Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

FARMAKOTERAPI TERAPAN

Addison’s Disease

Dosen Pengampu: Yance Anas, M.Sc., Apt

Disusun oleh:
Askenirma S. Panemba 155020006

Risma Putri Fauziah 155020010

Gharsina Ghaisani Yumni 155020011

Oviana Erwinda 155020021

Martin Januar Setyo Prabowo 155020024

Siti Nurikha 155020028

Ria Febriani Datu Adam 155020034

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Addison (Addison disease) adalah kelainan yang disebabkan oleh
ketidakmampuan korteks adrenalis memproduksi hormon kortisol dan aldosteron.
Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh insufisiensi adrenal primer seperti autoimun,
infeksi dan tumor adrenal atau insufisiensi adrenal sekunder karena tumor atau infeksi,
kurangnya aliran darah ke kelenjar hipofisis, radiasi kelnjar hipofisis, atau pengangkatan
bagian hipotalamus atau kelenjar hipofisis.
Penyakit Addison pertama kali dipaparkan oleh Dr. Thomas Addison dari inggris
pada tahun 1855 yang ditandai dengan berat badan yang turun, kelemahan otot, kelelahan,
kulit yang gelap atau hiperpegmentasi.

B. Etiologi
Ketidakmampuan memproduksi hormon kortisol adekuat disebut juga insufiensi
adrenal terjadi karena berbagai hal. Keadaan tersebut disebabkan oleh gangguan di
kelenjar itu sendiri (insufisiensi adrenal primer) atau gangguan sekresi hormon ACTH
oleh kelenjar hipofisis (insufisiensi adrenal sekunder).Insufisiensi adrenal dibagi menjadi
3 tipe, tergantung dari dimana terjadinya masalah pada kelenjar hipothalamik pituitary-
adrenal dan seberapa cepat turunnya hormon hormon tersebut.
1. Chronic primary adrenal insufisiency ( Addison disease )
Sebagian besar penyakit Addison disebabkan oleh destruksi korteks adrenal yang
disebabkan oleh sistem imun diri kita sendiri. Penyebab insufiensi adrenal primer
yaitu infeksi kronis, metastasis keganasan, dan pengangkatan kelenjar adrenal.
Insufisiensi adrenal kronis terjadi ketika kelenjar adrenal gagal untuk mengeluarkan
hormon dalam jumlah yang adekuat, untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, walaupun
ACTH keluar dari kelenjar pituitari.

2. Chronic Secondary Adrenal Insuficiency


Bentuk penyakit Addison ini merupakan penanda kurangnya hormon ACTH, yang
dapat disebabkan kurangnya produksi hormon kortison kelenjar adrenal tapi produksi
hormon aldosteron normal. Penyebab lain insufisiensi adrenal sekunder adalah
pengangkatan kelenjar adrenal atau tumor benigna kelenjar adrenal, adanya hormon
ACTH yang diproduksi oleh sel tumor kelenjar hipofisis (sindrome Cushing).

3. Acute Adrenal Insuficiency ( Krisis Addison)


Insufisiensi adrenal akut terjadi bila mana respon adrenal menurun karena sesuatu
sebab atau gangguan pelepasa ACTH akibat kerusakan hipofisis atau terapi
kortikosteroid. Gejala klinis ditentukan oleh keadaan penyakit yang mendasarinya.
Keadaan umum yang buruk, disertai mual, muntah diare dan hipotensi dapat berlanjut
sampai timbul syok dan kematian. Insufisiensi adrenal akut juga dapat terjadi akibat
stres, infeksi ringan.

1
C. Patofisiologi Addison disease
Kekurangan produksi glukokortikoid atau mineralokortikoid pada kelenjar adrenal
mengakibatkan terjadinya insufisiensi adrenalkortikal, yang disebabkan oleh disfungsi
dari korteks adrenal. Jika fungsi pada kedua korteks adrenal 90% maka akan
menghasilkan manifestasi klinis insufisiensi adrenalkortik antara lain destruksi dari
kelenjar seperti terdapat pada kondisi idiopatik dan kondisi invasif dari suatu penyakit.
Hal ini menyebabkan terjadinya kronisitas dari suatu insufisiensi adrenal. Fase awal dari
destruksi pada kelenjar di adrenakortikal adalah terjadi pengurangan dari cadangan
adrenal, meskipun demikian basal sekresi steroid masih normal, sekresi tersebut tidak
meningkat pada respon stres. Defisiensi mineralkortikoid dapat terjadi pada tahap awal
maupun akhir (Price, 2005).
Dengan berkurangnya sekresi dari kortisol, level plasma dari ACTH meningkat akibat
dari penurunan umpan balik negatif yang menginhibisi sekresi ACTH. Sebagai akibatnya
peningktatan level plasma dari ACTH pada awal merupakan kondisi sangat optimal
dalam mengsekresi cadangan dari adrenokortikal.

2
D. Gejala dan Tanda

 Cepat lelah  hipotensi dan hiponatremia


 lemah badan  Hiperkalemia
 Anoreksia  badan panas
 mual-mual dan muntah  nyeri abdomen
 diare  Nyeri pinggang

E. Diagnosis
Seiring penurunan bertahap kadar kortisol akan timbul gejala di antaranya
kelemahan secara umum dan mudah lelah, bagian kulit tertentu menjadi gelap di daerah
kulit yang tidak terpapar sinar matahari seperti ketiak, lipatan tangan, bagian dalam
mulut, dan daerah tekanan seperti siku. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormon yang
mempengaruhi sel pigmen kulit. Gejala lain adalah tekanan darah rendah pada saat berdiri
mengakibatkan pusing, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, mual dan muntah
sepanjang waktu, nyeri abdomen hilang timbul, diare atau konstipasi yang hilang timbul,
kram dan nyeri otot.

F. Pemeriksaan Penunjang
Evaluasi pasien dengan penyakit Addison yang diduga melibatkan diagnosis
insufisiensi adrenal dan kemudian identifikasi defek pada hipotalamus-hipofisis axis.
Penyakit Addison adalah insufisiensi adrenal primer dengan defek pada glandula adrenal.

3
Setelah insufisiensi adrenal diidentifikasi, etiologi dari insufisiensi adrenal harus di
temukan. Awalnya, elektrolit serum harus diperiksa tetapi tingkat kalium normal tidak
menyingkirkan penyakit Addison. Akibat aldosteron tidak ada, inbalance elektrolit seperti
hiponatremia, dengan klorida rendah dan hiperkalemia sering dijumpai. Hiponatremia
adalah yang paling sering terjadi pada 90% pasien. Hyperkalemia ditemukan pada 60-
70% pasien. Hypercalcemia jarang terjadi dan ditemukan pada sekitar 5-10% pasien
(Gardner DG et all 2007).
Tes awal untuk insufisiensi adrenal adalah pengukuran kadar kortisol serum dari
sampel darah yang diperoleh di pagi hari, meskipun beberapa lebih memilih untuk
memeriksa tingkatkortikotropin. Ini merupakan tes skrining sensitif. Karena variasi dalam
tingkat kortisol karena ritme sirkadian, darah harus diambil ketika tingkat tertinggi,
biasanya 6:00-8:00 Pagi. Pada pagi hari kadar kortisol lebih besar dari 19 mcg / dL
(referensi kisaran, 5-25 mcg / dL) dianggap normal, dan tidak ada pemeriksaan lebih
lanjut diperlukan. Nilai kurang dari 3 mcg / dL adalah diagnostik penyakit Addison. Nilai
dalam kisaran 3-19 mcg / dL yang tak tentu, dan pemeriksaan lebih lanjut diperlukan.
Hipotalamus-hipofisis axis dapat dievaluasi dengan menggunakan 3 tes: dengan
rangsangan kortikotropin (Cortrosyn), uji toleransi insulin, dan tes metyrapone. Sintetis
adrenocorticotropin 1-24 dengan dosis 250 mcg bekerja sebagai uji dinamis. Peningkatan
kadar renin dan adrenocorticotropin memverifikasi keberadaan penyakit. Cortrosyn
adalah kortikotropin sintetis, melalui jalur intravena dengan dosis 350 mg. Kadar kortisol
serum diukur dari sampel darah diambil setelah 30 dan 60 menit. Puncak tingkat kortisol
serum lebih dari 18 mcg / dL mengecualikan diagnosis insufisiensi adrenal karena respon
terhadap rangsangan dianggap memadai pada tingkat ini. Kortisol tingkat 13-17 mcg / dL
yang tak tentu.Kadar kortisol kurang dari 13 mcg / dL menunjukkan insufisiensi adrenal.
Tes toleransi insulin adalah sensitif untuk insufisiensi adrenal. Tes ini melibatkan
stres hipoglikemik untuk menginduksi produksi kortisol. Tes memerlukan pemantauan
ketat pasien dan merupakan kontraindikasi pada pasien dengan riwayat kejang atau
penyakit kardiovaskular. Tanggapan kortisol serum diukur puncak setelah tantangan
insulin 0,1-0,15 U / kg. Tingkat kortisol kurang dari 18 mcg / dL dan tingkat glukosa
serum kurang dari 40 mg / dL menunjukkan insufisiensi adrenal.
Tes metyrapone melibatkan gangguan jalur produksi kortisol dengan
menghambat 11 hidroksilase B-, enzim yang mengkonversi 11-deoxycortisol (11-s)
untuk kortisol. Metyrapone (30 mg / kg) disuntikkan intravena pada tengah malam, dan
kortisol dan 11-s tingkat diukur 8 jam sesudahnya. Sebuah respon normal adalah
peningkatan dalam serum 11-s tingkatan untuk lebih dari 7 mg / dL. Tingkat 11-s yang
kurang dari 7 mg / dL adalah diagnostik dari ketidakcukupan adrenal.
Setelah diagnosis insufisiensi adrenal dikonfirmasi, bagian dari defek dalam
hipotalamus-hipofisis axis harus ditentukan dengan menggunakan sampel kortikotropin,
melalui pemeriksaan yang disebut corticotropin provocation testing, atau corticotrophin-
releasing hormone (CRH) provocative test (Gardner DG et all 2007). Tingkat
kortikotropin serum lebih besar dari 100 pg / mL merupakan diagnostik dari insufisiensi
adrenal primer.
Setelah insufisiensi adrenal didiagnosa dan defek pada hipotalamus-hipofisis-
adrenal axis diidentifikasi, penyebab insufisiensi adrenal dapat dievaluasi. Karena
insufisiensi adrenal primer telah menyebabkan banyak, pemeriksaan harus diarahkan
pada temuan klinis.

4
Etiologi penyakit autoimun dan infeksi adalah penyebab dominan 2, sehingga
hasil pemeriksaan untuk antibodi adrenal dan TB harus menjadi bagian dari evaluasi
diagnostik awal. Autoantibodi terhadap 21-hidroksilase dapat dideteksi pada pasien
dengan sindrom polyglandular autoimun. Pasien ini juga mungkin memiliki diabetes
mellitus tipe 1, penyakit tiroid autoimun, gastritis autoimun, penyakit celiac, dan / atau
vitiligo.
Computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI)
menunjukkan berkurangnya glandula adrenal pada pasien dengan kerusakan autoimun
dan pembesaran glandula adrenal pada pasien dengan infeksi. CT memadai menunjukkan
kalsifikasi yang terjadi pada kegagalan adrenal disebabkan oleh tuberkulosis. Kalsifikasi
dapat terlihat dalam fase akut infeksi, tetapi biasanya diakui dalam fase kronis infeksi.
CT dan MRI mengungkapkan perdarahan adrenal. MRI lebih unggul CT dalam
membedakan massa adrenal, tetapi MRI tidak dapat membedakan tumor dari proses
inflamasi.
Temuan histopatologi bervariasi berhubungan dengan mekanisme perusakan.
Kerusakan autoimun ditandai oleh limfositik menyusup. Sel kortikal hidup menunjukkan
peningkatan sitoplasma dan nuklir atypia, yang diyakini hasil dari stimulasi yang
berkepanjangan olehkortikotropin. Noncaseating granuloma ditemukan ketika
kehancuran adrenal adalah hasil dari sarkoidosis atau keganasan.Granuloma kaseosa
terlihat pada pasien dengan TB (Liotta EA et all 2010).

5
BAB II

URAIAN KASUS

Seorang pasien (wanita, usia 40 tahun, berat badan 60 Kg, tinggi badan 166 cm) baru saja
terdiagnosa mengalami Addison Disease, datang ke apotek untuk menebus obat dan
berkonsultasi dengan apoteker untuk mengoptimalkan pengobatan yang akan dijalaninya.
Obat-obatan yang tertulis dalam resep adalah : prednison 2,5 mg 2 kali sehari, fludrokortison
0,05 mg 1 kali sehari, levothyroksine 50 μg 1 kali sehari dan Os-Cal 500+D 1 kali untuk
kebutuhan 7 hari. pasien megatakan kepada anda dia juga mengalami hipotiriod yang telah
dideritanya selama 15 tahun.

Dr. Mansyur Ramli Sp.PD


Spesialis Penyakit Dalam
SIP: 005/DKK/DS.250/11.04/IX/2010
Alamat: Praktek:
Jl. Sisingamangaraja104 Senin s/d Jum’at
Telp.6720439 Jam 16.00-20.00
Semarang
Semarang, 9 Oktober 2015

R/ Prednison 2,5 mg No. XIV


S2 dd 1 tabl. pc
Paraf

R/ Fludrokortison 0,05 mgNo. VII


S 1 dd I tabl pc
Paraf

R/ Levothyroxine 50 μgNo. VII


S 1 dd I tabl
paraf
R/ Os-Cal 500+D No. VII
S 1 dd I Capl pc
paraf

Pro : Ny. Mariam

Umur : 40 th (60 Kg)

Alamat : Jl. Diponegoro No. 12 Semarang

6
Pertanyaan/Tugas Mahasiswa:
1. Lakukanlah wawancara dengan pasien ketika pasien menyerahkan resep !.
Tanyakan penyakit yang didiagnosa dokter, riwayat penyakit yang pernah diderita
pasien dan gejala yang di alami !.(setting : pasien mengalami Addison disease dengan
gejala merasa sangat lelah dan tidak bersemangat (fatigue) berkepanjangan, sering merasa
pusing, mual, kehilangan nafsu makan dan kehilangan berat badannya untuk beberapa
bulan belakangan ini. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa kulit pasien terlihat
menghitam termasuk pada kulit yang tidak terpapar sinar matahari langsung).
Jawaban:
Asisten (Mengulurkan jabat tangan) Selamat pagi bu,saya Irma Asisten Apoteker di Apotek
Apoteker : Wahid Hasyim ini, ada yang bisa saya bantu?
Pasien Selamat pagi mbak, iya ini saya mau menebus resep (sambil menyerahkan resep)
:
Asisten (menerima resep dari pasien dan membaca identitas pasien) Apakah betul ini dengan
Apoteker : ibu Mariam sendiri?
Pasien Iya betul dengan saya sendiri.
:
Asisten Baiklah bu, silahkan tunggu sebentar saya proses resepnya. Sambil menunggu ibu
Apoteker : bisa duduk di ruang tunggu nanti saya panggil.
Pasien Oh oke mbak (duduk di ruang tunggu)
:
Asisten
Maaf Bu Sina ini ada resep atas nama Bu Mariam. Silahkan dicek dulu.
Apoteker :
Apoteker Oh Iya. Ditotal aja dulu. Setelah itu panggil pasiennya ke ruang konsultasi ya..
Asisten Ibu Mariam, total harga obat nya 95500. Bagaimana bu mau ditebus semua atau
Apoteker : sebagian?
Pasien : Oke gak masalah mbak saya tebus semua.
Asisten Oke bu, sambil menunggu resepnya saya proses ada beberapa pertanyaan yang akan
Apoteker : di tanyakan oleh Apoteker kami. Silahkan menuju ruang konsultasi. Mari saya antar.
Di Ruang Konsultasi
Apoteker : Silahkan duduk Ibu Mariam. Mohon maaf sebelumnya apakah saat ibu periksa ke
dokter sudah diberitahu atau diberikan informasi tentang penyakit yang ibu alami?
Pasien Katanya saya menderita penyakit addison mbak, dokter sudah menjelaskan, tapi saya
: tidak mengerti, bahasanya sulit dipahami mbak. Bisa tolong dijelaskan lagi mbak?

Apoteker : Baik bu akan saya bantu untuk menjelaskan kembali kepada ibu. Mohon maaf bu,
sebelum dinyatakan terkena penyakit ini apakah ibu pernah mengalami sakit
menahun?
Pasien Oh iya mbak saya menderita hipotiroid dari 15 tahun yang lalu
:

7
Apoteker : Baik saya mengerti penjelasan ibu. Apakah sebelum memutuskan pergi ke dokter, ada
yang ibu keluhkan/ gejala apa yang ibu alami/ rasakan?
Pasien Saya tu kok cepat capek, trus badanya loyo, kayak gak ada semangat, gitu mbak.
: Sering pusing-pusing, mual, gak nafsu makan, terus BB saya juga akhir-akhir ini
banyak berkurang. Selain itu, kok kulit saya menghitam dilipatan siku sama belakang
telinga.
Apoteker : Penyakit Addison ini pada intinya adalah tubuh kekurangan hormon yang
menyebabkan semua gejala yang ibu alami tersebut dapat terjadi saat ini.

2. Mintalah hasil pemeriksaan laboratorium pasien yang terakhir (Setting data lab.,
TTV : TD 94/70 pada saat duduk, 84/60 pada saat berdiri; Nadi 79 (saat duduk) dan 87
(saat berdiri); RR 22; T 96.8° F. TSH : 4.8 mIU/L, Free T4: 1.3 ng/dL, Cortisol : 1.4
mcg/dL (jam 09.10), dan ACTH : 2,096 pg/mL). Jelaskanlah gambaran penyakit
Addison disease kepada pasien! (patofisiologi, penyebab, gejala dan komplikasi).
Apoteker : Sebelum saya jelaskan lebih lanjut, apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan
laboratorium?
Pasien Sudah mbak
:
Apoteker : Apakah saat ini hasil tersebut ibu bawa? Jika iya, bolehkah saya meminjam hasil
pemeriksaan laboratorium tersebut bu?
Pasien Iya ini hasilnya (menyerahkan kertas hasil pemeriksaan laboratorium).
:
Apoteker : (menerima data lab pasien) Baik, saya baca sebentar nggih bu.

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Keterangan


Berat badan (BMI) 21,77 Kg/m² 18,5-25 Normal
Hasil pemeriksaan TTV
TD (duduk) 94/70 mmHg 120/80 Dibawah normal
TD (berdiri) 84/60 mmHg 120/80 Dibawah normal

Nadi (duduk) 79 x/menit 60-80 Normal

Nadi (berdiri) 87 x/menit 60-80 Normal


RR 22 x/menit 16-20 Diatas normal
T (suhu) 96,8/36 °F/°C 37°C Normal
Pemeriksaan Laboratorium
TSH 4,8 mIU/L 0,5-4,7 Diatas normal
Free T4 1,3 mg/dL 0,8-2,7 Normal
Cortisol (jam 1,4 mcg/mL 5-25 Dibawah normal
09.10)
ACTH 2096 pg/mL 10-80 Diatas normal
Hasil pemeriksaan fisik : kulit pasien terlihat menghitam termasuk pada kulit yang
tidak terpapar sinar matahari langsung.
8
Jelaskanlah gambaran penyakit Addison disease kepada pasien! (patofisiologi,
penyebab, gejala dan komplikasi).
Apoteker : Baik bu, saya sudah membaca hasil pemeriksaan laboratoriumibu
tersebut. Memang terdapat beberapa data yang menunjukkan gejala
dari penyakit yang sedang ibu alami. Sebelumnya saya jelaskan secara
gamblang dulu tentang penyakit ibu. Addison’s pada dasarnya adalah
penyakit yang umumnya disebabkan karena reaksi autoimun di dalam
tubuh reaksi autoimun itu sel baik memakan sel baik lainnya. Penyakit
Addison’s terjadi karena kelenjar adrenal tidak mampu memproduksi
hormone-hormon dalam jumlah cukup. Beberapa hormone tersebut
diantaranya hormone yang bernama kortisol dan aldosterone.
Hormone ini berkurang produksinya penyebab utamanya karena
riwayat penyakit menahun ibu yaitu hipotiroid yang saat ini sudah
diobati. Kekurangan hormone kortisol itu bu, dapat menyebabkan
berbagai perubahan di dalam tubuh karena hormone ini sangat
penting fungsinya bagi kinerja seluruh anggota tubuh. Seperti yang
terlihat pada hasil lab dan keluhan yang ibu alami. Tekanan darah
ibu menjadi di bawah normal sehingga ibu merasakan pusing, lemas
seperti kelelahan. Hormon ini juga berperan dalam metabolisme
senyawa-senyawa di dalam tubuh seperti karbohidrat,lemak dan
protein. Apabila mengalami gangguan maka yang terjadi berat badan
ibu akan menurun secara berangsur-angsur. Kekurangan hormone ini
akan menyebabkan ibu mengalami hiperpigmentasi (perubahan warna
kulit pada beberapa bagian tubuh). Jadi kurang lebih seperti itu bu,
yang bisa saya jelaskan mengenai penyakit ibu. Apakah ibu sudah
mengerti sejauh ini?.
Pasien : Oh begitu ternyata ya mbak. Ya saya sudah lebih mengerti sekarang
mbak. Trus ada komplikasi dengan penyakit lainnya gak mbak?
Apoteker : Iya bu ada komplikasi Syok (akibat dari infeksi akut atau penurunan
asupan garam), Kolaps sirkulasi, Dehidrasi, Hiperkalemiae, Sepsis,
Kanker Paru, Diabetes Melitus. Ada lagi yang ingin ditanyakan bu?
Pasien : Oh gitu, saya mengerti sekarang. Tidak ada lagi yang ingin saya
tanyakan mbak, terimakasih atas penjelasannya.
Apoteker : Kalau begitu saya siapkan obatnya dulu nggih bu.
Pasien : Baik mbak saya tunggu.
9
3. Berdasarkan gejala penyakit, riwayat penyakit dan data laboratorium, lakukanlah
analisis singkat pada obat yang terdapat dalam resep tersebut !. Berdasarkan analisis
yang anda buat, apakah obat-obat tersebut merupakan obat yang tepat untuk
mengatasi /mengobati penyakit pasien ! jika menurut anda obat yang diresepkan
kurang tepat untuk mengobati penyakit pasien, maka lakukanlah komunikasi dengan
dokter penulis resep untuk mengoptimalkan pengobatan pasien !
Jawab:
Pengobatan kurang tepat:

- Penggunaan Prednisone harus disesuaikan dosisnya.

- Waktu penggunaan Levothyroxine untuk hipotiroid sebaiknya sebelum makan karena


levothyroxine mengalami interaksi dengan makanan dan Os-Cal 500+D yang

10
mengandung calcium. Interaksi yang terjadi berupa gangguan penyerapan
Levothyroxine.
Percakapan dokter dan apoteker

Apoteker : Selamat pagi dok, Saya Gharsina Apoteker Apotek Wahid Hasyim
Semarang, apakah benar ini dengan dokter Mansyur Ramli?
Dokter: Iya pagi, bagaimana mbak ?
Apoteker : Begini dok, saya menerima resep yang tertulis tanggal 9 Oktober 2015
atas nama Ny Mariam usia 40 tahun yang beralamat di Jl. Diponegoro
No. 12 Semarang, menerima terapi dari dokter Prednison 2,5 mg 2
kali sehari, Fludrokortison 0,05 mg 1 kali sehari, Levothyroksine 50 μg
1 kali sehari, dan Os-Cal 500+D 1 kali untuk terapi selama 7 hari.
Apakah betul dok?
Dokter: Iya betul, memang ada apa mbak?
Apoteker : Mohon maaf sebelumnya dok yang mau saya tanyakan mengenai resep
yang dokter berikan, Prednisone apakah betul dikehendaki dosis 5
mg/hari dok? karena menurut pustaka yang saya acu dosis inisiasi
addison sebesar 2,5 mg/hari dan diberikan dengan dosis terbagi dua
kali sehari, dua per tiga saat pagi dan satu per tiga nya saat malam.
Selain itu Levothyroxine belum dokter tuliskan aturan pakai, serta
berdasarkan literature yang saya baca terdapat interaksi dengan
makanan dan oscal dok yaitu terjadi pengurangan absorbsi dari
levothyroxinnya dok.
Dokter: Lalu bagaimana ya mbak?
Apoteker : Mohon maaf sebelumnya dok menurut literature yang saya baca,
sebaiknya prednisone dosisnya 2,5 mg/hari dalam dosis terbagi dok.
1,7 mg diminum pagi hari dan 0,8 mg diminum sore hari. Untuk bentuk
sediaannya bisa diberikan dalam capsule dok. Sedangkan untuk
Levothyroxine diberikan terpisah dengan Os-Cal 500+D.
Levothyroxine pada saat perut kosong dan Os-Cal 500+D 1-2 jam
setelah makan. Bagaimana dok?
Dokter : Yasudah pakai dosis itu saja dan untuk waktunya jadinya obat di
berikan sebelum makan pagi saja ya mbak? terus apakah masih ada
interaksi obat dengan lain.
Apoteker : Oh iya dok untuk dosis Levothyroxine apakah perlu ditinjau ulang?
Karena melihat data lab nya nilai T4 bebasnya normal.

11
Dokter : Tidak usah mbak dosis tetap saja itu cuma untuk maintenance.
Apoteker: Iya dok, kalau begitu sudah tidak ada yang saya tanyakan lagi. Terima
kasih mohon maaf mengganggu waktunya dok. Selamat pagi dan
selamat beraktivitas kembali dokter.
Dokter: Pagi.

4. Jelaskanlah tujuan terapi pada kasus ini !. Tetapkanlah target terapi yang ingin
dicapai !
Tujuan terapi
a. Mencapai kadar kortisol dan ACTH pada nilai normal.
b. Meningkatkan kualitas hidup pasien dengan berkurangnya rasa mual dan anoreksia
sehingga pasien dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan berat badannya
pada kondisi ideal.
c. Tercapainya tekanan darah normal.
d. Menghambat progresivitas penyakit baik karena autoimun maupun efek samping dari
pemakaian obat.
e. Berkurangnya pigmentasi pasien.
Target terapi
a. Meningkatkan kadar kortisol plasma serta menurunkan kadar ACTH hingga mencapai
angka normal pada kisaran 5-25 mcg/mL dan ACTH pada nilai 10-80 pg/mL.
b. Menaikkan tekanan darah menjadi normal yaitu 120/80 mmHg.

5. Siapkanlah obat-obat yang akan diberikan kepada pasien !. Serahkan obat kepada
pasien dan lakukanlah pemberian informasi obat !
Jawab
Apoteker : Ibu Mariam.
Pasien Iya mbak.
:
Apoteker : Mohon maaf ibu telah membuat ibu menunggu agak lama, ini obatnya ibu ada 4
macam obat nggih bu, (sambil menyerahkan ke pasien)
1. Prednison 2,5 mg per hari, dibagi menjadi 2 dosis yang sudah dipisahkan dengan
tujuan 2/3 dari 2,5 mg digunakan pada pagi hari sesudah makan (tanda kuning)
dan 1/3 dari 2,5 mg pada sore hari sesudah makan (tanda merah) (Pagi 06.00
WIB Sore : 18.00 WIB) untuk Addison’nya (Dipiro7th edition).
2. Fludrokortison 0,05 mg 1 kali sehari, setelah makan pagi (tanda kuning) (sebagai
mineralokortikoid) (Dipiro7th edition).

12
3. Levothyroksine 50 mcg 1 kali sehari, dalam keadaan perut kosong 1 jam sebelum
makan pagi (tanda hijau) (untuk hipotiroid) (Dipiro7th edition).
4. Os-Cal 500+D 1 kali, pagi hari 1-2 jam sesudah makan pagi (tanda kuning)
(mencegah efek samping dari penggunaan prednisone dan mengurangi fraktur
tulang dari penggunaan hormone tiroid eksogen) (Dipiro7th edition).
Bagaimana bu apakah sudah jelas tentang penggunaan obatnya?
Pasien Ya mbak sudah
:
Apoteker : Boleh coba diulangi lagi bu aturan pakai obat yang saya jelaskan tadi bu?

Pasien (mengulangi aturan pakai yang sudah dijelaskan Apoteker).


:

6. Jelaskan mekanisme aksi obat-obatan yang ada di dalam resep !


Jawab:
No Nama Obat Mekanisme Aksi
1 Prednison Sebagai glukokortikoid (Dipiro,7 edition)

2 Fludrokortison Mengikat reseptor mineralokortikoid (reseptor Aldoteron),


sehingga akan mengaktivasi reseptor mineralokortikoid, yang
akan meningkatkan ion dan transportasi air, dengan demikian
meningkatkan volume cairan ekstraseluler dan tekanan darah
dan menurunkan kadar potassium (Dipiro,7 edition)
3 Levothyroksine Levothyroksine bertindak seperti hormone tiroksin tiroid
endogen (T4, turunan tirosin tetra iodinasi). Dalam hati dan
ginjal T4 diubah menjadi metabolit aktif T3. Untuk
meningkatkan kelarutan, hormone tiroid melekat pada protein
pengikat hormone tiroid, tiroksin pengikat globulin dan
tiroksin prealbumin (transhyretine).
4 Os-Cal 500+D Berisi Kalsium karbonat dan Vitamin D yang berfungsi untuk
menjaga dan mengatasi defisiensi kalsium akibat efek samping
obat glukokortikoid.

7. Apakah obat-obatan tersebut telah merupakan obat yang tepat untuk mengobati
penyakit pasien. Jelaskan jawaban yang diberikan.
No Nama Obat Terapi Alasan Pemilihan obat

1 Prednison Tepat Obat Sebagai terapi untuk menambah


glukokortikoid dari luar.
2 Fludrokortison Tepat Obat Pasien dengan insufisiensi adrenal
membutuhkan tambahan
mineralokortikoid dari luar.
3 Levothyroxine Tepat Obat Lini pertama terapi Hipotiroid (Dipiro,7
edition) 13
4 Os-Cal 500+D Tepat Obat Mencegah osteoporosis yang terjadi
akibat konsumsi kortikosteroid
Pada kasus pasien dengan penyakit Addison dapat diterapi dengan pemberian
prednisone yang diberikan pada pagi dan sore hari. Tujuan pemberian prednison pada
pagi dan sore hari disesuaikan dengan kebutuhan kortisol didalam tubuh saat melakukan
aktivitas, dimana produksi kortisol akan meningkat pada pagi hari dan akan menurun
pada malam hari. Prednison merupakan pilihan kedua setelah hidrokortison sebagai
terapi insufisiensi adrenal primer. Hidrokortison tidak tersedia dalam bentuk oral
sehingga digunakan prednisone sebagai terapi Addison. Prednison memiliki efek
samping penurunan sistem imun, hal ini perlu disampaikan kepada pasien, serta sarankan
kepada pasien untuk segera konsultasi ke dokter jika muncul gejala-gejala penurunan
sistem imun.
Pasien juga mengalami hipomineralokortikoid, yang di tandai dengan penurunan
tekanan darah sehingga diterapi dengan fludrokortison. Dosis yang diberikan adalah 0,05
mg sekali sehari pada pagi hari sesudah makan. Fludokortison dapat meningkatkan kadar
natrium dalam tubuh, sehingga kadar elektrolit tubuh menjadi seimbang yang dapat
meningkatkan tekanan darah pasien.
Levothyroxine digunakan untuk terapi pemeliharaan fungsi tiroid pasien, karena
pasien memiliki riwayat hipotiroid selama 15 tahun. Meskipun T4 bebas normal tetapi,
tetap harus dilakukan terapi pemeliharaan untuk menjaga agar kerja kelenjar tiroidnya
tetap stabil.
Penggunaan kortikostiroid jangka panjang dapat menyebabkan kekeroposan
tulang, kortikostiroid akan menstimulasi pembentukan osteoklast dengan cara
menghambat sintesis osteoprotegerin yaitu suatu osteoglastogenesis inhibitory factor
yang akan meningkatkan resorbsi tulang. Osteoklast bersama osteoblast merupakan
instrument jaringan tubuh yang akan mengontrol jumlah atau densitas tulang, sedangkan
osteoblast akan membentuk tulang. Dengan meningkatnya resorbsi tulang dapat
menyebabkan osteoporosis, sehingga pasien mendapatkan Os-Cal 500+D.Asupan
kalsium diperlukan untuk mencegah efek samping penggunaan steroid jangka panjang.
8. Apakah pasien membutuhkan terapi non farmakologi. Jika iya, terapi apa yang harus
dilakukan pasien. Lakukanlah konseling untuk terapi non farmakologi yang harus
dijalankan.
Perlu dilakukan konseling terhadap terapi non farmakologi pasien untuk menunjang
terapi sehingga terapi yang disarankan diantaranya:
a. Konsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu tetapi tidak bersamaan dengan
konsumsi Levothyroxine.

14
b. Melakukan aktivitas ringan seperti olahraga ringan dengan berjalan kaki selama 20
menit 3 kali seminggu jika sempat dan segera beristirahat jika mulai merasa lelah.
c. Menghindari stress dan beristirahat yang cukup.
d. Mengkonsumsi makanan yang mengandung yodium.
e. Menghindari makanan yang mengandung banyak kalium seperti pisang karena bisa
menyebabkan hiperkalemia, tetapi efek dari pengobatan dapat menyebabkan pasien
mengalami hipokalemia sehingga perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin
untuk mengetahui status mineral tubuh pasien, ketika hipokalemia maka pasien
disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan kalium seperti buah pisang
untuk mencegah hilangnya kalium berlebih akibat pengobatan yang sedang dijalani.

Settingan KIE Terapi Non Farmakologi

Apoteker : Untuk mendukung keberhasilan penyembuhan ada beberapa hal yang perlu ibu
perhatikan salah satunya adalah pengaturan pola makan, ibu disarankan untuk
mengkonsumsi makanan tinggi kalsium dan yodium serta menghindari makanan yang
mengandung kalium. Selain itu , sebaiknya ibu :
1. Minum obat secara teratur sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
2. Melakukan aktivitas fisik ringan seperti olah raga ringan, agar badan tidak terasa
loyo terus seperti jalan kaki selama 20 menit 3 kali dalam seminggu.segera
istirahat ketika merasakan kelelahan.
3. Mengatur pola makan, banyak makan yang mengandung kalsium dan yodium
seperti susu atau ikan laut. Tetapi harus mengurangi makanan yang tinggi kalium
seperti pisang, wortel, kentang, ikan salmon, bayam, dan tomat.
Pasien ooh begitu..
: mbak ini bagaimana dengan bintik hitamnya? Saya merasa tidak PD dan menurut
saya ini mengganggu penampilan, apakah bisa hilang?
Apoteker : obat-obatan yang dikonsumsi ibu akan mengontrol hormon, sehingga bintik-bintik
hitamnya perlahan akan menghilang dengan sendirinya. Setelah pengobatan selesai
hingga 7 hari,sebaiknya ibu kembali kontrol ke dokter untuk melihat keberhasilan
terapinya nggih bu, dan dimohon utuk tidak menghentikan mengonsumsi obat yang ini
secara tiba-tiba sehigga ibu wajib kontrol tepat saat obat habis. Serta melakukan
pemeriksaan laboratorium ulang. Ini saya berikan catatan terapi tambahan terkait
dengan makanan yang sebaiknya dikonsumsi serta catatan pemeriksaan apa saja yang

15
nantinya hendak ibu lakukan pemeriksaan ulang, jika petugas lupa ibu bisa
mengusulkan untuk dilakukan pemeriksaan seperti contohnya pemeriksaan kadar
Natrium dan Kaliumnya bu. Ada yang perlu ditanyakan lagi bu ?
Pasien Tidak mbak, terimakasih
:
Apoteker : Baiklah ibu, terima kasih ibu telah memperhatikan dan memahami cara pakai obat-
obat ini. Jika ada hal yang ingin ibu tanyakan atau mungkin ibu lupa silahkan
menghubungi saya (Gharsina) dengan nomer 08xxxxxx atau no telf apotek (024)
123***, atau jika boleh saya meminta nomor telpon ibu untuk mengetahui
keberhasilan terapi selama beberapa hari kedepan.
Pasien Oh iya boleh mbak ini nomor saya 08xxxxxx terimakasih sekali sudah membantu saya.
:
Apoteker : Sudah menjadi tugas saya ibu, sekali lagi terima kasih bu.

Untuk menunjang keberhasilan terapi, pasien juga disarankan melakukan terapi non
farmakologi antara lain konsumsi garam beryodium yang dapat meningkatkan kadar
tiroid pasien. Pada kasus hiponatremia garam beryodium akan meningkatkan kadar T4
untuk memproduksi T3, juga dapat menahan cairan dalam tubuh supaya pasien tidak
terlalu banyak kencing, dengan demikian cairan tubuh tidak banyak yang keluar sehingga
tekanan darah pasien akan meningkat serta fungsi jantung akan membaik, RR
(pernafasan) dan denyut nadi akan menjadi normal.
Asupan makanan yang mengandung kalsium tetap diperlukan untuk mencegah efek
samping penggunaan steroid jangka panjang antara lain dari : susu, kedelai, brokoli,
sawi, bayam, nanas, anggur hijau. Konsumsi obat steroid dengan obat kalsium maupun
makanan yang mengandung kalsium harus diberi jeda 2-3 jam untuk menghindari
interaksi obat, dimana kalsium dapat menurunkan absorbsi dari levothyroxine.
Pasien disarankan untuk istirahat yang cukup, karena pasien juga mengalami
kelelahan (fatigue) akibat gangguan keseimbangan air dan elektrolit tubuh serta terjadi
gangguan metabolism karbohirat dan protein. Pasien perlu diberikan KIE antara lain
melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap kadar kortisol dan ACTH serta kadar
natrium-kalium secara berkala (sebulan sekali). Pada terapi menggunakan kortikostiroid
juga perlu diinformasikan untuk tidak menghentikan pengobatan secara mendadak tanpa
dilakukan pemeriksaan kadar kortisol terlebih dahulu atau tanpa petunjuk dokter, karena
dapat dikhawatirkan tubuh belum bisa mengkompensasi kehilangan kortikostiroid

16
eksogen secara mendadak. Kortisol juga menyebabkan berkurangnya glukoneogenesis
maka disarankan pasien untuk memantau kadar glukosa darah secara mandiri dengan alat
SMBG (Self Monitoring Blood Glucose).

9. Sebutkan dan jelaskanlah parameter klinik yang akan dipantau dalam evaluasi
perkembangan penyakit pasien !
- Hilangnya hiperpigmentasi
- Peningkatan berat badan
- Tubuh kembali bugar dan semangat dalam beraktivitas
- Menghilangnya gejala-gejala penyakit
- Data-data laboratorium yang dipantau untuk mengetahui perkembangan penyakit :
a. Kadar ACTH : Adrenokortikotropin (ACTH). Kecepatan sekresi ACTH diatur
oleh mekanisme umpan balik negatif hormon korteks adrenal, pada penderita
Addison produksi dan sekresi ACTH akan meningkat. Sehingga perlu dipantau
secara rutin kadar ACTH dalam darah.
b. Kortisol : Dapat menyebabkan retensi Na+ dan meningkatkan ekskresi K+.
c. Kadar Na+ dan K : Kadar NA+ dan K merupakan parameter yang digunakan
untuk mengetahui keseimbangan cairan di dalam tubuh. Ketika seseorang
menderita Addison maka akan terjadi gangguan pada produksi mineralokortikoid.
Pada pasien dengan hipokortisisme akan terjadi hiponatremia, hiperkalemia,
volume cairan ekstrasel berkurang dan hidrasi sel.
d. Kadar TSH : TSH atau Thyroid Stimulating Hormon merupakan hormon yang
berfungsi untuk memerintahkan kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid (T3
dan T4) sehingga ketika terjadi peningkatan kadar TSH maka T3 dan T4 akan
rendah.
e. Tekanan Darah : Jika TD sudah normal, ada perbaikan produksi
mineralokortikoid, sehingga tidak terjadi ekskresi cairan tubuh yang berlebihan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dipiro, J T. et al., 2006 ,Pharmacotherapy A Pathofisiologic Approach,Six Edition, USA Mc


Graw Hill Companies, New York.
Dipiro, J T. et al., 2008 ,Pharmacotherapy A Pathofisiologic Approach,Seven Edition, USA
Mc Graw Hill Companies, New York.
Gardner, David, G., Shoback, Dolores,. 2007. Greenspan basic and clinical Endocrinology
(8th ed). New York: McGraw Hill Medical.
Liotta EA, Elston DM, Brough A. 2010. Addison Disease. Emedicine.
http://emedicine.medscape.com/article/1096911-overview . Diakses 10 Oktober, 2015.
Price, A , Silvia, dan Wilson, Lorraine., 2005, Patofisiologi, Edisi 6, Volume 2, EGC,
Jakarta.

18
LAMPIRAN

Cara Pemberian Prednisone

Pemberian Prednisone diganti menjadi kapsul untuk memudahkan peracikan dan


pemberian dosis kepada pasien
Dr. Mansyur Ramli Sp.PD R/ Prednison 2,5 mg dtd No.XIV
Spesialis Penyakit Dalam
SIP: 005/DKK/DS.250/11.04/IX/2010
Alamat: Praktek:
Jl. Sisingamangaraja 104 Senin s/d
M f da in caps
Jum’at
Telp.6720439 Jam 16.00-
20.00 S 2 d d I cp pagi-sore
Semarang
Semarang, 27 Maret
2015

R/ Prednison 2,5 mg No. XIV


S2 dd 1 tabl. pc
Paraf

R/ Fludrokortison 0,05 mg No. VII


S 1 dd I tabl pc
Paraf

R/ Levothyroxine 50 μg No. VII


S 1 dd I tabl
paraf
R/ Os-Cal 500+D No. VII
S 1 dd I Capl pc
paraf

Pro : Ny. Mariam

Umur : 40 th (60 Kg)

Alamat : Jl. Diponegoro No. 12 Semarang

Permintaan Prednison untuk 7 hari (14 kapsul)


Prednison 2,5mg = 2,5 mg x 14
= 17,5mg
Persediaan Prednison yang ada adalah 5 mg 17,5 mg = 3,5 tablet
5 mg
Prednison pada pagi hari ⅔ dosis  ⅔ x 3,5 = 2,3 tablet (untuk 7 kapsul)
Prednison untuk sore hari ⅓ dosis  ⅓ x 3,5 = 1,2 tablet (untuk 7 kapsul)

Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian sediaan kapsul prednison pada
pagi hari dengan yang sore hari diberikan pada bungkus yang terpisah. Pada etiket harus
tertulis waktu pemberiannya agar pasien tidak salah dalam mengkonsumsi obat tersebut
(tidak tertukar antara pagi dengan sore hari). Karena dosis prednison yang yang diberikan
pada pagi adalah ⅔ dosis dari 2,5 mg dan untuk sore hari adalah ⅓ dosis dari 2,5 mg.
19

Anda mungkin juga menyukai