Anda di halaman 1dari 19

PRODUK JASA DALAM BERWIRAUSAHA DAN

MANAJEMEN KEUANGAN USAHA

OLEH:
TINGKAT IIIB
1. SAFIRA M. SADO 6. UPERTUS R.
KAKI REGHA
2. SOFIA ANITA EMI 7. YANUARIUS
3. SRI HARDYANTI I. BENGE
MABRUR 8. YASINTA D. DHEI
4. THERESIA A. 9. YUNITA H. INDA
LORU 10. STEVEN UMEN
5. THERESIA TETE EBON

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN ENDE
2020
LEMBAR PENGESAHAN
RINGKASAN ISI MAKALAH
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,karena atas
berkat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Produk
Jasa Dalam Berwirausaha Dan Manajemen Keuangan Usaha” demi memenuhi
tugas Kewirausahaan. Kami berharap makalah yang kami susun dapat bermanfaat
bagi kita semua. Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
dan bimbingan dari dosen pembimbing.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:


1. Bapak Aris Wawomeo, M.Kep.Ns.Sp.Kep.Kom selaku ketua
program studi keperawatan Ende yang telah mengijinkan penulis
mengikuti studi di program keperawatan Ende.
2. Bapak Pius Kopong Tokan,SKM.,M.Sc selaku dosen pembimbing
dalam mata kuliah Kewirausahaan
3. Kepada teman-teman yang sudah bekerja sama dalam menyelesaikan
makala ini.
Kami menyadari bahwa makala ini masih banyak kekurangan.
Maka,sangat mengharapkan kritik maupun saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan makala yang kami susun. Akhir kata kami mengucapkan terima
kasih

Ende, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jasa atau service didefinisikan sebagai aktifitas ekonomi yang
memproduksi waktu, form, atau kegunaan psikologis. Menurut Kotler
dikutip oleh Syukron, jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak yang lain. Jasa pada dasarnya
tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Jasa
merupakan suatu kegiatan yang tidak bisa dilihat. Tetapi, jasa dapat
dirasakan dan diambil manfaatnya bagi individu maupun organisasi.
Jasa berhubungan dengan kualitas. Apabila jasa yang diterima atau
dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa
dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui
harapan konsumen, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai ideal.
Namun, jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan,
maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Kualitas jasa dipersepsikan baik
dan tidaknya tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi
harapan konsumen secara konsisten.
Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang yang paling
penting dalam sebuah perusahaan berskala besar maupun kecil baik profit
maupun non profit, akan mempunyai perhatian besar di bidang keuangan
terutama dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju,
persaingan satu perusahaan dengan perusahaan lainnya semakin ketat,
belum lagi kondisi perekonomian yang tidak menentu menyebabkan
banyaknya perusahaan yang tiba-tiba mengalami kebangkrutan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mengaplikasikan kewirausahaan dalam
keperawatan
2. Tujuan Khusus
a.Untuk mengetahui konsep kewirausahaan
b. Untuk mengetahui konsep praktek bersama
c.Untuk mengetahui konsep produk jasa dalam praktek bersama
d. Untuk mengetahui konsep manajemen keuangan usaha

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai mahasiswa keperawatan dapat mengaplikasikan kewirausahaan
dalam praktek bersama dan mampu melakukan manajemen keuangan
usaha.
2. Bagi Akademi
Dijadikan tolak ukur dan penilaian sejauh mana mahasiswa dapat
menerapkan teori yang didapatkan.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat mengetahui tentang kewirausahaan dalam keperawatan

D. Ruang Lingkup
Pada makalah ini fokus membahas tentang:
1. Konsep kewirausahaan
2. Konsep praktek bersama
3. Konsep produk jasa dalam praktek bersama
4. Konsep manajemen keuangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kewirausahaan
1. Pengertian
Istilah entrepreneur itu sendiri berasal dari bahasa Prancis, yaitu
entreprendre yang mengandung makna to undertake yang berarti
mengerjakan atau berusaha atau melakukan suatu pekerjaan. Ronstadt
dalam (Kuratko dan Hodgetts 1989 p.6) menjelaskan bahwa the
entrepreneur is one who undertakes to organize, manage, and assume the
risks of the business, yang berarti bahwa seorang wirausaha adalah
seseorang yang berupaya untuk mengatur, mengelola, serta bersedia
menanggung risiko dari suatu usaha.
Kewirausahaan adalah suatu proses yang dinamis untuk
meningkatkan kesejahteraan. Kesejahteraan ini diciptakan oleh individu-
individu yang bersedia mengambil risiko, atas kekayaan, waktu, dan/atau
karier dalam menyediakan nilai (sesuatu yang bernilai) pada barang atau
jasa. Barang atau jasa itu sendiri mungkin merupakan suatu produk atau
jasa baru dan unik atau mungkin juga tidak, tetapi nilai merupakan
sesuatu yang mesti ditambahkan oleh para pengusaha dengan menjamin
dan mengalokasikan sumber daya dan keahlian tertentu).
Dari beberapa definisi kewirausahaan yang telah dipaparkan di
atas, kita mempunyai gambaran bahwa pada setiap definisi yang
dikemukakan tersebut selalu mengandung unsur atau seperangkat ciri-
ciri positif tertentu yang tercermin dari seorang wiraswasta, seperti
inovatif, kreatif, produktif dan semacamnya. Hal penting yang perlu
digaris bawahi dari semua itu adalah kemampuan seorang wirausaha
untuk mewujudkan suatu “gagasan” dalam usahanya menjadi sesuatu
yang “nyata”. Ciri dan embel-embelnya boleh macam-macam, tetapi
semangat dan karyanya dalam mewujudkan suatu ide menjadi sesuatu
yang dapat dikerjakan, dijual, dan memberikan manfaat bagi masyarakat
banyak merupakan jiwa dari seorang wirausaha.
2. Sifat dan Ciri-ciri Kewirausahaan
a.Berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan (calculated risk
taking)
Ketika seorang wirausaha memutuskan untuk terjun dalam suatu
usaha, mereka menangani usaha pada pekerjaannya tersebut dengan
penuh perhitungan dan hati-hati. Ia pun menyadari betul bahwa setiap
usaha yang dimulai tidak selalu berhasil dengan baik dalam
keberhasilan, akan tetapi ada kemungkinan berakhir dengan kegagalan.
Setiap aspek bisnis selalu berhadapan dengan risiko kegagalan, namun
ia harus berani memulai, dengan perhitungan yang cermat karena
kesuksesan tidak akan pernah tercipta jika usaha tidak pernah dimulai.
Ibarat kata pepatah, semakin tinggi pohon, semakin kencang anginnya,
semakin tinggi harapan, semakin sulit mencapainya.
b. Memiliki komitmen dan berkemauan yang keras (commitment and
perseverance)
Komitmen terhadap usaha dan kemauan yang keras untuk
mencapai sasaran merupakan aspek yang paling pokok dari seorang
wirausaha. Dengan memiliki karakteristik tersebut seorang wirausaha
akan mengabdikan dirinya secara total terhadap usaha yang
ditanganinya. Oleh karena 2 sifat ini jugalah, seorang wirausaha bisa
mengatasi berbagai kesulitan dan tantangan yang dihadapi yang dalam
pandangan umum hampir tidak mungkin bisa dilakukan. Dalam
pendirian usaha baru atau untuk pengembangan usaha yang sudah ada
seiring para penanam modal (investor) menguji terlebih dahulu,
sampai sejauh mana komitmen wirausaha yang bersangkutan. Dalam
hal ini mencakup, misalnya kesediaannya untuk menjaminkan harta
benda termasuk rumah yang ditempatinya. Seorang wirausaha harus
siap mengorbankan waktu istirahatnya, menyita waktu untuk
keluarganya, bahkan dia juga harus menurunkan standard of living-
nya.
c.Memiliki kejujuran dan dapat dipercaya (integrity and reliability)
Menurut Kuratko dan Hodgetts (1989) integritas dan reliabilitas
merupakan perekat dan tali yang akan menyatukan keberhasilan
seseorang dengan seluruh klien. Investor partner (mitra), pelanggan,
dan kreditor sangat memperhatikan atribut yang satu ini. Integritas dan
reliabilitas yang dimiliki oleh seorang wirausaha merupakan modal
penting dalam rangka membangun dan mempertahankan kepercayaan
semua klien. Agar seseorang memperoleh kepercayaan dari orang lain
dalam berusaha maka ia harus memiliki sifat jujur dan bertanggung
jawab. Banyak orang mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan
bisnis hanya karena tidak memiliki sifat jujur. Menurut Soemanto
(1982) salah satu cara untuk menumbuhkan sifat jujur adalah mendidik
diri sendiri sehingga memiliki moral yang tinggi.
d. Kreatif (creativity)
Menurut Kuratko dan Hodgetts (1989) kreativitas merupakan suatu
sifat manusia yang dibawa sejak lahir (inherited trait). Namun,
pendapat ini dibantah oleh beberapa pengamat entrepreneurship yang
mengatakan bahwa kreativitas bukan semata-mata faktor genetik,
tetapi merupakan sesuatu yang bisa dipelajari. Matherly dan Goldsmith
(1985) mengungkapkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan
dalam mengembangkan gagasan dan merealisasikan gagasan tersebut
sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas suatu sistem.
e.Percaya diri (self – confidence)
Seorang wirausaha akan percaya diri ketika mereka sedang
mengendalikan apa yang mereka sedang kerjakan dan di kala mereka
sedang bekerja sendirian. Mereka menangani setiap masalah secara
cepat disertai percaya diri serta gigih dalam upayanya untuk mencapai
sasaran. Mereka menangani dengan seluruh kemampuan terbaiknya
ketika mereka dihadapkan pada kesengsaraan karena mereka berusaha
atas rasa percaya diri yang dimilikinya. Dalam hal ini perlu digaris
bawahi bahwa percaya pada diri sendiri tidak berarti mengakui
keunggulan orang lain. Demikian juga sebaliknya percaya pada diri
sendiri tidak berarti tidak menyadari kekurangan atau kelemahan diri
sendiri. Dalam hal ini percaya pada diri sendiri lebih bermakna bahwa
seseorang yakin akan dapat mengatasi kelemahan pribadinya, mencari
solusi dari setiap kesulitan yang dihadapinya serta ada kesediaan untuk
terus-menerus meningkatkan kemampuannya.
f. Tidak tergantung pada pihak lain (independence)
Hasrat atau keinginan akan kebebasan, berdiri di atas kekuatan diri
sendiri, dan tidak tergantung pada orang lain merupakan driving force
dari para wirausahawan yang bermunculan saat ini. Dilatarbelakangi
oleh rasa frustrasi terhadap sistem birokrasi yang kaku dan disertai
oleh sebuah kesadaran untuk melakukan sesuatu yang berbeda telah
menggiring mereka kepada kepribadian yang mandiri dan mencoba
berupaya untuk mencapai harapan dan keinginannya menurut cara dan
gayanya. Perlu dicatat di sini bahwa hal ini tidak berarti seorang
wirausaha harus mengambil seluruh keputusan oleh dirinya sendiri.
Hal ini juga tidak berarti bahwa seseorang wirausaha mesti selalu
berkarya sendirian tanpa mengikutsertakan orang lain.
g. Kemampuan bekerja sama dalam suatu tim (team building)
Hasrat untuk independent dan mandiri tidak berarti
mengesampingkan hasrat seorang wirausaha untuk membangun sebuah
team building yang solid. Kebanyakan dari wirausaha yang sukses
adalah mereka yang memiliki kualifikasi yang tinggi, tim yang solid
dan tangguh sehingga membantu pengembangan organisasi dalam
mencapai visi dan misi. Kenyataan membuktikan bahwa seorang
wirausaha yang memimpin suatu organisasi memiliki visi yang jelas
tentang apa yang ingin dicapai oleh organisasi di masa depan dan
bagaimana organisasinya ingin dipersepsikan oleh kliennya maka para
personel yang direkrut cenderung mereka yang memiliki kualifikasi
yang lebih dari tuntutan kompetensi yang diharapkan. Hal ini sangat
penting untuk menangani implementasi pekerjaan sehari-hari.
Keberhasilan seorang wirausaha dalam melibatkan diri dan
membentuk suatu tim yang tangguh, tidak terlepas dari kesediaannya
untuk memahami kelemahan orang lain dan berupaya mengarahkan
orientasinya pada pencapaian tujuan kelompok dalam menyelesaikan
suatu masalah
h. Berwawasan jauh ke depan (foresight)
Keberhasilan para wirausaha sangat banyak tergantung pada
kemampuannya mengantisipasi apa yang akan terjadi di masa depan
dan mengembangkan pokok-pokok strategi yang akan ditempuh oleh
perusahaannya sesuai dengan antisipasi keadaan masa depan tersebut.
Perubahan struktur pasar, perilaku konsumen, kebijaksanaan
pemerintah, keadaan ekonomi, dan kondisi persaingan merupakan
contoh dari sekian banyak faktor yang harus dipahami dan dianalisis
sedini mungkin jika seorang wirausaha ingin tetap menjaga
kesinambungan usahanya.
i. Memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan (managerial and
leadership)
Dilihat dari hakikat pekerjaannya seorang wirausaha adalah
seorang manajer dan sekaligus pemimpin. Mereka harus mencari
peluang-peluang, memulai proyek-proyek, mengumpulkan dan
mengelola sumber-sumber daya yang dibutuhkan termasuk sumber
daya manusia, menentukan tujuan-tujuan untuk organisasi,
membimbing, dan memimpin mereka untuk mencapai sasaran
organisasi.
3. Peran dan Fungsi Kewirausahaan
a.Peran dan Fungsi selaku Inovator
Peter F. Drucker (1985) mengungkapkan bahwa peran pokok dari
seorang wirausaha adalah melakukan inovasi. Menurutnya inovasi
adalah alat spesifik wirausaha. Suatu alat untuk memanfaatkan
perubahan sebagai peluang bagi bisnis yang berbeda atau jasa yang
berbeda.
b. Peran dan Fungsi Selaku Penanggung Risiko
Meredeith (1996, p.37) mengungkapkan bahwa “para wirausaha
merupakan pengambil risiko yang sudah diperhitungkan. Mereka
bergairah menghadapi tantangan. Wirausaha menghindari situasi
berisiko rendah karena tidak ada tantangannya dan menjauhi situasi
risiko tinggi karena mereka ingin berhasil. Para wirausaha berperan
sebagai pengambil risiko yang realistik, yaitu suatu situasi yang
berisiko dan menantang, tetapi dapat dicapai.
c.Peran dan Fungsi Selaku Pemimpin
Salah satu peran penting dari seorang wirausaha adalah berperan
selaku pimpinan. Menurut Robert L. Swidggett (dalam Kouzes dan
Posner 1987), wirausahawan yang sukses membawa Kollorgen
Corporation di Amerika, salah satu tugas utama wiraswasta dalam
perannya sebagai pemimpin adalah to create a vision. Selaku
pemimpin dia akan mengerahkan seluruh sumber daya yang ada
termasuk orang-orang yang bekerja untuk organisasinya ke arah
tertentu.
d. Peran dan Fungsi Selaku Pengambil Keputusan
Setiap wirausahawan harus melakukan peran sebagai pengambil
keputusan dalam situasi pekerjaan yang bagaimanapun. Dan dari
sinilah masa depan usaha dan organisasi akan ditentukan. Meredith
(1996) mengungkapkan bahwa seorang wirausaha harus kreatif,
terutama dalam mengambil keputusan.
e.Peran dan Fungsi Selaku Penghubung
Salah satu aspek lainnya yang harus dimainkan oleh seorang
wirausaha adalah melaksanakan peran sebagai penghubung. Peran
penghubung ini bisa berupa melakukan hubungan dengan orang-orang
yang di perusahaan/organisasi tempat ia bekerja maupun dengan orang
atau pihak lain yang berada di luar organisasi.
B. Konsep Praktek Bersama
Metode bekerja bersama kelompok (social group work) pada
konteks pekerjaan sosial adalah sebuah praktik yang bertujuan untuk
meningkatkan keberfungsian sosial, yang dilakukan melalui media
kelompok. Sejauh ini, praktik bekerja bersama kelompok lebih banyak
dikenal untuk tujuan pertolongan klien yang memiliki masalah khusus
seperti ketergantungan narkoba, depresi, konsep diri rendah dan
sebagainya. Hal ini wajar, mengingat praktik bekerja bersama kelompok
memang memiliki sejumlah keunggulan, yaitu antara lain penggunaan
prinsip-prinsip universalitas, rekonstruksi kognitif, penerimaan, serta
alturisme, dimana klien cenderung merasa nyaman dan diterima,
sehingga mampu pada akhirnya mengungkapkan permasalahan yang
dialaminya, serta bahkan mampu memberikan saran-saran kepada
anggota kelompok lainnya.
Terdapat sejumlah hal yang menarik bagi para praktisi untuk
mengaplikasikan praktik bekerja dalam kelompok (Zastrow, 1995).
Artinya, selalu terbuka peluang untuk perluasan aplikasi dari praktik
bekerja bersama kelompok. Metode bekerja dengan kelompok (social
group work), adalah sebuah metode pekerjaan sosial yang menggunakan
media kelompok sebagai instrument pertolongan.
Lahan praktik dari pekerjaan sosial sangat luas dan multi dimensi.
Salah satu lahan praktik yang penting adalah pada lembaga pelayanan
sosial. Pengelolaan kelembagaan atau organisasi, seperti yang pada
umumnya dilakukan, memerlukan pemahaman khusus tentang
manajemen, atau lebih khusus lagi manajemen sumber daya manusia.
Metode bekerja dengan kelompok (groupwork) dan bekerja dengan
individu (casework) merupakan dua metode yang dapat digunakan untuk
membantu individu, meningkatkan keberfungsiannya dan
keberdayaannya (Poulin, 2005). Salah satu tantangan pekerjaan sosial
sekaligus keunggulannya, adalah bahwa pekerja sosial menggunakan
dirinya sebagai instrument. Prinsipnya, membangun hubungan
interpersonal yang baik, mutlak diperlukan. Artinya lagi, melalui
interaksi interpersonal, dapat tercipta hal-hal yang mengarah pada
perbaikan kualitas hidup. Dua hal penting terkait faktor kontekstual yang
berdampak pada kebanyakan pekerja sosial adalah bagaimana lahan
praktik (setting) dikelola dan bagaimana mereka di supervisi (Shulman,
1991) .
C. Konsep Produk Jasa Dalam Praktek Bersama
Menurut Nursalam (2014) ada beberapa model praktek
keperawatan yaitu praktek keperawatan rumah sakit, praktek
keperawatan rumah, praktek keperawatan berkelompok, dan praktek
keperawatan individual.
Kolaborasi dokter-perawat bukan merupakan suatu hal yang baru
Pelayanan pasien di ruang rawat inap dilakukan oleh kelompok dokter
spesialis dari berbagai disiplin ilmu, dokter umum, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya. Namun demikian masih banyak kendala yang terjadi
di lapangan untuk mewujudkan kolaborasi dokter-perawat, antara lain:
para dokter merasa ketrampilan perawat masih perlu ditingkatkan, para
dokter merasa perawat kurang komunikatif, para dokter merasa para
perawat kurang ramah dalam memberikan asuhan keperawatan, terutama
pada ruang pelayanan.
Beberapa perawat profesional membuka praktek keperawatan selama 24
jam kepada masyarkat yang memerlukan asuhan keperawatan denga pola
yang diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaaan praktek keperawatan
rumah sakit dan rumah. Bentuk praktek keperawatan ini dapat mengatasi
berbagai bentuk masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat
dan dipandang perlu dimasa depan.
D. Konsep Manajemen Keuangan Usaha
1. Pengertian
Manajemen keuangan adalah semua aktivitas organisasi atau
perusahaan yang berhubungan denga usaha-usaha mendapatkan dana
denga biaya murah dan menggunakannya secara efektif dan efisien.
Dalam mengelola uang yang masuk dan keluar dalam suatu organisasi
atau perusahaan dibutuhkan suatu proses perencanaan dan perhitungan
yang akurat. Akurasi perencanaan kebutuhan akan uang sangat
menentukan efektif tidaknya suatu tujuan. Perencanaan kebutuhan uang
yang mengalami over-under estimate pada periode tertentu akan
mengurangi tingkat perolehan laba perusahaan
Reformasi disegala bidang telah membuka wawasan dan
pentingnya mengubah paradigma lama tentang manajemen kauangan.
Paradigma lama manajemen keuangan yang berorientasi pada
auditabilifas (prosedural) telah bergesor kearah akuntabilitas(eftsiensi,
out put dan out come) manajemen keuangan meolalui paradigma lama
yang menitik beratkan dana berubah pada menitik beratkan program.
Yang dulu terkesan monolitik (terpusat) sekarang menuju kearah
desentralisasi. Jika masa lalu pemerintah memegang peranan yang cukup
besar sekarang harus rnandiri (swadana) dan perubahan orientasi pada
target hasil (out put) kepada gabungan out put dan outcome (dampak).
2. Unsur Manajemen Keuangan
Dalam praktek pengelolaan (manajemen) keuangan terdapat dua
unsur yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya, yaitu unsur
pimpinan dan pengelola {bendaharawan}. Unsur pimpinan disebut
sebagai pihak yang mempunyai wewenang dari menguasai anggaran
untuk mengambil tindakan ymg berakibat pada
penerimaan/pengeluaran (ordonafir/otorisatot). Sementera unsur
bendaharawan adalah orang/badan yang diserahi tugas menerima
semua pendapatan dan melakukan pernbayaran atas dasar perintah
ordonatur.
3. Paradigma Manajemen Keuangan
Paradigma Lama Paradigma Baru
Auditabilitas prosedural Akuntabilitas (efisiensi, output,
out come)
Kurang transparan Transparan
Menitik beratkan dan Menitikberatkan program
Evaluasi budgeter Evaluasi budgeter don program
Monolotik (terpusat) Desentralisasi
Out put (hasil) out put (hasil) don outcome
(dampak)
Tergantung pemerintah Mandiri {swadana}
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kewirausahaan adalah suatu proses yang dinamis untuk
meningkatkan kesejahteraan. Kesejahteraan ini diciptakan oleh individu-
individu yang bersedia mengambil risiko, atas kekayaan, waktu, dan/atau
karier dalam menyediakan nilai (sesuatu yang bernilai) pada barang atau
jasa. Barang atau jasa itu sendiri mungkin merupakan suatu produk atau
jasa baru dan unik atau mungkin juga tidak, tetapi nilai merupakan sesuatu
yang mesti ditambahkan oleh para pengusaha dengan menjamin dan
mengalokasikan sumber daya dan keahlian tertentu).
Metode bekerja bersama kelompok (social group work) pada konteks
pekerjaan sosial adalah sebuah praktik yang bertujuan untuk meningkatkan
keberfungsian sosial, yang dilakukan melalui media kelompok. Ada
beberapa model praktek keperawatan yaitu praktek keperawatan rumah
sakit, praktek keperawatan rumah, praktek keperawatan berkelompok, dan
praktek keperawatan individual.
Manajemen keuangan adalah semua aktivitas organisasi atau
perusahaan yang berhubungan denga usaha-usaha mendapatkan dana
denga biaya murah dan menggunakannya secara efektif dan efisien.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

digilib.uinsby.ac.id
Hery Wibowo.2005. Praktik Bekerja Bersama Kelompok Untuk Penguatan
Program Pelatihan Dan Pengembangan Vol.7. Departemen Kesejahteraan
Sosial Universitas Padjadjaran,
Sunarta.2001. Manajemen Keuangan(Teori, Konsep, Dan Aplikasi). Yayasan
Pengembang Untversitas Negri Yogyakarta
Darojat Sri Sumiyati. Modul 1 Konsep-konsep Dasar Kewirausahaan/
Entrepreneurship.

Anda mungkin juga menyukai