PENYELESAIAN KASUS
A. Definisi
Menurut NAEP (National Asthma Education Program) mendefinisikan
asma sebagai suatu penyakit paru-paru yang dikarakterisasi dengan :
1. Kerusakan saluran nafas yang bersifat reversible baik secara
spontan atau dengan penanganan
2. Inflamasi saluran nafas
3. Peningkatan respon saluran nafas terhadap berbagai stimulus
B. Epidemiologi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan WHO 300 juta orang di dunia
mengidap asma, 225.000 orang meninggal karena asma. Kematian akibat
asma meningkat 20% dari saat ini jika tidak dilakukan tindakan yang
signifikan. Dilaporkan bahwa sejak dua dekade terakhir prevalensi asma
meningkat, baik pada anak-anak maupun dewasa. Di negara-negara
maju, peningkatan berkaitan dengan polusi udara dari industri maupun
otomotif, interior rumah, gaya hidup, kebiasaan merokok, pola makanan,
penggunaan susu botol dan paparan alergen dini. Asma mempunyai
dampak negatif pada kehidupan penderitanya termasuk untuk anak,
seperti menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah dan total asma di
dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak).
Penyakit asma merupakan kelainan yang sering ditemukan dan
diperkirakan 4 hingga 5 persen populasi penduduk di Amerika Serikat
terjangkit oleh penyakit ini. Angka yang serupa juga dilaporkan dari negara
lain. Asma bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai pada
usia dini. Sekitar separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga
kasus lainnya sebelum usia 40 tahun. Pada usia kanak-kanak terdapat
predeposisi laki-laki/perempuan 2:1, yang kemudian menjadi sama pada usia
30 tahun.
C. Etiologi
Asma merupakan penyakit heterogen, oleh karena itu kepentingan
epidemiologi danklinis penting untuk membuat klasifikasi asma berdasarkan
rangsangan utama yang membangkitkan atau rangsangan yang berkaitan
dengan episode akut. Serangan asma timbul apabila ada rangsangan pencetus,
diantaranya :
1. Aspek genetik
2. Kemungkinan alergi
3. Saluran napas yang memang mudah terangsang
4. Jenis kelamin
Faktor lingkungan :
1. Bahan-bahan di dalam ruangan : Tungau debu rumah
2. Bahan-bahan di luar ruangan : Tepung sari bunga, Jamur
3. Makanan-makanan tertentu
4. Obat-obatan tertentu
5. Iritan (parfum, bau-bauan)
6. Ekspresi emosi yang berlebihan
7. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
8. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
9. Infeksi saluran napas
10. Perubahan cuaca
D. Patofisiologi
E. Gejala
1. Mengi, sesak napas
2. Batuk (biasanya lebih buruk di malam hari), dan dada sesak
3. Cemas dan gelisah
4. Perubahan status mental (misalnya, kebingungan, mudah tersinggung)
5. Ada faktor pengendapan (misalnya asap, jamur, atau penyakit virus)
memperburuk gejala
6. Gejala biasanya memiliki pola (misalnya, lebih buruk di malam hari,
gejala musiman → musim hujan)
7. Kelelahan yang tidak biasa setelah berolahraga
8. Napas pendek setelah olahraga
F. Penatalaksaan
1. Terapi Farmakologi
a. Agonis β2 Adrenergik
b. Antikolinergik
c. Metilsantin
d. Leukotrien reseptor antagonis dan inhibitor sintesis leukotrien
e. Kortikosteroid
f. Imunomodulator
2. Terapi Non Farmakologi
a. Meningkatkan sanitasi rumah
b. Tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung alergen
c. Menghindari binatang tertentu
d. Menghindasi udara dingin dan asap
e. Latihan pernapasan
f. Untuk atlet, lakukan pemanasan minimal 15 menit sebelum latihan
G. Algoritma
H. Guideline
Penggolongan Mekanisme
Indikasi Efek Samping Contoh Obat
Obat Kerja
Asma akut SABA (abuterol,
parah, bitolterol,
Tremor,
Agonis β2 Stimulasi profilaksis pirbuterol,
takikardia, sakit
Adrenergik reseptor β asma, terbutalin) LABA
kepala, gugup
mengurangi (salmeterol ,
gejala furmoterol
Mengurangi Bronkospasm Atropin sulfat,
respon ik, terapi penglihatan kabur, ipratropium
bronkokonstriksi penunjang mulut bromida,
Antikolinergik
melalui asma kering,takikardia, Tiotropium
mekanisme bronkial, retensi urin, bromida
refleks esofagus asma akut
Inhibisi
fosfodiesterase Antiinflamasi
Aritmia jantung,
Metilxantin (PDE) dan dan Theophyllin
seizure
antagonis bronkodilator
adenosin
Antagonis
Pengobatan
reseptor yang
jangka Hepatotoksisitas,
berpengaruh Zafirlukast,
Antagonis panjang gangguan tidur,
terhadap
reseptor simtomatik perilaku agresif, montelukast,
bronkokonstriksi,
Leukotrien asma ringan pikiran untuk
inhibisi zileuton
hingga bunuh diri
pembentukan
sedang
leukotrien
Menghambat
Antiinflamasi Budesonide,
respon inflamasi
Kortikosteroid , menurunkan Suara serak Prednisone,
secara
gejala asma prednisolone
menyeluruh
Konjungtivitis
Mereduksi
alergi akut &
inflamasi dengan Rasa nyeri seperti
Penstabil Sel kronik, hay
menghambat tersengat & panas Cromolyn
Mast fever &
granulasi sel terbakar
keratokonjung
mast -tivis
Berdasarkan kasus ini sesuai dengan algoritma dari asma akut, pasien
diberikan obat golongan Agonis β2 Adrenergik yaitu SABA (salbutamol)
dengan dosis 2 puff setiap 4 sampai 6 jam sesuai kebutuhan. Obat ini tepat
untuk pasien karena memiliki onset kerja yang cepat karena pasien harus
segera ditangani keluhannya dan juga dapat meminimalisir efek samping obat
yang berkepanjangan. Kemudian untuk terapi pencegahan, pasien dapat
diberikan obat golongan β2 Adrenergik yaitu LABA (furmoterol) dengan
dosis 2 puff 125 mcg. Selain dengan LABA, obat golongan penstabil sel mast
pun dapat digunakan, mengingat pasien aktif dalam berolahraga sehingga
obat ini akan lebih efektif dibandingkan LABA dengan pertimbangan klinis
seperti efek samping dari LABA sendiri. Pemberian obat penstabil sel mast
yaitu cromolyn dengan dosis 1 - 2 tetes 4 x/hr secara nasal, 1 spray setiap 6 -
8 jam sesuai kebutuhan atapun dengan PO (per oral) yaitu kapsul 200 mg
4x1/hari.