Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PROJEK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA SMA MELALUI TEKNIK


PERMAINAN DOWN IN STAIRS VACABULARY

Tugas ini diajukan untuk memenuhi mata kuliah: Production Écrit Intermédiaire

OLEH:

Pebrini Ginting (2182131007)

Keren Luber Br Sembiring (2182131017)

Viviani Lusi Sehati Natalia Sianipar (2182131009)

Taka yona Milly Love Tampubolon (2183331005)

DEPARTEMENT DE LANGUE ÉTRANGERES

DE LA SETION FRANÇAISE

FACULTÉ DES LETTRES ET DES ARTS

UNIVERSITE DE L’ETAT DE MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat
berupa kemudahan dan kelancaran, serta petunjuk-Nya yang di berikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Projek ini. Dan penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada kedua orang tua yang selalu ikut peran yakni yang selalu memberikan dukungan materi
dan moril dalam membantu untuk kelancaran dan kemudahan dalam menuntut ilmu .

Melalui Projek ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampuh
mata kuliah “ Production Écrit Intermédiaire ” yaitu Monsieur Dr. Balduin Pakpahan, M.Hum
yang turut membantu terselesainya review jurnal ini. Penulis berterima kasih kepada beberapa
pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini. Hingga tersusun makalah
yang sampai dihadapan pembaca pada saat ini.

Kami juga menyadari bahwa tugas projek yang kami tulis ini masih banyak kekurangan.
Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran atau kritik yang
membangun demi tercapainya review jurnal yang lebih baik. Untuk itu semoga riview yang
penulis buat ini dapat menjadi dasar dan acuan agar kita menjadi lebih kreatif lagi dalam
membuat suatu laporan atau rekayasa ide.

Medan, 29 November 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosakata adalah himpunan kata yang dimiliki oleh seseorang atau entitas lain, atau
merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Kosakata seseorang didefinisikan sebagai
himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata-kata yang
kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru. Kekayaan
kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari intelejensia atau tingkat
pendidikannya. Karenanya banyak ujian standar, seperti SAT, yang memberikan pertanyaan
yang menguji kosakata. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran dengan baik,
sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan mengenal kosa kata sebagai suatu yang
menyenangkan. Suasana belajar harus dicipkatakan melalui kegiatan yang menyenangkan.
Suasana belajar harus dapat dicipkatan melalui kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran
mengenal kosa kata. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang terkadang merasa bosan jika
belajar terus menerus. Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif dan
sosial anak. Mengenal kosakata merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan
dalam pelajaran bahasa Perancia di Sekolah Menengah Atas.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk memperkaya kosakata oleh guru khususnya


dalam kegiatan. belajar mengajar seperti dikemukakan Tarigan, (1994:14) adalah sebagai berikut
:

1. Memperkenalkan sinonim kata-kata, anonim kata-kata paraprase, kata-kata berdasar


sama.

2. Memperkenalkan imbuhan yang mencakup awalan, sisipan dan akhiran.

3. Mengira-ngira atau merekan makna kata-kata dari kontek kalimat.

4. Kalau perlu menjelaskan arti kata abstrak dengan menggunakan bahasa daerah atau
bahasa ibu pelajar.

5. Membantu pelajar untuk memahami makna struktur-struktur kata, kalimat dan


sebagainya dengan cara-cara yang telah dekemukakan diatas disertai latihan
seperlunya.

6. Membantu keterpahaman kosakata serapan, kosakata umum dalam berbagai hal.


7. Melatih menguasai kosakata dalam berbagai kegiatan berbahasa secara
berkesinambungan dengan menggunakan setiap kesalahan siswa sebagai umpan balik
untuk perbaikan selanjutnya.

Pembelajaran Bahasa Perancis diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta


didik dalam mengenal kosakata dalam bahasa Perancis. Standar kompetensi yang dimaksud
yaitu, peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan,
dan minatnya serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan.

Siswa yang kurang mampu memgenal kosakata dengan baik akan mengalami
kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Siswa akan
mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai
buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain.
Akibatnya, kemajuan belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang
tidak mengalami kesulitan dalam membaca.

Kenyataan di lapangan, khususnya di SMA X masih terdapat siswa yang kemampuan


mengenal kosakatanya kurang. Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa dalam kemampuan
menulis dan mengarang hanya mencapai 6,7, sedangkan KKM pelajaran bahasa Perancis di
SMA X sebesar 75 . Faktor penyebab dari kemampuan menulis siswa masih kurang, diantaranya
kemampuan dalam mengingat kosakata kurang, pelafalan, dan dan penulisan dalam Bahasa
Perancis belum tepat. Selain itu faktor penyebab lain diantaranya minat belajar siswa kurang,
bimbingan dari keluarga masih kurang, motivasi yang diberikan kepada siswa baik dari guru
maupun keluarga masih kurang, serta teknik pembelajaran yang digunakan secara konvensional.

Untuk mengoptimalkan pembelajaran menulis permulaan di SMA X salah satu


alternatif yang dapat dilakukan ialah melalui permainan bahasa. Menurut Seto Mulyadi
(2006:71) yang dimaksud dengan “Bermain dalam konteks pembelajaran tidak sekedar bermain-
main. Namun, bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kemampuan
emosional, fisik, sosial dan nalar siswa”. Melalui interkasinya dengan permainan, seorang anak
belajar meningkatkan toleransi mereka terhadap kondisi yang secara potensial dapat
menimbulkan frustrasi. Kegagalan membuat rangkaian sejumlah obyek atau mengkonstruksi
suatu bentuk tertentu dapat menyebabkan anak mengalamai frustrasi. Dengan mendampingi anak
pada saat bermain, pendidik dapat melatih anak untuk belajar bersabar, mengendalikan diri dan
tidak cepat putus asa dalam mengkonstruksi sesuatu. Bimbingan yang baik bagi anak
mengarahkan anak untuk dapat mengendalikan dirinya kelak di kemudian hari untuk tidak cepat
frustrasi dalam menghadapi permasalahan kelak di kemudian hari.

Secara fisik, bermain memberikan peluang bagi anak untuk mengembangkan


kemampuan motoriknya. Permaian seperti dalam olahraga mengembangkan kelenturan, kekuatan
serta ketahanan otot pada anak. Permaian dengan kata-kata merupakan suatu kegiatan melatih
otot organ bicara dan tangan sehingga kelak pengucapan kata-kata menjadi lebih baik. Diaz, A.
(1992:142) mengemukakan pula bahwa dalam bermain, anak juga belajar berinteraksi secara
sosial, berlatih untuk saling berbagi dengan orang lain, menignkatkan tolerasi sosial, dan belajar
berperan aktif untuk memberikan kontribusi sosial bagi kelompoknya.

Melalui bermain, anak juga berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan


nalarnya, karena melalui permainan serta alat-alat permainan anak-anak belajar mengerti dan
memahami suatu gejala tertentu. Kegiatan ini sendiri merupakan suatu proses dinamis di mana
seorang anak memperoleh informasi dan pengetahuan yang kelak dijadikan landasar dasar
pengetahuannya dalam proses belajar berikutnya di kemudian hari.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan judul : “Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Di Sma X Melalui Teknik Permainan
Down In Stairs Vocabulary”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas muncul masalah yang menarik untuk diuraikan yaitu :

1. Apakah dengan menggunakan teknik permainan Stairs Vocabulary di kelas bahasa Perancis
akan dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa SMA X?

2. Apakah teknik permainan Stairs Vocabulary efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis
siswa kelas Bahasa perancis pada SMA X?

3. Apakah dengan mengimplementasikan teknik permainan Stairs Vocabulary di kelas Bahasa


Perancis akan mampu meningkatkan kemampuan menulis dan mengenal kosakata lebih banyak
pada siswa?

1.3 Tujuan

Dari uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :

1. Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan teknik permainan Stairs Vocabulary di kelas
bahasa Perancis akan dapat meningkatkan pengetahuan siswa mengenai kosakata dalam bahasa
Perancis ?

2. Untuk mengetahui apakah teknik permainan Stairs Vocabulary merupakan media yang efektif
dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa ?
3. Untuk mengetahui apakah dengan mengimplementasikan teknik permainan Stairs Vocabulary
di kelas akan mampu memperbaiki masalah kemampuan menulis siswa Bahasa Perancis pada
SMA X?

1.4 Manfaat

Dari tujuan diatas maka diperoleh manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui jenis permainan Stairs Vocabulary

2. Meningkatkan kemampuan menulis dan mengenal kata pada siswa Bahasa Perancis.

3. Melengkapi tugas rekayasa ide mata kuliah Strategi Belajar Mengajar.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. KAJIAN TEORI

2.1.1 BAHASA

Menurut Keraf (1993:2) bahasa merupakan suatu sistim komunikasi yang


mempergunakan simbol-simbol (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer,yang dapat diperkuat
dengan gerak gerik badaniah yang nyata yang berfungsisebagai alat komunikasi, alat untuk
mengadakan integrasidan adaptasisosial,alat untuk mengadakan kontrol sosial dan juga untuk
menyatakan ekspresidiri.Bahasa menurut Chaer (2003:30) adalah suatu lambang bunyi
yangarbitrer yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untukberinteraksi dan
mengidentifikasikan diri. Bahasa bukan satu sistem tunggalmelainkan dibangun oleh sejumlah
subsistem (sub sistem fonologi, sintaksisdan leksikon).Komponen yang harus diperhatikan
dalam mempelajari bahasa ada 5 yaitu:

1. Phonique/Bunyi

Menurut Chaer (2003:30) sistem lambang bunyi adalah bunyi bahasa yang dilahirkan
oleh alat ucap manusia. Sama seperti sistem lambang lain, sistem lambang bunyi juga bersifat
arbitrer artinya antara lambang yangberupa bunyi itu tidak memiliki hubungan wajib dengan
konsep yang dilambangkannya. Bunyi menurut keraf (1993:2) merupakan getaran yang
merangsang alat pendengar kita (yang diserap panca indera kita). Alvares et Perron (1995 :90-
91) mengatakan L’anglophone qui prononce en français «continiu», au lieu de «continu», car il
ne possède pas dans sa langue maternelle le phonème /y/. Orang Inggris mengucapkan verba
continue dalam bahasa Prancis «continiu», daripada «continu» karena dia tidak menguasainya
dalam bahasa asalnya fonem /y/.

2. Grammaticale/ Tata bahasa

Menurut Kridalaksana (dalam Nurgiyantoro, 1995:198) struktur atau struktur tata bahasa
mempunyai pengertian yang sama dengan gramatikal, yaitu sebagai subsistem dalam organisasi
bahasa di mana satuan-satuan bermakna bergabung untuk membentuk satuan-satuan yang lebih
besar.Alvares et Perron (1995 :90-91) mengatakan L’anglophone qui dit en français «je lui à
lui», au lieu de «je lui parle» ou «c’est à lui que je parle», par influence de sa construction en
langue maternelle : «I talk to him» Orang Inggris mengatakan dalam bahasa Prancis «je parle à
lui», daripada mengatakan «je lui parle» atau «c’est à lui que je parle» dipengaruhi dari susunan
kata dalam bahasa asal «I talk to him».

3. Kinésique/Kinesik

Alvares et Perron (1995:54) mengatakan:

« Les gestes, dont l’étude constitue la Kinésique, peuvent être complémentaires


(obligatoires et nécessaires), redondants ou subtitutifs de la parole. L’etude de la gestualié du
groupe étranger est indispensable pour l’enseignement des langues, notamment dans lescas de ‹‹
faux amis gestuels›› : un même geste ou un même mouvement d’une partie du corps signifie une
chose differente d’une culture à l’autre (le mouvemente la tête pour ‹‹ oui›› et ‹‹non›› n’est pas le
même geste de la main).

Gerakan-gerakan yang mempelajari kesatuan kinesik atau gerak, bisa sebagai pelengkap
(keharusan dan subtitusi) pengulanganpengulangan atau penggantian dari perkataan.
Mempelajari gerakan atau isyarat dari kelompok asing betul-betul dibutuhkan dalam
pembelajaran bahasa terutama dalam hal-hal kesalahan gerakan atau gerakan yang sama dari
bagian anggota tubuh menandakan sesuatu yang berbeda dari satu kebudayaan dengan
kebudayaan yang lain contohnya gerakan kepala untuk ‹‹iya›› dan ‹‹tidak›› tidak sama dengan
gerakan tangan.

Alvares et Perron (1995 :90-91) juga menambahkan L’individu fait un geste de sa culture
maternelle, comme «montrer du doigt», alors que ce geste est interdit dans l’autre culture.
Seseorang melakukan gerakan sesuai dengan kebudayaan asalnya, seperti «montrer du doigt»,
sedangkan gerakan itu dapat diartikan berbeda oleh kebudayaan lain.

4. Sosioculturelle/Sosial Budaya

Aspek sosial budaya adalah aspek yang penting dalam mempelajari bahasa karena
masing-masing negara mempunyai sosial budaya yang berbeda satu sama lain. Alvares et Perron
(1995:90-91) memberikan contoh perbedaan sosial budaya antara dua negara sebagai berikut ini :

Le francophone dit «good appetite», en s’asseyant à table, alors que dans la culture
anglaise on n’a pas l’habitude de dire quoi que ce soit à ce moment-là. Orang Prancis
mengatakan «good appetite», ketika duduk di meja makan, sedangkan dalam kebudayaan Inggris
kita tidak membiasakan berkata seperti itu pada saat itu.

5. Lexicale/Kosakata

Menurut Grevisse (1988:192) le vocabulaire est l’ensemble des mots utilisés dans une
réalisation orale ou écrite, kosakata adalah keseluruhan kata yang digunakan dalam kegiatan
lisan maupun tulisan. Sementara itu, menurut Notosudirjo (1991:42) kosakata adalah daftar kata
atau kekayaan/perbendaharaan kata pada seseorang atau pada suatu bahasa.

Menurut pendapat Cuq dan Gruca (2002:149) menyatakan bahwa: ”Quand on parle,
quand on écrit, l’auditoire ou les lecteurs évaluent notre production. Quand on lit ou quand on
écoute, on évalue la production des autres. Accent, débit, particularités de la syntaxe et du
vocabulaire. Ketika kita berbicara dan menulis, pendengar atau juga pembaca berusaha untuk
memahami dan menilai produksi bahasa kita. Ketika kita membaca atau mendengar, kita
berusaha memahami dan menilai produksi bahasa pihak lain. Kesemuanya itu berupa tekanan,
cara pembawaan dan khususnya tata bahasa dan kosakata.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keterampilan berbahasa membutuhkan penguasaan


kosakata yang memadai. Kualitas keterampilan berbahasa seseorang, jelas bergantung pada
kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya (Tarigan, 1993 : 2). Semakin banyak kosakata
yang dimiliki seseorang, semakin banyak pula kemungkinan bentuk keterampilan berbahasa
yang digunakannya. Komunikasi tidak akan berjalan lancar apabila penyampaian ide atau
gagasannya tidak menggunakan kosakata yang memadai. Banyaknya kata yang diperoleh dan
dikuasai oleh seseoarang dapat menunjukan seberapa baik kemampuan berbicaranya. Disamping
itu, banyaknya kosakata yang dikuasai dapat juga menunjukan adanya kemampuan yang tinggi
untuk memilih kata yang tepat untuk mengeluarkan gagasannya.

2.2.2 Tujuan Siswa Sekolah Menengah Atas Meningkatkan Kosa Kata

Dengan menguasai kosakata yang memadai dan pelatihan yang cukup diharapkan dapat
mencapai hal berikut: Meningkatkan kemampuan para siswa agar dapat memperluas 4
keterampilan dasar dalam bahasa Perancis yaitu mendengarkan (Compréhension Orale),
keterampilan berbicara (Expression Orale), keterampilan membaca (Compréhension Ecrite), dan
keterampilan menulis (Expression Ecrite), meningkatkan taraf perkembangan konseptual para
siswa mengenai kosa kata, serta mempertajam proses berpikir dengan memperluas
pengetahuannya tentang kosa kata.

2.2.3 Teknik Pemerolehan Kosa Kata

Dalam penelitian kelompok kami kali ini, kami akan memasukan satu metode permainan
yang berdasarkan ide kami yang akan kami kembangkan guna untuk membantu para siswa lebih
mudah memahami dan meingingat setiap kosa kata yang telah dipelajari. Sebelumnya masuk ke
metode permainan yang akan kami bahas, ada baiknya kita mengetahui bagaimana para siswa
dapat dengan mudah memperoleh kosa kata selain harus menghapalnya :

1. Mendengarkan
Mereka mendengarkan kata-kata yang berasal dari orang tua, teman sepermainan, teman
sekolah, TV dan lain-lain. Menurut Nurgiyantoro (1995:230) kegiatan berbagasa yang berupa
memahami bahasa yang dihasilkan orang lain melalui sarana lisan (dan atau pendengaran)
merupakan kegiatan yang paling pertama yang dilakukan manusia. Bayi manusia yang belum
mampu menghasilkan bahasa, sudah akan terlihat dalam kegiatan mendengarkan dan usaha
memahami bahasa orang-orang sekitarnya. Dalam belajar bahasa (asing)pun kegiatan pertama
yang dilakukan pelajar adalah menyimak bunyi-bunyi bahasa yang dipelajari, baik yang berupa
ucapan langsung maupun melalui sarana rekaman.

2. Membaca

Membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui
sarana tulisan (Nurgiyantoro, 1995:244). Menurut Tarigan (1993:61) kian terampil seseorang
membaca, maka kian paham pula dia memanfaatkan konteks, dan selanjutnya kian kaya pula
kosakatanya. Maka jika seseorang mempunyai keinginan untuk menguasai kosakata yang luas,
jalan yang ditempuh adalah bahwa ia harus memulai aktivitas membaca. Menurut Haryadi
(2006:23) membaca merupakan suatu proses, yaitu proses mengenal dan menafsirkan huruf,
suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat atau wacana yang terdapat pada bacaan.

Berdasarkan dua cara mudah diatas yaitu membaca dan mendengar. Lalu kami
menyimpulkan sebuah metode permainan yang selain dalam proses belajar mengajar dapat
membuat antusisme peserta didik karena ada kata “Main”. Maka sangat diperlukan games dalam
metode pembelajaran, karena dengan ketika bermain sambil belajar peserta didik akan lebih
fokus tanpa harus tertekan dengan beban bahan perlajaran yang sedang berlangsung.

2.2.4 Langkah-Langkah Permainan dalam Metode Permainan “ Down Stair in


Vocabulary”

Upaya meningkatkan kosa kata bahasa Perancis peserta didik melalui metode permainan
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yang pada initinya adalah dalam permainan tersebut
terdapat sisi edukatif yang mengenalkan peserta didik untuk mengetahui kemampuan sejauh
mana pengetahuannya tentang kosa kata, berikut langkah-langkah metode permainan Down Stair
in Vocabulary yaitu:

a) Kegiatan Persiapan

Tahap persiapan yaitu guru menyiapkan instrumen yang diperlukan. Ada dua instrumen
pembelajaran yang harus dipersiapkan oleh guru yakni instrumen penilaian dan instrumen
permainan. Instrumen penilaian yakni lembar penilaian berisi indikator yang dingin dicapai
melalui permainan ini. sedangkan instrumen permainan yakni sarana dan prasarana yang harus
dipersiapkan oleh guru untuk permainan yang meliputi: (a) media pembelajaran berupa White
Board maupun Papan Tulis (b) kapur ataupun spidol untuk menulis (c) pin yang dihiasi pita
untuk dijadikan sebagai reward (hadiah).

b) Kegiatan Pra-Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran bahasa Perancis


menggunakan metode permainan ini, adapun langkah-langkah dalam permainan tersebut yakni:

 Guru sebagai pihak penyelenggara permainan ini harus membagi peserta didik ke dalam
dua kelompok. Misalnya satu kelas ada 20 peserta didik, maka satu kelompoknya 10
peserta didik.

 Selanjutnya guru memberikan tiap kelompok untuk berdiskusi apa nama kelompoknya.

 Setelah itu, guru dan peserta didik mendiskusikan apa hukuman bagi kelompok yang
kalah. Misalnya, bagi kelompok yang kalah harus membuat daftar kosa kata dan
membaginya dalam kata kerja, kata benda, kata sifat, dan seterusnya.

 Sistem permainan satu peserta didik berhak mendapatkan 2 kali kesempatan menulis kosa
kata di papan tulis. Jika satu peserta didik gagal sebanyak 2 kali dia akan dikeluarkan dari
kelompoknya dan akan mendapat sanksi pribadi. Misalnya, memperkenalkan diri serta
kebiasaannya sehari-hari setelah permainan usai.

c) Kegiatan Pelaksanaan (Cara Bermain)

Setelah melakukan kegiatan pra pelaksanaan seperti yang tertera diatas. Guru akan menjelaskan
bagaimana kegiataan bermain akan dilaksanakan, yaitu seperti berikut :

 Cara bermain permainan ini sangat sederhana namun diperlukan perhatian tinggi peserta
didik untuk dapat melanjutkan kosa kata yang pertama kali dibuat oleh guru.

 Seperti ilustrasi pada gambar papan tulis di (a). misalkan itu papan tulisa kosong, hal
pertama yang dilakukan guru adalah menuliskan kata pertama misalnya VIS untuk group
1 lalu VITE untuk group 2.

 Lalu tugas peserta didik adalah menyambung kosa kata dari huruf terakhir. Seperti pada
ilustrasi group 1 mendapat huruf s yang terakhir dari kosa kata VIS. Peserta didik disini
diharuskan mencari kosa kata yang berawalan S misalnya SALE, begitu seterusnya.
Berarti peserta selanjutnya dri group 1 mencari kosa kata dari huruf e. begitu selanjutnya
sampai membentuk tangga berbentuk zigzag kebawah.

 4. Sesuai perjanjian awal setiap peserta hanya mendapatkan kesempatan dua kali. Jika
peserta tidak bisa menulis kosa kata sebanyak dua kali ksemapatan dia akan dikeluarkan
dari group. Dan setiap peserta yang berhasil menjawab akan mundur ke belakang barisan
begitu seterusnya.
 5. Durasi yang disediakan untuk bermain permainan ini max. 5 menit.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan untuk melihat
bagaimana peningkatan vocabulaire siswa. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 11
Medan. Sekolah ini peniliti pilih karena merupakan salah satu sekolah yang mengajarkan bahasa
asing, salah satunya bahasa Prancis. Penelitian ini akan dilaksanakan selama sebulan dimana
dilaksanakan selama sekali seminggu.

3.2 Tehnik Pengumpulan Data

Peneliti akan bekerjasama dengan guru dan siswa yang belajar bahasa Prancis selama 1
tahun. Tehnik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan studi mengenai vocabulaire yang
dilakukan setiap pertemuan.

3.3 Indikator Pencapaian

Setelah melakukan tahapan penelitian, diharapkan para siswa yang terlibat mampu memenuhi
indikator capaian sebagai berikut :

 Siswa mampu memiliki vocabulaire bahasa Prancis yang banyak dan bervariasi agar
siswa semakin mudah dalam menguasai keterampilan berbahasa Prancis antara lain,
menyimak (Compréhension Orale), membaca (Compréhension Écrite), menulis
(Expréssion Ecrite), dan berbicara(Expréssion Orale).

 Siswa mampu mengembangkan sikap dan bekerjasama dalam sebuah tim atau kelompok.

 Siswa mampu berpikir secara cepat, aktif dan kreatif.

 Siswa lebih mudah dalam memecahkan masalah yang dipelajari, karena melibatkan
pikiran dua atau banyak orang dan Mampu merencakan dan mengelola waktu.

3.4 Analisis Data

Data akan dianalisis secara deskriptif.

3.5 Penyimpulan Hasil Penelitian

Peneliti akan menarik kesimpulan apakah menggunakan strategi belajar dengan permainan
Tangga Kata akan mampu meningkatkan pengetahuan vocabulaire siswa. Selain itu tehnik
permainan Tangga Kata juga dapat meninglatkan kekompakan siswa dalam menyesaikan suatu
tugas dengan kompak, cepat, a ktif dan kreatif.

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Metode pembelajaran pada pembelajaran yang dilakukan saat ini sudah semakin banyak
yang telah dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan sumber daya manusia dari masa ke
masa. Begitu banyak metode yang ada dalam pembelajaran saat ini, diantaranya metode
pemberian tugas dan metode permainan. Metode pemberian tugas adalah suatu metode
pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Pada
metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan
petunjuk guru secara langsung.

Sedangkan metode permainan adalah metode mengajar dimana cara penyajian materi
dengan permainan. Guru dituntut untuk kreatif dalam menyampaikan materi melalui suatu
permainan. Sehingga dengan permainan tanpa disadari oleh anak/ peserta didik bahwa mereka
telah disuguhi pelajaran matematika. Jadi guru dapat memilih metode mana yang sesuai dengan
materi yang akan disampaikan. Sehinnga tujuan umum dari pendidikan dapat tercapai.

3.2 Saran

Jangan cepat puas dengan apa yang kita telah lakukan. Akan tetapi, kita harus Selalu bersyukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan kenikmatan yang telah diberikan kepada umatnya

Anda mungkin juga menyukai