰ memutar tungkai kearah luar
viii. ROM pinggul dengan gambar
h. Lutut
i. Fleksi 120-130⁰ menggerakkan lutut kearah belakang
ii. Ekstensi 120-130⁰ menggerakkan lutut kembali keposisi semula lurus
iii. ROM lutut dengan gambar
i. Mata kaki
i. Dorso fleksi 20-30⁰ menggerakkan telapak kaki kearah atas
ii. Plantar fleksi 20-30⁰ menggerakkan telapak kaki kearah bawah
iii. ROM mata kaki dengan gambar
j. Kaki
i. Inversi/supinasi 10⁰ memutar/mengarahkan telapak kaki kearah samping dalam
ii. Eversi/Pronasi 10⁰ memutar/mengarahkan telapak kaki kearah samping luar
iii. ROM kaki dengan gambar
k. Jari-jari kaki
i. Fleksi 30-60⁰ menekuk jari-jari kaki kearah bawah
ii. Ekstensi 30-60⁰ meluruskan kembali jari-jari kaki
iii. Abduksi 15⁰ mereganggkan jari-jari kaki
iv. Adduksi 15⁰ merapatkan kembali jari-jari kaki
v. ROM jari-jari kaki dengan gambar
i. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan
pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak meungkin
bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Sebelum dokter
mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai
pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan
penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi
maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani
operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemrikasaan
laboratorium terutama pemeriksaan Pemeriksaan penunjang yang dimaksud antara lain :
1. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang
(daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan) ,
MRI (Magnetic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi,
CIL (Colon in Loop), EKGECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro
Enchephalo Grafi), dll.
2. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka leukosit,
limfosit, LED (laju endap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin),
elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga
dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.
3. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk
memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk
memastikan apakah ada tumor ganasjinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD). Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui
apakah kadar gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya
dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi)
dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post prandial).
Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal - hal yang
terkait dengan persiapan operasi, antara lain :
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi / kondisi kamar operasi dan petugas
kamar operasi.
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur ( pre, intra, post operasi )
Pengetahuan tentang latihan - latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus
dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll. Persiapan
mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan
keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui
dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah
sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya
sudah dilakukan beberapa hari / minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental pasien
menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga / orang terdekat
pasien.Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran
dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu
mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-
kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani
operasi.
Peranan tenaga kesehatan dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan
berbagai cara:
1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum
operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan
dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.
2. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien mejadi
lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki
pasien mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami
pasien.
3. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi sesuai
dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika
pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan,
manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan
dari pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang
lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan mempersiapkan
mental pasien dengan baik
4. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala
prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa
bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.
5. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena
pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
6. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium dan
diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur
sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
7. Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas
kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih
tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn
untuk mengantar pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk
menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.
7. Persiapan administrasi
Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib bertanggung jawab membaca
dan mendatangani surat izin operasi. Selain itu persiapkan segala surat, dokumen, dan data
yang dibutuhkan untuk perihal administrasi yang akan kita urus di RS, dan informasikan
semua data ini secara detil kepada anggota keluarga terdekat (suami/istri, orangtua, adik atau
kakak). Jika kita menggunakan asuransi dari kantor, jelaskan kepada anggota keluarga
bagaimana prosedur pengurusan dan formulir apa saja yang butuh diisi, difotokopi dan
disiapkan. Sama halnya jika menggunakan BPJS ataupun cara pembiayaan yang lain. Satukan
semua berkas formulir dan fotokopi dokumen dalam satu map khusus. Ketika kita sudah mau
masuk ruang operasi sampai nanti pasca operasi, sudah tentu semua dokumen administrasi
otomatis menjadi urusan keluarga dekat. Dengan penjelasan sejak awal akan membuat
prosedur administrasi lebih efektif dan meminimalisir kebingungan keluarga.
E. PERSIAPAN DAN PERAWATAN POST OPERASI
Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien keruang pemulihan
dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik ataudirumah. Setelah
pembedahan, perawatan klien dapat menjadi kompleks akibatfisiologis yang mungkin terjadi.
Untuk mengkaji kondisi pasca atau post operasiini, perawat mengandalkan informasi yang
berasal dari hasil pengkajian keperawatan preoperative. Pengetahuan yang dimiliki klien
tentang prosedur pembedahan dan hal - hal yang terjadi selama pembedahan
berlangsung.Informasi ini membantu perawat mendeteksi adanya perubahan. Tindakan pasca
operasi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan
berkelanjutan setelah fase pasca operasi. Untuk klien yang menjalani bedah sehari, pemulihan
normalnya terjadi dalam 1 sampai 2 jam dan penyembuhan dilakukan di rumah. Untuk klien
yang dirawat di rumah sakit pemulihan terjadi selama beberapa jam dan penyembuhan
berlangsung selama 1hari atau lebih tergantung pada luasnya pembedahan dan respon klien.
Setelah tindakan pembedahan (pra oprasi), beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya adalah
status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi dan perubahan tanda vital yang lain,
keseimbangan elektrolit, kardiovaskular, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta
alat-alat yang digunakan dalam pembedahan. Selama periode ini proses asuhan diarahkan
pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan
nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu
pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Sumber: https://www.alodokter.com/operasi-angkat-kandung-empedu-dengan-laparoskopi-ini-
yang-harus-anda-ketahui
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah yang
kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat
dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau
membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan postoperasi sama pentingnya
dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
A. Faktor yang Berpengaruh Postoperasi
o Mempertahankan jalan nafas
Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan mayo/gudel.
o Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas
melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul.
o Mempertahakan sirkulasi darah
Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian caiaran plasma
ekspander.
o Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien,
seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi
akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu
drainase sangat penting untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi
perdarahan yang dialami pasien.
o Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien. Cairan harus
balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan
atau justru kelebihan cairan yang justru menjadi beban bagi jantung dan juga
mungkin terkait dengan fungsi eleminasi pasien.
o Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko
besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang
side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi
keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medi terkait dengan agen pemblok
nyerinya.
B. Tindakan:
1. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan
manajemen luka. Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak
mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi
lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan
jahitan. Kemudian memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin C.
Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen dan mempertahankan
integritas dinding kapiler.
2. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik napas yang
dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik dan hembuskan. Atau,
dapat pula dilakukan dengan menarik napas melalui hidung dan menggunakan
diafragma, kemudian napas dikeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut yang
dikuncupkan.
3. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko tromboflebitis
atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada
tempat duduk guna untuk memperlancar vena.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan cairan
sesuai kebutuhan pasien, monitor input dan output , serta mempertahankan nutrisi
yang cukup.
5. Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output, serta
mencegah terjadinya retensi urine.
6. Mobilisasi dini, dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang
penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret
dan lendir. Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot sebelum
ambulatori.
7. Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara terapeutik.
8. Rehabilitasi, diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali.
Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk
memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
9. Discharge Planning. Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi
kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.
9. Frekuensi.
10. Kualitas.
11. Faktor yang memperberat / memperingan.
B. Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur
pembedahan dan pengobatan, body image dan pola / gaya hidup. Juga tanda fisik yang
menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta
ekspresi wajah.
C. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat medis, dan
manifestasi klinik post operasi.
Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :
1. Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.
2. Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan
insufisisensi ginjal.
A. KESIMPULAN
Pre operasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai prebedah
(preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi). Pre operasi merupakan
masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan
berakhir sampai pasien di meja bedah. Intrabedah merupakan masa pembedahan yang
dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang
pemulihan. Pra oprasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak
pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Tingkat
keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling
ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi,
perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Tindakan prebedah, bedah, dan pasca bedah yang dilakukan secara tepat dan
berkesinambungan akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan
kesembuhan pasien.
B. Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan peran tenaga
kesehatan yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan penuh tanggung
jawab, dan selalu mengembangkan ilmunya.
DAFTAR PUSTAKA
Maryunani, Anik. 2011. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK). Jakarta: CV
Trans Info Media
http://fani-fawuz.blogspot.com/2014/02/makalah-asuhan-pada-pasien-pre-intra.html
http://theurbanmama.com/articles/5-hal-yang-perlu-dipersiapkan-sebelum-operasi-elektif-
M20914.html
https://desafir.wordpress.com/2013/05/17/persiapan-pre-operasi-perawatan-post-operasi/