Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN SEKOLAH

Makalah
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II
Tim Dosen : Inggrid Dirgahayu, S.Kp., Ners., MKM

Disusun Oleh:

Erna Sari AK.1.16.017

Evi Siti Fatimah AK.1.16.018

Maryna Octavia S AK.1.16.035

Selma Yusriyyah AK.1.16.046

Kelas A SGD, Kelompok 1

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA


BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Kesehatan Sekolah” tepat pada waktunya.

Makalah ini penulis susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Komunitas II, serta untuk mengetahui dan memahami
asuahan keperawatan pada tatanan kesehatan sekolah. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis
dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyusun makalah ini dengan harapan dapat memberikan


informasi yang bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Kritik dan saran sangat
dibutuhkan untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada pada
makalah ini.

Maret, 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................. i


Daftar Isi ............................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................... 2

BAB II Tinjauan Teori


2.1 Konsep Usaha Kesehatan Sekolah ................................................. 3
2.2 Model-model Usaha Kesehatan Sekolah ....................................... 27
2.3 Kebijakan Usaha Kesehatan Sekolah ............................................. 29
2.4 Promosi Kesehatan pada Usaha Kesehatan Sekolah...................... 32
2.5 Asuhan Keperawatan pada Tatanan Sekolah ................................. 40

BAB III Tinjauan Kasus


3.1 Kasus .............................................................................................. 43
3.2 Asuhan Keperawatan ..................................................................... 43

BAB IV Penutup
4.1 Kesimpulan .................................................................................... 50
4.2 Saran ............................................................................................... 50

Daftar Pustaka ...................................................................................... 51

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan tempat tinggall dan lingkungan sekolah merupakan
dua tempat utama yang digunakan oleh seseorang untuk melakukan
aktivitas. Sekolah merupakan tempat anak-anak belajar, berkreasi,
bersosialisasi, dan bermain. Sehingga tidak mengherankan jika
sebagian besar waktu mereka dihabiskan di sekolah.
Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan program
dan tanggung jawab Direktorat Bina Kesehatan Sekolah di bawah
Direktorat Jendeeral Bina Kesehatan Masyarakat Republik Indonesia.
Program ini mendapat penanganan secara khusus mengingat
sasarannya adalah anak-anak yang bakal merupakan pengganti dan
generasi penerus. Jumlah mereka dalam “dpendant ratio I” berjumlah
1/3 dari penduduk Indonesia seluruhnya, yang mana 2/3 (dari 1/3
penduduk Indonesia) dari padanya adalah anak-anak sekolah.
Usaha kesehatan di Sekolah (UKS) merupakan salah satu usaha
kesehatan pokok yang dilaksanakan oleh puskesmas dan juga usaha
kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak
didik beserta lingkungan sekolahnya sebagai sasaran utama. Usaha
kesehatan di sekolah juga berfungsi sebaai lembaga penerangan agar
anak tahu bagaimana cara menjaga kebersihan diri, menggosok gigi
yang benar, mengobati luka, merawat kuku,dan juga memperoleh
pendidikan seks yang sehat. Usaha kesehatan di sekolah juga
merupakan wadah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan
derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin. Usaha kesehatan di
sekolah merupakan perpaduan antara dua upaya dasar, yaitu upaya
pendidikan dan upaya kesehatan, yang pada gilirannya nanti

1
diharapkan UKS dapat dijadikan sebagai usahan untuk meningkatkan
kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang
dapat diangkat diantaranya bagaimana konsep UKS, apa saja model-
model usaha kesehatan sekolah, bagaimana kebijakan UKS,
bagaimana promosi kesehatan pada UKS, dan bagaimana asuhan
keperawatan pada tatanan sekolah.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk memnuhi tugas
mata kuliah Komunitas II serta untuk mengetahui dan memahami
asuhan keperawatan kesehatan sekolah.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat ditulisnya makalah ini adalah sebagai bahan


pembelajaran bagi mahasiswa untuk memahami materi tentang asuhan
keperawatan kesehatan sekolah.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Usaha Kesehatan Sekolah

A. Sejarah Usaha Kesehatan Sekolah


Usaha kesehatan sekolah dirintis sejak tahun 1956 melalui pilot
project di Jakarta dan Bekasi yang merupakan kerjasama antara
Departemen Kesehatan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan
Departemen dalam negeri.
Dalam tahun 1980 ditingkatkan menjadi keputusan bersama antar
pendikbud dan Depkes tentang kelompok kerja UKS. untuk mencapai
kemantapan dan pembinaan secara terpadu ditetapkan surat keputusan
bersama antar Mendikbud, Menkes, Mendagri, dan Menag tanggal 3
september 1980 tentang pokok kebijaksanaan dan pengembangan UKS
Nomor. 408a/U/1984, Nomor. 3191/Menkes/SKBV1/1984, Nomor. 408b,
Nomor. 319a/Menkes/SKB/IV/1984, Nomor. 74a/1984, Nomor. 61/1984
yang disempurnakan dengan nomor, 0372a/P/1989, nomor.
390a/Menkes/SKB/IV 1989, nomor. 140a/1989.

Pola Pembinaan
Pembinaan kesehatan anak, dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pembinaan bayi, balita dan anak pra sekolah (umur 0 - 6 tahun)
2. Pembinaan kesehatan anak usia sekolah (umur 7 - 12 tahun) yang
dibagi menjadi tiga kelompok
 Pra remaja (umur 7 -12 tahun)
 Remaja (13 - 21 tahun)
 Dewasa muda (19-21 tahun)
Pola pembinaan berdasarkan kebutuhan dan permasalahan kesehatan
sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.

3
Alasan Perlunya Upaya Kesehatan Sekolah
1. Anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang rawan terhadap
masalah kesehatan
2. Usia sekolah sangat peka untuk menanamkan pengertian dan
kebiasaan hidup sehat
3. Sekolah merupakan institusi masyarakat yang terorganisasi dengan
baik
4. Keadaan kesehatan anak sekolah akan sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar yang dicapai
5. Anak sekolah merupakan kelompok terbesar dari kelompok usia
anak-anak yang menerapkan wajib belajar
6. Pendidikan kesehatan melalui anak-anak sekolah sangat efektif
untuk merubah perilaku dan kebiasaan Ibu sehat umumnya

B. Latar Belakang Didirikannya Usaha Kegiatan Sekolah


a. Usaha Kesehatan Sekolah dirintis sejak tahun 1956 melalui pilot
project di Jakarta dan Bekasi yang merupakan kerjasama antara
Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan
Departemen Dalam Negeri.
b. UU no 4 „1979 pembinaan anak usia sekolah
c. Usia sekolah rawan kesehatan
d. Menanamkan pengertian & sikap hidup sehat
e. Institusi di masyarakat yang terorganisir dengan baik
f. Meningkatkan prestasi belajar
g. Efektif pendidikan
h. Wajib belajar
i. Dasar kebijakan pelaksanaan usaha kesehatan sekolah adalah undang-
undang nomor 4 tahun 1970 tentang pembinaan anak sekolah
Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan
perserikatan bangsa-bangsa (PBB) World Health Organization (WHO)
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan

4
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan kesehatan
jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, mental,
intelektual, emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang.
Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang
Kesehatan ditegaskan bahwa ”Kesehatan Sekolah” diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan
hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang
secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan
sumber daya manusia yang berkualitas.
Menurut Sumantri, M. (2007) peserta didik itu harus sehat dan
orang tua memperhatikan lingkungan yang sehat dan makan makanan
yang bergizi, sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu dan sehat
(SIS). Dalam proses belajar dan pembelajaran materi pembelajaran
berorientasi pada head, heart dan hand, yaitu berkaitan dengan
pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan. Namun masih diperlukan
faktor kesehatan (health) sehingga peserta didik memiliki 4 H (head,
heart, hand dan health).
C. Definisi Usaha Kegiatan Sekolah
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, UKS adalah
upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang
dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan yankes di
sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka
pembinaan dan pemeliharaan kesehatan dilin program Lingkungan
sekolah.
Menurut Depkes RI, UKS adalah usaha kesehatan masyarakat yang
dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan
hidupnya sebagai sasaran utama. UKS merupakan wahana untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk
perilaku hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan
yang optimal.

5
Menurut Azrul Azwar, UKS adalah bagian dari usaha kesehatan
pokok yang menjadi beban tugas puskesmas yang ditujukan kepada
sekolah-sekolah dengan anak beserta lingkungan hidupnya, dalam rangka
mencapai keadaan kesehatan anak sebaik-baiknya dan sekaligus
meningkatkan prestasi belajar anak sekolah setinggi-tingginya.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan
mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik
usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan
terpadu (integrative) melalui program pendidikan dan penyuluhan
kesehatan. UKS adalah bagian dari usaha kesehatan pokok yang sesuia
beban tugas puskesmas yang di tujukan kepada sekolah-sekolah. Untuk
optimalisasi program UKS perlu ditingkatkan peran serta peserta didik
sebagai subjek dan bukan hanya objek. Dengan UKS ini diharapkan
mampu menanamkan sikap dan perilaku hidup sehat pada dirinya sendiri
dan mampu menolong orang lain. Dari pengertian ini maka UKS dikenal
pula dengan child to child programe. Program dari anak, oleh anak, dan
untuk anak untuk menciptakan anak yang berkualitas.
Usaha kesehatan sekolah atau UKS merupakan usaha yang
dilakukan sekolah untuk menolong murid dan juga warga sekolah yang
sakit di kawasan lingkungan sekolah. UKS biasanya dilakukan di ruang
kesehatan suatu sekolah.
D. Pengorganisasian UKS di Sekolah
Adapun tujuan kegiatan pengorganisasian Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) adalah :
a. Tujuan Umum

1. Meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan dari


peserta didik.
2. Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat bagi pertumbunhan
dan perkembangan yang optimal dalam upaya membentuk manusia
Indonesia yang berkualitas.

6
b. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan pengetahuan sikap dan keterampilan hidup sehat


dari peserta didik.
2. Memandirikan peserta didik untuk dapat berperilaku hidup bersih
dan sehat, seperti tidak merokok, rutin melakukan aktivitas fisik
dan membiasakan mengkonsumsi makanan bergizi.
3. Meningkatkan peran serta para peserta didik dalam usaha
peningkatan lesehatan di sekolah, dirumah dan dilingkungan
masyarakat.
4. Meningkatkan kemampuan hidup para peserta didik agar mampu
melindungi diri terhadap pengaruh pergaulan di lingkungan seperti
penyalahgunaan narkotika dan penggunaanmzat adiktif (Napza) ;
kenakalan remaja; menghindari perilaku seks bebas agar terhindar
dari penyakit menular seksual termasuk Human Imunodefisiensi
Virus (HIV) / Acquired Imuno Defisiensi Syndrome (AIDS).
c. Sasaran Kegiatan UKS

Para peserta didik, masyarkat sekolah (guru, staf sekolah, dan


pengelola pendidikan), dan orang tua murid serta komite sekolah.

Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari


berbagai pendidikan sekolah, mulai dari taman kanak-kanak,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan agama,
pendidikan kejuruan, dan pendidikan khusus (sekolah luar biasa).
Untuk sekolah dasar, UKS diprioritaskan pada kelas satu, tiga, dan
enam karena alasan-alasan berikut ini :
1. Kelas satu
Merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah
yang baru dan mulai lepas dari pengawasan orang tua.
Kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih
besar karena ketidaktahuan dan ketidakmengertian tentang

7
kesehatan. Di samping itu, kelas satu adalah saat yang baik untuk
diberikan imunisasi ulangan. Pada kelas satu ini dilakukan
penjaringan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan yang
mungkin timbul sehingga mempermudah pengawasan untuk
jenjang berikutnya.
2. Kelas tiga
Dilaksanakan di kelas tiga untuk mengevaluasi hasil
pelaksanaan UKS di kelas satu terdahulu dan langkah-langkah
selanjutnya yang akan dilakukan dalam program pembinaan UKS.
3. Kelas enam
Dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke
jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan
dan pemeriksaan kesehatan yang cukup.

d. Ruang Lingkup kegiatan UKS

Adapun ruang lingkup kegiatan UKS dikenal sebagai Trias


UKS. Trias ini meliputi :

1. Pendidik Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik dapat tumbuh kembang sesuai, selaras,
seimbang, dan sehat baik fisik, mental, sosial, maupun lingkungan
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan yang
diperlukan bagi peranannya saat ini maupun dimasa yang
mendatang.
Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), pendidikan
kesehatan ditekankan pda sikap dan perilaku hidup sehat. Hal ini
sesuai dengan definisinya, bahwa KBK merupakan pernyataan
tentang apa yang harus dicapai oleh siswa yang mencakup aspek
kognitif, psikomotor, dan afektif yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Untuk itu, kompetensi yang

8
dituntut pada pendidikan kesehatan diharapkan dapat terefleksikan
dalam cara berpikir dan bertindak di kehidupan sehari-hari.
Tujuan pendidikan kesehatan
1) Peserta didik memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan,
termasuk cara hidup sehat dan teratur
2) Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap yang positif
terhadap prinsip hidup sehat
3) Peserta didik dapat memiliki keterampilan dalam
melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan,
pertolongan, dan perawatan kesehatan.
4) Peserta didik dapat memiliki kebiasaan dalam hidup sehati-hari
yang sesuai dengan syarat kesehatan
5) Peserta didik dapat memiliki kemampuan menalarkan perilaku
hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari
6) Peserta didik dapat memiliki pertumbuhan termasuk
bertambahnya tinggi badan dan berat badan yang seimbang
7) Peserta didik dapat mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip
pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitannya denga
kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari
8) Peserta didik memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk
dari luar
9) Peserta didik dapat memiliki tingkat kesegaran jasmani dan
derajat kesehatan yang optimal serta mempunyai daya tahan
tubuh yang baik terhadap penyakit.
Agar tujuan kesehatan bagi para pendidi dapat tercapai
secara optimal, dalam pelaksanaannya hendaknya memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1) Sesuai dengan tingkat kemampuan dan perbedaan individu
peserta didik
2) Diupayakan sebanyak-banyaknya dengan melibatkan peran
aktif peserta didik

9
3) Sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
4) Sesuai dengan situasi dan kondisi setempat
5) Selalu mengacu pada tujuan pendidikan kesehatan termasuk
upaya alih teknologi
6) Memperhatikan kebutuhan pembangunan nasional
7) Mengikuti atau memperhatikan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekologi
Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui
kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler. Pelaksanaan pendidikan
melalui kegiatan kurikuler adalah pelaksanaan pendidikan
kesehatan pada jam pelajaran sesuai dengan garis-garis besar
program pengajaran mata pelajaran sains dan ilmu pengetahuan
sosial. Pelaksanaannya dilakukan melalui peningkatan
pengetahuan, penanaman nilai, dan sikap positif terhadap prinsip
hidup sehat dan peningkatan keterampilan dalam melaksanakan
hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan
perawatan kesehatan. Materi pendidikan kesehatan di sekolah
dasar yang masuk dalam sains pada KBK adalah kebersihan dan
kesehatan pribadi, makanan bergizi, pendidikan kesehatan
reproduksi, dan pengukuran tingkat kesegaran jasmani.
Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi adalah
salah satu upaya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada
peserta didik dapatmeningkatkan derajat kesehatannya menjadi
lebih baik. Dalam usaha peningkatan kesehatan, masalah
kebiasaan hidup serta menyenangi kebersihan dan keserasian
harus ditanamkan sejak dari kelas satu sekolah dasar, bahkan
sejak di taman kanak-kanak (pra-sekolah). Upaya pertama dan
yang paling utama agar seseorang dapat tetap dalam keadaan
sehat adalah dengan menjaga kebersihan dan kesehatan diri
sendiri, bahkan agama sangat memperhatikan kesehatan pribadi
antara lain dengan aturan bersuci, makan, minum, serta adanya

10
pengaturan dispensasi pelaksanaan ibadah bagi orang sakit.
Upaya menjaga kebersihan dan kesehatan diri sendiri sebenarnya
bukanlah hal yang mudah namun bukan hal yang terlalu sulit
untuk dilaksanakan.
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka
melaksanakan pendidikan kesehatan antara lain pendekatan
individual dan kelompok. Pendekatan kelompok kelas, bebas, dan
lingkungan keluarga. Sedangkan, metode yang dapat digunakan
oleh guru atau Pembina dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan
adalah belajar kelompok, kerja kelompok (penugasan), diskusi,
belajar perorangan, pemberian tugas, pemeriksaan langsung,
karya wisata, bermain peran, ceramah, demonstrasi, Tanya jawab,
simulasi, dramatisasi, dan bimbingan (konseling).
2. Pelayanan Kesehatan
Penekanan utama pada pelayanan kesehatan di sekolah
atau madrasah adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitative)
yang dilakukan secara serasi dan terpadu terhadap peserta didik
pada khususnya dan warga sekolah pada umumnya dibawah
koordinasi guru pembina UKS dengan bimbingan teknis dan
pengawasan puskesmas setempat.
Pelayanan kesehatan di sekolah atau madrasah pada
dasarnya dilaksanakan dengam kegiatan yang komprehensif,
yaitu kegiatan peningkatan kesehatan (promotif) berupa
penyuluhan kesehatan (preventif) berupa kegiatan peningkatan
daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai penularan
penyakit, dan kegiatan penghentian proses penyakit sedini
mungkin, serta selanjutnya adalah kegiatan penyembuhan dan
pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) berupa kegiatan mencegah
cedera atau kecacatan akibat proses penyakit atau untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat

11
dapat berfungsi optimal. Namun demikian, upaya pelayanan
kesehatan di yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi optimal.
Namun demikian, upaya pelayanan kesehatan di sekolah harus
lebih diutamakan pada upaya meningkatkan kesehatan dan upaya
pencegahan penyakit terutama dilaksanakan melalui kegiatan
penjaringan kesehatan siswa kelas satu atau masuk sekolah,
pemeriksaan berkala seluruh siswa, penyuluhan kesehatan dan
imunisasi (Bulan Imunisasi Anak Sekolah – BIAS pada setiap
bulan November).
Tujuan pelayanan kesehatan
Tujuan umum : meningkatnya derajat kesehatan peserta didik dan
seluruh warga masyarakat sekolah secara optimal
Tujuan khusus :
1) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan
tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku
hidup sehat
2) Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap
penyakit dan mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan
cacat.
3) Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi
akibat penyakit atau kelainan, pengembalian fungsi dan
peningkatan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat
agar dapat berfungsi optimal
4) Meningkatkan pembinaan kesehatan baik fisik, mental, sosial,
maupun lingkungan.
Tempat melaksanakan pelayanan kesehatan
1) Di sekolah atau madrasah dilakukan melalui kegiatan
ekstrakulikuler
2) Di puskesmas dan tempat pelayanan kesehatan (misalnya
dokter praktik) yang ada di sekitar sekolah atau madrasah
sesuai kebutuhn.

12
Pelaksanaan pelayanan kesehatan
Dilakukan melalui serangkaian kegiatan peningkatan
status kesehatan (promotif), tindakan pencegahan (preventif),
serta penyembuhan dan pemulihan kesehatan (kuratif dan
rehabilitatif). Pelaksanaan pelayanan kesehatan dilakukan secara
terpadu, baik melalui kegiatan pokok dari puskesmas maupun
bersama dengan peran serta para tenaga pendidik, dan orang tua
mereka.
Kegiatan utama pelayanan kesehatan di sekolah dasar
Pelayanan kesehatan di sekolah dasar diutamakan pada
upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), serta penyembuhan dan pemulihan kesehatan (kuratif
dan rehabilitatif) yang dilaksanakan melalui kegiatan berikut :
1) Peningkatan kesehatan (promotif) dilaksanakan melalui
kegiatan intrakulikuler dan penyuluhan kesehatan serta
latihan keterampilan oleh tenaga kesehatan di sekolah.
Misalnya kegiatan penyuluhan gizi, kesehatan pribadi,
penyakit menular, cara menggosok gigi yang benar, cara
mengukur tinggi dan berat badan, serta cara memeriksa
ketajaman penglihatan.
2) Tindakan pencegahan (preventif) dilaksanakan melalui
kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, pemutusan mata
rantai penularan penyakit, dan penghentian proses penyakit
pada tahap dini sebelum timbul penyakit. Misalnya, imunisasi
yang dilakukan oleh petugs puskesmas, pemberantasan sarang
nyamuk, pengobatan sederhana oleh dokter kecil, kegiatan
penjaringan (skrining) kesehatan bagi siswa SD kelas satu dan
pemeriksaan berkala setiap enam bulan bagi seluruh siswa.
3) Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif)
dilakukan melalui kegiatan pencegahan komplikasi dan
kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan

13
kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat
berfungsi dengan normal lagi.
Kegiatan dapat berupa pengobatan ringan dan
pertolongan pertama di sekolah serta rujukan medis ke
puskesmas untuk mengurangi derita sakit. Kasus kecelakaan,
keracunan atau kondisi lain yang membahayakan nyawa, dan
kasus penyakit khusus.
3. Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat
Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup
pembinaan lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, masyarakat
sekitar, dan unsure-unsur penunjang.
Program Pembinaan lingkungan sekolah
1) Lingkungan fisik sekolah
a) Penyediaan dan pemeliharaan tempat penampungan air
bersih
b) Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah
c) Pengadaan dan pemeliharaan air limbah
d) Pemeliharaan kamar mandi, WC, kakus, urinoar
2) Lingkungan psikis dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
meliputi:
a) Memberikan perhatian terhadap perkembangan peserta
didik
b) Memberikan perhatian khusus terhadap anak-anak didik
yang bermasalah
c) Membina hubungan kejiwaan antara guru dengan peserta
didik
3) Lingkungan sosial dengan kegiatan yang meliputi:
a) Membina hubungan yang harmonis antara guru dengan
guru
b) Membina hubungan yang harmonis antara guru dengan
peserta didik

14
c) Membina hubungan yang harmonis antara peserta didik
dengan peserta didik lainnya
d) Membina hubungan yang harmonis antara guru murid dan
karyawan sekolah, serta masyarakat sekolah.
e. Organisasi Kegiatan UKS

1. Untuk tingkat kecamatan ada Tim pembina UKS yang bertugas


untuk :
a) Mengoordinasi penyelenggaraan UKS yang diselengarakan
oleh sekolah-sekolah yang ada dikecamatan.
b) Pembinaan terhadap kelangsungan kegiatan proga UKS di
tingkat kecamatan.
2. Di tingkat sekolah terdapat tim pelaksana penyelenggaraan progam
UKS di sekolahnya.
Adapun Susunan pengurus Tim Pembina UKS tingkat
kecamatan adalah :

Ketua : Camat

Wakil Ketua : Dokter pimpinan Puskesmas

Sekretaris : Staf Puskesmas yang mengurusi progam UKS

Bendahara : Staf kecamatan yang ditunjuk camat

Anggota : Staf Puskesmas, Pengawas Sekolah Kecamatan,


Kepala Perwakilan Depag kecamatan, Staf Kepramukaan
Kecamatan, serta Ketua PKK Kecamatan

Sedangkan Susunan Tim Pelaksana UKS di sekolah adalah :

Ketua : Kepala Sekolah

Wakil Ketua : Guru yang ditunjuk kepala sekolah

Instruktur : Para guru yang telah dilatih UKS

15
Pembantu Umum : Staf sekolah yang dintunjuk kepala sekolah

Dalam pengembangan sekolah-sekolah UKS setiap tahun,


dapat diselenggarkan lomba antar sekolah. Demikian pula untuk
pengembangan UKS diberbagai sekolah, dapat dilakukan
akreditasi. Adapun akreditasi UKS dimulai dari yang terendah
sampai yang terbaik adalah akreditasi minimal, akreditasi standar,
akreditasi optimal dan yang terakhir paling baik disebut akreditasi
paripurna.

Untuk menyertakan sekolah dalam lomba UKS, masing-


masing sekolah harus menampilkan tingkatan peripurna.
Penilainanya berupa implementasi dari Trias UKS.

f. Akreditasi untuk Strata Minimal

Pendidikan Kesehatan :

Mengintegrasikan Pendidikan Jasmani dalam pengetahuan


UKS. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyediakan buku bacaan
tentang pendidikan kesehatan di sekolah.

Pelayanan Kesehatan :

Dilaksanakan penyuluhan ksehatan secara periodik, terjadwal


dan berkelanjutan, termasuk untuk kesehatan gigi, gizi dan imunisasi.
Hal ini dapat dilakukan dengam cara tyersedianya buku bagi guru
mengenai deteksi yang dipimpin oleh murid secara nergilir dan dicata.

Pembinaan lingkungan Sekolah Sehat :

1. Tersedia air bersih untuk dijadikan sumber air minum di sekolah.


2. Ada tempat untuk cuci tangan ( tersedia air dan sabun ).
3. Adanya WC/jamban keluarga yang berfungsi dan terawat higienis.
4. Ada saluran pembungan air kotor yang berfungsi dan terawat
dengan baik.

16
5. Adanya halaman bermain.
6. Memiliki pojok UKS.
7. Memiliki kantin sekolah yang bersih.
8. Adanya kegiatan kerja bakti pembersihan lingkungan sekolah dan
kelas tiap minggu sekali.
g. Akreditasi untuk Strata Standar

Pendidikan Kesehatan :

Sama seperti strata minimal diatas, ditambah tersedianya alat peraga


pendidikan jasmani.

Pelayanan Kesehatan :

Sama seperti strata minimal diatas, ditambah adanya pencatatan hasil


pengukuran Berat Bdan (BB) dan Tinggi Badan (TB), dilakukan
penyaringam kesehatan, dilakukan kegiatan sikat gigi bersama, ada
pencatatan hasil pemeriksaan kesehatan dalam buku, dan adanya catatan
rujukan murid ke Puskesmas bila diperlukan.

Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat :

1. Telah memenuhi persyaratan strata minimal.


2. Memiliki pagar yyang mengelilingi sekolah.
3. Terdapat area penghijauan atau perindangan (taman / kebun sekolah /
toga).
4. Terdapat air bersih di sekolah dengan jumlha yang cukup.
5. Memliki ruang kelas dengan kepadatan minimal 1:1,75 m2/ anak.
6. Memiliki ruang UKS dengan peralatan yang sederhana.
7. Lingkungan sekolah bebas jentik nyamuk.
8. Melaksanakan progam, sekolah dengan kawasan tanpa rokok.
9. Ada halaman bermain yang cukup luas disertai sarana bermain yang
memadai.

17
h. Akreditasi untuk Strata Paripurna

Pendidikan Kesehatan:

1. Dipenuhinya persyaratan strata optimal ditambah:


2. Memiliki guru Pembina UKS yang tersertifikasi
3. Adanya program kemitraan pendidikan kesehatan dengan instansi
terkait, kesehatan, Pertanian, Peternakan, dan lain-lain

Pelayanan Kesehatan:

1. Memenuhi persyaratan strata optimal, ditambah:


2. Dilakukan penyuluhan kepada orang tua murid tentang makanan yang
sehat, aman, dan bergizi
3. Dilakukan pengukuran tes kemampuan motorik

Pembinaan Lingkungan:

1. Memiliki persyaratan strata optimal


2. Adanya tempat cuci tangan di setiap kelas dengan air mengalir atau
keran dan dilengkapi sabun
3. Adanya sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan
4. Sampah langsung diangkat dan dibuang ke tempat pembuangan
sampah (TPS) yang berada di luar sekolah (TPS umum)
5. Ratio atau jamban siswa ada 1:20
6. Terdapat saluran pembuangan air yang tertutup
7. Memiliki pagar sekolah yang aman dan indah
8. Adanya halaman bermain yang cukup luas dan sarana bermain yang
beraneka ragam
9. Adanya taman/ kebun sekolah/toga yang dimanfaatkan sebagai sarana
belajar dengan diberi label nama/ manfaat.
10. Memiliki ruang UKS tersendiri dengan peralatan yang ideal.

18
i. Sarana dan Prasarana UKS
Mengenai sarana dan prasarana UKS dijelaskan oleh Djonet
Soetatmo (1982, 122 – 123) meliputi : 1) ruang UKS atau klinik sekolah,
2) alat-alat pemeriksaan yang diperlukan, 3) alat- alat P3K, 4) Obat-obatan
sehari-hari yang diperlukan. Berdasarkan kelengkapannya dapat dibagi
menjadi :
a) Sarana dan Prasarana Sederhana meliputi :
1. Tempat tidur
2. Timbangan berat badan, alat ukur tinggi badan, Snellen Chart.
3. Kotak P3K dan obat-obatan (Betadin, Oralit, Parasetamol).
4. Minimal melaksanakan TRIAS UKS yang Pendidikan Kesehatan.
5. Memiliki kader Tiwisada/ KKR sebanyak 5% dari jumlah siswa.
b) Sarana dan Prasarana Lengkap meliputi :
1. Tempat tidur.
2. Timbangan berat badan, alat ukur tinggi badan, Snellen Chart.
3. Kotak P3K dan obat-obatan (Betadin, Oralit, Parasetamol).
4. Lemari obat, buku rujukan KMS, poster-poster, struktur
organisasi, jadwal piket, tempat cuci tangan, data kesakitan
murid.
5. Melaksanakan TRIAS UKS yang Pendidikan Kesehatan dan
pelayanan kesehatan.
6. Memiliki kader Tiwisada/ KKR sebanyak 6-9% dari jumlah
siswa.
c) Sarana dan Prasarana ideal meliputi :
1. Tempat tidur
2. Timbangan berat badan, alat ukur tinggi badan, Snellen Chart.
3. Kotak P3K dan obat-obatan (Betadin, Oralit, Parasetamol).
4. Lemari obat, buku rujukan KMS, poster-poster, struktur
organisasi, jadwal piket, tempat cuci tangan, data kesakitan murid.
5. Peralatan gigi dan unit gigi.
6. Contoh-contoh model organ tubuh.

19
7. Melaksanakan TRIAS UKS yang Pendidikan Kesehatan,
pelayanan kesehatan, dang pembinaan hidup lingkungan
kehidupan sekolah.
8. Memiliki kader Tiwisada/ KKR sebanyak 10% dari jumlah siswa
j. Peran Sekolah dalam Meningkatkan Kesehatan
Pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi peserta didik
yang dapat mengancam kesehatan fisik dan jiwanya. Tidak sedikit
anak yang menunjukkan perilaku tidak sehat, seperti lebih suka
mengkonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi lemak, gula, garam,
rendah serat, meningkatkan risiko hipertensi, diabetes melitus dan
obesitas, dan sebagainya. Apalagi sebelum makan tidak mencuci
tangan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan masukkan bibit
penyakit ke dalam tubuh. Selain itu meningkatnya perokok pemula,
usia muda, atau usia peserta didik sekolah sehingga risikonya akan
mengakibatkan penyakit degeneratif. Perilaku tidak sehat lainnya yang
mengkhawatirkan adalah melakukan pergaulan bebas, sehingga
terjerumus ke dalam penyakit masyarakat seperti penggunaan narkoba
atau tindakan kriminal. Apalagi perilaku tidak sehat ini, disebabkan
lingkungan yang tidak sehat, seperti kurang bersihnya rumah, sekolah,
atau lingkungan masyarakatnya.
Tantangan lain tentang perilaku tidak sehat muncul dari diri
peserta didik sendiri. Aktifitas fisik mereka kurang bergerak, olahraga
pun kurang, malas sehingga tidak bergairah baik di rumah maupun
atau di sekolah. Peserta didik pun cenderung lebih menyukai dan
banyak menonton televisi, bermain video games, dan play station,
sehingga mengakibatkan fisiknya kurang bugar. Akibatnya mereka
rentan mengalami sakit dan beresiko terhadap berbagai penyakit
degeneratif di usia dini. Untuk itu diperlukan fasilitas dan program
pendidikan jasmani atau olah raga memadai dan terprogram dengan
baik, di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitar. Hal ini sangat
mendukung dan memungkinkan peserta didik untuk bergerak,

20
berkreasi, dan berolah raga dengan bebas, menyenangkan dan
bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran fisiknya. Kesehatan fisik
peserta didik berkorelasi positif terhadap kematangan emosi sosialnya.
Guru atau orang tua perlu memberikan bekal yang penting bagi
peserta didik yaitu menciptakan kematangan emosi-sosialnya agar
dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk
tantangan untuk berhasil secara akademik. Peserta didik pun akan
mampu mengendalikan stress yang dialaminya, karena jika stress
tidak dikendalikan akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit
dan akan menjadi kendala untuk keberhasilan belajarnya.
Untuk menghadapi berbagai tantangan yang dapat mengancam
kesehatan fisik dan jiwanya tersebut sekolah memilkki peran yang
penting untuk menciptakan dan meningkatkan kesehatan peserta didik.
Upaya yang dilakukan antara lain dengan menciptakan lingkungan
“Sekolah Sehat” (Health Promoting School/HPS) melalui UKS.
Konsep inilah yang oleh Badan Kesehatan Dunia WHO disebut HPS
(Health Promoting Schools) atau Sekolah Promosi Kesehatan
sehingga “a health setting for living, learning and working” dengan
tujuan (goal) “Help School Become Health Promoting Schools.”
Program UKS ini hendaknya dilaksanakan dengan baik sehingga
sekolah menjadi tempat yang dapat meningkatkan atau
mempromosikan derajat kesehatan peserta didiknya.
Menurut WHO (Depkes, 2008) ada enam ciri utama sekolah
yang dapat mempromosikan atau meningkatkan kesehatan, yaitu:
1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah
kesehatan sekolah, yaitu peserta didik, orang tua, dan para tokoh
masyarakat maupun organisasi-organisasi di masyarakat.
2. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan
aman, meliputi sanitasi dan air yang cukup, bebas dari segala
macam bentuk kekerasan, bebas dari pengaruh negatif dan
penyalahgunaan zat-zat berbahaya, suasana yang mempedulikan

21
pola asuh, rasa hormat dan percaya. Diciptakannya pekarangan
sekolah yang aman, adanya dukungan masyarakat sepenuhnya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan dengan mengembangkan
kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta
didik yang positif terhadap kesehatan, serta dapat
mengembangkan berbagai keterampailan hidup yang mendukung
kesehatan fisik, mental dan sosial. Selain itu, memperhatikan
pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun orang
tua.
4. Memberikan akses (kesempatan) untuk dilaksanakannya
pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu penyaringan, diagnose dini,
pemantauan dan perkembangan, imunisasi, serta pengobatan
sederhana. Selain itu, mengadakan kerja sama dengan puskesmas
setempat, dan mengadakan program-program makanan begizi
dengan memperhatikan „keamanan‟ makanan.
5. Menerapkan kebijakan-kebijakan dan upaya-upaya di sekolah
untuk mempromosikan atau meningkatkan kesehatan, yaitu
kebijakan yang didukung oleh seluruh staf sekolah termasuk
mewujudkan proses pembelajaran yang dapat menciptakan
lingkungan psikososial yang sehat bagi seluruh masyarakat
sekolah. Kebijakan berikutnya memberikan pelayanan yang ada
untuk seluruh peserta didik. Terakhir. kebijakan-kebijakan dalam
penggunaan rokok, penyalahgunaan narkotika termasuk alkohol
serta pencegahan segala bentuk kekerasan/pelecehan.
6. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan
kesehatan masyarakat, dengan cara memperhatikan masalah
kesehatan yang terjadi di masyarakat. Cara lainnya berpartisipasi
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat.
Upaya mengembangkan “Sekolah Sehat” (Health Promoting
School/HPS) melalui program UKS perlu disosialisasikan dan
dilakukan dengan baik. melalui pelayanan kesehatan (yankes) yang

22
didukung secara mantap dan memadai oleh sektor terkait lainnya,
seperti partisipasi masyarakat, dunia usaha, dan media massa.
Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran harus
menjadi HPS, yaitu sekolah yang dapat meningkatkan derajat
kesehatan warga sekolahnya. Upaya ini dilakukan karena sekolah
memiliki lingkungan kehidupan yang mencerminkan hidup sehat.
Selain itu, mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal,
sehingga terjamin berlangsungnya proses pembelajaran dengan baik
dan terciptanya kondisi yang mendukung tercapainya kemampuan
peserta didik untuk beperilaku hidup sehat. Semua upaya ini akan
tercapai bila sekolah dan lingkungan dibina dan dikembangkan.
Pembinaan lingkungan sekolah sehat dilakukan melalui
pemeliharaan sarana fisik dan lingkungan sekolah, melakukan
pengadaan sarana sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan
yang bersih dan sehat, melakukan kerja sama dengan masyarakat
sekitar sekolah yang mengandung lingkungan besih dan sehat, dan
melakukan penataan halaman, pekarangan, apotik hidup dan pasar
sekolah yang aman.
Upaya lain yang dilakukan dalam pembinaan lingkungan
sekolah sehat dan promosi gaya hidup sehat melalui pendekatan life
skills education atau pendidikan kecakapan hidup. Setiap individu
akan mengalami kehidupan yang sehat fisik dan mentalnya apabila
dapat menuntaskan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan
usianya. Implikasi tugas perkembangan ini terhadap pendidikan
adalah bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan perlu disusun
struktur kurikulum yang muatannya dapat memfasilitasi
perkembangan kesehatan sebagai suatu kecakapan hidup (life skills).
Kecakapan hidup adalah kecakapan yang diperlukan untuk hidup.
yang meliputi pengetahuan, mental, fisik, sosial, dan lingkungan
untuk mengembangkan dirinya secara menyeluruh untuk bertahan
hidup dalam berbagai keadaan dengan berhasil, produktif, bahagia,

23
dan bermartabat. WHO atau (World Health Organization)
mendefinisikan kecakapan hidup sebagai keterampilan atau
kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang
memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan
tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Selain itu, dapat
membantu seseorang menarik keputusan yang tepat, berkomunikasi
secara efektif, dan membangun keterampilan mengelola diri sendiri
yang dapat membantu mereka mencapai hidup yang sehat dan
produktif. Sedangkan UNICEF memberikan definisi tentang
kecakapan hidup yang merujuk pada kecakapan psiko-sosial dan
interpersonal yang dapat membantu orang untuk mengambil
keputusan yang tepat, berkomunikasi secara effektif, memecahkan
masalah, mengatur diri sendiri, dan mengembangkan sikap hidup
sehat dan produktif.
Pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas konsep bahwa
peserta didik perlu learning to be (belajar untuk menjadi), learning
to learn (belajar untuk belajar) atau learning to know (belajar untuk
mengetahui), learning to live with others (belajar untuk hidup
bersama), dan learning to do (belajar untuk melakukan).
Berdasarkan konsep ini, kecakapan hidup terbagi atas empat kategori
yaitu kecakapan hidup personal learning to be), kecakapan hidup
social (learning live with others), kecakapan hidup akademik
(learning to learn/ learning to know), dan kecakapan hidup
vokasional (learning to do).
Kecakapan personal (personal skill), meliputi kecakapan
dalam memahami diri (self awareness skill) dan kecakapan berfikir
(thinking skill). Bagi peserta didik mempraktekkan kecakapan
personal penting untuk membangun rasa percaya diri,
mengembangkan akhlak yang mulia, mengembangkan potensi, dan
menanamkan kasih sayang dan rasa hormat kepada orang lain.
Kecakapan sosial (social skill), meliputi kecakapan berkomunikasi

24
(communication skill) dan kecakapan bekerja sama (collaboration
skill). Mempraktekkan kecakapan sosial penting untuk membantu
peserta didik mengembangkan hubungan yang positif, secara
konstruktif mengelola emosi dan meningkatkan partisipasi dalam
kegiatan yang menguntungkan masyarakat. Kecakapan akademik
(academic skill) atau kecakapan intelektual. Mempraktekkan
kecakapan akademik penting untuk membantu peserta didik
memperoleh kecakapan ilmiah, teknologi dan analitis yang
diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam lembaga pendidikan
formal dan tempat kerja. Kecakapan vokasional (vocational skill)
atau kemampuan kejuruan terbagi atas kecakapan vokasional dasar
(basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus
(occupational skill). Mempraktekkan kecakapan vokasional penting
untuk membekali peserta didik dengan kecakapan teknis dan sikap
yang dituntut oleh perusahaan atau lembaga yang menyediakan
lapangan kerja.
Keempat jenis kecakapan hidup itu menghasilkan individu
yang memiliki kesehatan jasmani dan rokhani, lahir atau bathin yang
diperlukan untuk bertahan dalam lingkungan apa pun. Peserta didik
memiliki kemampuan untuk memanfaatan semua sumber daya
secara optimal, sehingga akan meningkatkan kualitas pendidikan dan
kualitas hidupnya. Kecakapan hidup yang diperoleh oleh peserta
didik melalui proses belajar bukan terjadi begitu saja, dapat
dipraktekkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya
dengan diberi contohnya oleh guru, orang tua dan anggota
masyakarat. Kecakapan hidup membantu peserta didik secara positif
dan adaptif mengatasi situasi dan tuntutan hidup sehari-hari. Untuk
itu sekolah mengembangan kecakapan hidup peserta didik antara
lain menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, bekerja sama
dengan masyarakat menyediakan berbagai keperluan sekolah

25
menciptakan dan meningkatkan kesehatan peserta didiknya, baik
fisik maupun non fisik.
E. Peran Perawat Kesehatan Sekolah
a. Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah, perawat
mempunyai peran :
a) Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik
dengan melakukan pengumpulan data, analisis data, serta
permusan dan prioritas masalah
b) Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama Tim Pembina
Usaha Kesehatan di Sekolah (TPUKS)
c) Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan
yang disusun
d) Menilai dan mamantau hasil kegiatan UKS
e) Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan
b. Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas di
puskesmas menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS atau dapat
juga ditunjukan sebagai seorang coordinator UKS di tingkat
puskesmas. Bila perawat kesehatan ditunjuk sebagai coordinator
maka pengelolaan pelaksanaan UKS menjadi tanggung jawabnya
atau paling tidak ikut terlibat dalam tim pengelola UKS.
c. Sebagai penyulu dalam bidang kesehatan, peranan perawat kesehatan
dalam memberikan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan secara
langsung (melalui penyuluhan kesehatan yang bersifat umum dan
klasikal) atau tidak langsung sewaktu melakukan pemeriksaan
kesehatan peserta didik secara perseorangan.
d. Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada
di sekolah
e. Memberikan kotribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki
lingkungan fisik dan sosial sekolah

26
f. Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program
kesehatan masyarakat yang lain.

2.2 Model-model Usaha Kesehatan Sekolah


Promosi kesehatan di Sekolah menggunakan model holistik meliputi
hubungan antar aspek kesehatan, yaitu fisik, mental, sosial dan lingkungan.
Konsep ini melibatkan keluarga, guru dan masyarakat lingkungann sekolah
untuk berpartisipasi dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anak
sekolah tentang dan menunjukkan makna lingkungan sebagai penyumbang
kesehatan anak seperti kondisi fisik sekolah, sanitasi, air bersih, lingkungan
bermain.
Adapun model lain yang digunakan dalam UKS adalah:
Model layanan program UKS terintegrasi

27
Keterangan:
1. Tim pelaksana UKS mengidentifikasi dan merencanakan kegiatan
layanan program UKS pada lembaga PAUD yang meliputi trias UKS
(pendidikan kesehatan, layanan kesehatan dan pembinaan lingkungan

28
sekolah sehat) dengan menyesuaikan kemampuan atau kondisi lembaga
masing-masing.
2. Tim pelaksana memastikan dalam setiap rancangan program pengajaran
harian (RPPH) ada muatan kegiatan layanan program UKS apapun tema
yang diambil pada hari itu, mulai dari:
a. Bagian awal RPPH Pada bagian awal harus ada muatan layanan
program UKS baik berupa aktifitas siswa secara fisik, nyanyian, do‟a,
maupun kegiatan guru dalam menjelaskan kegiatan apa yang akan
dilakukan pada hari itu.
b. Bagian inti RPPH Pada bagian inti layan program UKS memuncul
secara nyata dalam setiap kegiatan yang dirancang untuk aktifitas
anak baik pembelajaran dengan pendekatan are, sentra ataupun
pendekatan yang lain sesuai dengan pendekatan pembelajaran
lembaga masing-masing.
c. Bagian akhir RPPH Pada bagian ini harus ada kegiatan layanan UKS
baik berupa nyanyian, do‟a, maupun ketika guru melakukan
pengulasan kegiatan, evaluasi atau penilaian kegiatan hari itu.
3. Langkah berikutnya tim pelaksana berperan dalam penentuan konstruksi
ruang dan bangunan, sarana air bersih dan sanitasi, halaman,
pencahayaan, ventilasi, kebisingan, kepadatan kelas, jarak papan tulis,
meja atau kursi yang akan digunakan untuk siswa, vektor penyakit,
kantin/warung sekolah, maupun media pembelajaran yang akan dipakai,
yang kesemuanya itu diharapkan dapat menjaga kesehatan anak dan tidak
membahayakan untuk aktifitas anak setiap hari di lembaga PAUD.

2.3 Kebijakan Usaha Kesehatan Sekolah

Untuk mendukung peningkatan proses pembelajaran yang lebih baik,


maka program peningkatan kualitas jasmani dan pengembangan sekolah sehat
akan terus dilaksanakan. Sehingga dapat terbentuk peserta didik yang sehat
dan bugar serta sekolah yang memenuhi standar sekolah sehat. Cara yang

29
dilakukan adalah mengoptimalkan berbagai upaya pengembangan sekolah
sehat antara lain dilakukan upaya peningkatan kemampuan profesionalisme
guru dan tenaga pendidik melalui berbagai pelatihan, bimbingan dan
penyuluhan, serta upaya-upaya sosialisasi dan implementasi di bidang UKS,
pendidikan kesehatan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan jasmani dan
kebugaran jasmani. Mengefektifkan pengkajian dan pengembangan
pendidikan antara lain dengan lebih memfokuskan upaya pengkajian dalam
rangka meningkatkan kemampuan hidup sehat, melaksanakan evaluasi yang
sesuai dengan upaya peningkatan kualitas jasmani dan pengembangan
sekolah sehat. Mengintensifkan pengkajian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi antara lain dengan memantapkan pengembangan
program dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan melaksanakan
pengkajian dan pengembangan bidang pengukuran, standarisasi, evaluasi
dalam rangka upaya peningkatan kualitas jasmani dan pengembangan sekolah
sehat. Meningkatkan kegiatan analisis kajian kesegaran jasmani, pendidikan
jasmani dan pendidikan rekreasi yang dapat bermanfaat langsung bagi peserta
didik, tenaga kependikan dan masyarakat serta menunjang peningkatan mutu
pendidikan.

Pengelolaan UKS

Pelaksanaan UKS ayau orang vang terlibat dalam pelaksanaan


kegiatan usaha kesehatan sekolah adalah :

1. Guru UKS
2. Peserta didik
3. Petugas kesehatan dari puskesmas
4. Masyarakat sekolah (BP3)

Prinsip-Prinsip Pengelolaan

1. Mengikutsertakan peran serta aktif masyarakat sekolah


2. Kegiatan yang terintegrasi
3. Melaksanakan rujukan

30
4. Kolaborasi tim

Kerjasama Lintas Sektor

Dalam kegiatan usaha kesehatan sekolah melibatkan berbagai


departemen terkait sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) di atas
sebagai berikut :

1. Departemen Kesehatan
2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
3. Departemen Dalam Negeri
4. Departemen Agama

Implementasi Transformasi UKS di Dinas Kesehatan

Untuk meningkatkan program UKS maka dilakukan transformasi


yang dapat diterapkan di Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota berupa:

1. Tim Pembina Kemkes dan Dinas Kesehatan menjadi pemeran utama


dalam melaksanakan pelayanan kesehatan sekolah;
2. Pelaksanaan Trias UKS di Dinas Kesehatan untuk mereplikasikan model
sekolah sehat;
3. Pelayanan kesehatan sekolah satu pintu di bawah koordinasi petugas
UKS Puskesmas;
4. Menempatkan UKS pada SOTK baru sejalan SOTK Pusat;
5. Melakukan penghargaan kepada Kab/Kota yang memiliki indeks sekolah
sehat tertinggi.

Dalam mengimplementasikan transformasi UKS Dinas Kesehatan


dapat mendirikan model indikator sekolah sehat seperti indikator fisik;

1. Jumlah murid dengan status gizi normal;


2. Memiliki sarana air bersih yang memadai dan jamban yang saniter
mencukupi;
3. Memiliki sarana cuci tangan dan tempat sampah yang mencukupi;

31
4. Melakukan CTPS;
5. Sarapan/makan siang dan sikat gigi bersama;
6. Melakukan aktivitas fisik secara teratur;
7. Melakukan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala.

Indikator mental meliputi:

1. Memberikan pendidikan keterampilan hidup sehat (kompetensi


psikososial) di sekolah, dan Sosial;
2. Wilayah KTR (kawasan tanpa rokok);
3. Wilayah KTN (kawasan tanpa narkoba);
4. Wilayah KTK (kawasan tanpa kekerasan);
5. Mempunyai kader kesehatan sekolah/ dokter kecil yang jumlahnya cukup
dan
6. Angka ketidakhadiran karena sakit yang rendah.

2.4 Promosi Kesehatan pada Usaha Kesehatan Sekolah


A. Arti Penting Promosi Kesehatan Sekolah

Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk


menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan utama (a)
penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,(b) pemeliharaan dan pelayanan
di sekolah, dan (c) upaya pendidikan yang berkesinambungan. Ketiga
kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS. Dari segi populasi,
promosi kesehatan di sekolah dapat menjangkau 2 jenis populasi, yaitu
populasi anak sekolah dan masyarakat umum/keluarga.

Sekolah mendukung pertumbuhan dan perkembangan alamiah


seorang anak, sebab di sekolah seorang anak dapat mempelajari berbagai
pengetahuan termasuk kesehatan. Promosi kesehatan di sekolah membantu
meningkatkan kesehatan siswa, guru, karyawan, keluarga serta masyarakat
sekitar, sehingga proses belajar mengajar berlangsung lebih produktif.

32
Dalam promosi kesehatan sekolah, keluarga anak sekolah dapat
dipandang sebagai 2 aspek yaitu

a) Sebagai pendukung keberhasilan program promosi kesehatan di


sekolah (support side)
b) Sebagai pihak yang juga memperoleh manfaat atas berlangsungnya
promosi kesehatan di sekolah itu sendiri (impact side)

Pada segi pendukung keberhasilan, promosi kesehatan di sekolah


seringkali akan lebih berhasil jika mendapat dukungan yang memadai dari
keluarga si murid. Hal terkait dengan intensitas hubungan antara anak dan
keluarga, dimana sebagian besar waktu berinteraksi dengan keluaraga
lebih banyak. Pada segi pihak yang turut memperoleh manfaat, peran
orang tua yang memadai, hangat, membantu serta berpartisipasi aktif akan
lebih menjamin keberhasilan program promosi kesehatan. Sebagai contoh
bila di sekolah dilakukan kampanya perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
kemudian dirumah orang tua juga menyediakan fasilitas CTPS, maka
perilaku anak akan lebih lestari (sustainable). Bentuk dukungan orang tua
ini meyakinkan bahwa tindakan cuci tangan pakai sabun merupakan
tindakan yang benar, baik di sekolah maupun di rumah.

B. Strategi Promosi Kesehatan


WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di sekolah yaitu:
a) Advokasi
Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat
ditentukan oleh dukungan dariberbagai pihak yang terkait dengan
kepentingan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan masyarakat
sekolah. Guna mendapatkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak
terkaittersebut perlu dilakukan upaya-upaya advokasi untuk
menyadarkan akan arti penting program kesehatan sekolah. Advokasi
lebih ditujukan kepada berbagai pihak yang akan menentukan

33
kebijakan program, termasuk kebijakan yang terkait dana untuk
kegiatan.
b) Kerjasama
Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat
bermanfaat bagi jalannya programpromosi kesehatan sekolah. Dalam
kerjasama ini berbagai pihak dapat saling belajar danberbagi
pengalaman tentang keberhasilan dan kekurangan program, tentang
caramenggunakan berbagai sumber daya yang ada, serta
memaksimalkan investasi dalampemanfaatan untuk melakukan
promosi kesehatan.
c) Penguatan kapasitas
Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di
sekolah harus dapat dilaksanakan secara optimal. Untuk itu berbagai
sektor terkait harus diyakini dapat memberikan dukungan untuk
memperkuat program promosi kesehatan di sekolah. Dukungan
berbagai sektor ini dapat terkait dalam rangka penyusunan rencana
kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program promosi
kesehatan sekolah.
d) Kemitraan
Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah,
LSM maupun usaha swasta akan sangat mendukung pelaksanaan
program promosi kesehatan sekolah. Disamping itu, dengan kemitraan
akan dapat mendorong mobilisasi guna meningkatkan status kesehatan
di sekolah.
e) Penelitrian

Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan


dan penilaian program promosi kesehatan. Bagi sektor terkait,
penelitian merupakan akses untuk masuk dalam mengembangkan
promosi kesehatan di sekolah baik secara nasional maupun regional,

34
disamping untuk melakukan evaluasi peningkatan PHBS siswa
sekolah.

C. Ciri “SEKOLAH PROMOSI KESEHATAN”

Menurut WHO terdapat enam ciri-ciri utama dari suatu sekolah


untuk dapat menjadi sekolah yang mempromosikan/meningkatkan
kesehatan, yaitu :

1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan


sekolah yaitu peserta didik, orangtua dan para tokoh masyarakat
maupun organisasi-organisasi di masyarakat
2. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan sehat dan aman,
meliputi :
 Sanitasi dan air yang cukup
 Bebas dari segala macam bentuk kekerasan
 Bebas dari pengaruh negatif dan penyalahgunaan yang berbahaya
 Suasana yang memperdulikan pola asuh, rasa hormat dan saling
percaya
 Pekarangan sekolah yang aman
 Dukungan masyarakat yang sepenuhnya
3. Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan :
 Kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta
didik yang positif terhadap kesehatan serta dapat mengembangkan
berbagai ketrampilan hidup yang mendukung kesehatan fisik,
mental dan sosial
 Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru
maupun orangtua 4.
4. Memberikan akses untuk di laksanakannya pelayanan kesehatan di
sekolah, yaitu :
 Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi serta pengobatan sederhana
 Kerjasama dengan Puskesmas setempat

35
 Adanya program-program makanan bergizi dengan memperhatikan
“keamanan” makanan
5. Menerapkan kebijakan dan upaya di sekolah untuk mempromosikan
dan meningkatkan kesehatan, yaitu :
 Kebijakan yang di dukung oleh staf sekolah termasuk mewujudkan
proses belajar mengajar yang dapat menciptakan lingkungan
psikososial yang sehat bagi seluruh masyarakat sekolah
 Kebijakan-kebijakan dalam memberikan pelayanan yang adil untuk
seluruh siswa
 Kebijakan-kebijakan dalam penggunaan rokok, penyalahgunaan
narkoba termasuk alkohol serta pencegahan segala bentuk
kekerasan/pelecehan
6. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan
masyarakat, dengan :
 Memperhatikan adanya masalah kesehatan masyarakat yang terjadi
 Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat

Untuk itulah sekolah harus menjadi suatu “tempat” yang dapat


meningkatkan/mempromosikan derajat kesehatan peserta didiknya.
Konsep inilah yang oleh Organisasi Kesehatan Dunia di sebut dengan
menciptakan “Health Promotion School” atau sekolah promosi kesehatan.
Dapat dikatakan program Usaha Kesehatan Sekolah dilaksanakan dengan
baik pada sekolah tersebut.

Pada dasarnya, setiapnya sekolah memiliki kemampuan dan


kebutuhan yang berbeda-beda sesuai situasi dan kondisinya masing-
masing dalam mewujudkan “Sekolah Promosi Kesehatan”. Namun yang
terpenting adalah bagaimana ia dapat menggunakan “kekuatan
organisasinya” secara optimal untuk dapat meningkatkan kesehatan
masyarakat sekolah.

36
D. Program Dokter Kecil
a. Pengertian
Dokter kecil adalah siswa yang memenuhi kriteria dan telah
terlatih untuk ikut melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan
lingkungannya.
b. Tujuan
1. Tujuan umum meningkatnya partisipasi siswa dalam program
UKS
2. Tujuan Khusus
a) Agar siswa dapat menjadi penggerak hidup sehat di
sekolah,di rumah dan lingkungannya.
b) Agar siswa dapat menolong dirinya sendiri, sesama siswa dan
orang lain untuk hidup sehat.
c. Kriteria peserta :
1. Siswa kelas 4 atau 5 SD atau MI dan belum pernah mendapatkan
pelatihan dokter kecil.
2. Berprestasi sekolah.
3. Berbadan sehat.
4. Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab.
5. Berpenampilan bersih dan berperilaku.
6. Berbudi pekerti baik dan suka menolong.
7. Izin orang tua.
d. Tugas dan kewajiban dokter kecil
1. Selalu bersikap dan berperilaku sehat.
2. Dapat menggerakkan sesama teman-teman siswa untuk bersama-
sama menjalankan usaha kesehatan terhadap dirinya masing-
masing.
3. Berusaha bagi tercapainya kesehatan lingkungan yang baik di
sekolah maupun di rumahMembantu guru dan petugas kesehatan
pada waktu pelaksanaan pelayanan kesehatan di sekolah.

37
4. Berperan aktif dalam rangka peningkatan kesehatan ,antara lain :
Pekan Kesehatan Gigi, Pekan Kesehatan Mata, dan lain-lain.
e. Kegiatan dokter kecil
1. Menggerakkan dan membimbing teman melaksanakan.
a) Pengamatan kebersihan dan kesehatan pribadi.
b) Pengukuran Tinggi Badan dan Berat badan.
c) Penyuhan Kesehatan.
2. Membantu petugas kesehatan melaksanakan pelayanaan kesehatan
di sekolah , antara lain :
a) Distribusi obat cacing, vitamin dan lain-lain.
b) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
c) Pertolongan Pertama Pada Penyakit.
3. Pengenalan dini tanda-tanda penyakit.
4. Pengamatan kebersihan Ruang UKS, warung sekolah dan
lingkungan sekolah
5. Pengamatan kebersihan di sekolah separti halaman sekolah, ruang
kelas, perlengkapan, persediaan air bersih, tempat cuci, WC,kamar
mandi, tempat sampah dan saluran pembuangan termasuk PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk).
6. Pencatatan dan pelaporan, antara lain Buku harian Dokter Kecil.
7. Melaporkan hal-hal khusus yang ditemuinya kepada guru UKS/
Kepala Sekolah/Guru yang ditunjuk.
E. Program Perawat Kecil
a. Pengertian
Perawat kecil adalah siswa yang memenuhi kriteria dan telah terlatih
untuk ikut melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan
lingkungannya.
b. Tujuan
1. Tujuan umum meningkatnya partisipasi siswa dalam program
UKS.

38
2. TujuanKhusus
a) Agar siswa dapat menjadi penggerak Perilaku Hdup Bersih
dan Sehat di sekolah, di rumah dan lingkunganya
b) Agar siswa dapat menolong dirinya sendiri, sesama siswa
dan orang lain untuk hidup sehat termasuk di rumah
c. Kriteria
1. Siswa kelas 4 atau 5 SD dan belum pernah mendapatkan
pelatihan perawat kecil.
2. Berprestasi sekolah.
3. Berbadan sehat
4. Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab
5. Berpenampilan bersih dan berperilaku.
6. Berbudi pekerti baik dan suka menolong.
7. Izin orang tua.
d. Tugas Dan Kewajiban Perawat Kecil
1. Selalu bersikap dan berperilaku sehat.
2. Dapat menggerakkan sesama teman-teman siswa untuk
bersama-sama menjalankan usaha kesehatan terhadap dirinya
masing-masing
3. Berusaha bagi tercapainya kesehatan lingkungan yang baik di
sekolah maupun di rumah.
4. Membantu guru dan petugas kesehatan pada waktu pelaksanaan
pelayanan kesehatan di sekolah
5. Berperan aktif dalam rangka peningkatan kesehatan, antara lain
: Pekan Kebersihan, Pekan Gizi, Pekan Penimbangan BB dan
TB di sekolah, Pekan Kesehatan Gigi, Pekan Kesehatan
Mata,danlain-lain.
e. Kegiatan Perawat Kecil
1. Menggerakkan dan membimbing teman melaksanakan;
a) Pengamatan kebersihan dan kesehatan pribad
b) Pengukuran Tinggi Badan dan Berat badan.

39
c) Penyuluhan Kesehatan.
2. Membantu petugas kesehatan melaksanakan pelayanan
kesehatan di sekolah, antara lain :
a) Obat cacing, vitamin dan lain-lain.
b) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
c) Pertolongan Pertama Pada Penyakit.
3. Pengenalan dini tanda-tanda penyakit.
4. Pengamatan kebersihan Ruang UKS, warung sekolah dan
lingkungan sekolah.
5. Pengamatan kebersihan di sekolah seperti halaman sekolah,
ruang kelas, perlengkapan, persediaan air bersih, tempat cuci,
WC, kamar mandi, tempat sampah dan saluran pembuangan
termasuk PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
6. Pencatatan dan pelaporan, antara lain Buku harian Perawat
Kecil.
7. Melaporkan hal-hal khusus yang ditemuinya kepada guru
UKS/ Kepala Sekolah / Guru yang ditunjuk.

2.5 Asuhan Keperawatan pada Tatanan Sekolah

Asuhan keperawatan anak sekolah adalah salah satu specialisasi dari


keperawatan komunitas atau Comunity Health Nursing (CHN) tujuannya
meningkatkan kesehatan masyarakat sekolah dengan keperawatan sebagai
salurannya. Asuhan keperawatan sekolah pada umumnya sama dengan
asuhan keperawatan pada sasaran lainnya, yaitu :

A. Pengkajian ditujukan kepada :


a. Lingkungan sekolah mulai dari :
1. Lingkungan Fisik (Halaman, kebun sekolah, bangunan sekolah :
meja, papan tulis, kursi, lantai, kebersihan, ventilasi, penerangan,
kebisingan, papan tuilis, kepadatan), Sumber air minum,

40
Pembuangan Air Limbah (PAL), Jamban Keluarga, Tempat cucu
tangan, kebersihan kamar mandi dan penampungan air,
pembuangan sampah, pagar sekolah, dan lain-lain.
2. Lingkungan Psikologis : hubungan guru dengan murid baik baik
formal maupun non formal terutama kenyamanan dalam beljar.
3. Lingkungan Sosial : hubungan dosen dengan orang tua murid,
Persatuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG) dan masyarakat
sekitar.
b. Keadaan/pelaksanaan UKS, dokter/perawat kecil.
c. Pengetahuan anak sekolah tentang kesehatan (PHBS) dan pelaksanaan
PHBS
d. Kondisi kesehatan/fisik anak sekolah terutama screening test (BB, TB,
tenggorokan, telinga/pendengaran, mata/penglihatan),
B. Diagnosa Keperawatan yang Dapat Dirumuskan pada Anak Sekolah :
a. Defisiensi aktivitas pengalihan anak sekolah yitu penurunan stimulasi
dan atau minat/keinginan untuk rekreasi atau melakukan aktivitas
bermain faktor yang berhubungan lingkungan sekolah yang
sempit/fasilitas yang tidak mendukung/kurang sumber daya.
b. Gaya hdup monoton anak sekolahyaitu menyatakan suatu kebiasaan
hidup yang dicirikan dengan tingkat aktivitas yang rendah berhungan
dengan kurang pengetahuan tentang keuntungan latihan fisik.
c. Perilaku kesehatan anak sekolah cenderung beresiko faktor yang
berhubungan merolok/mimun alkohol, stress menghadapi tugas atau
ujian/kurang dukungan dan lain-lain.
d. Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan anak sekolah faktor yang
berhubungan kurang ketrampilan motorik kasar/motorik/halus atau
ketidak cukupan sumber daya.
e. Kesiapan meningkatkan status imunisasi anak sekolah batasan
karakteristik menunjukkan keinginan untuk meningkatkan status
imunisasi/mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan status
imunisasi

41
f. Ketidak efektifan perlindungan pada anak sekolah faktor yang
berhubungan penyalahgunaa zat/obat-obatan
g. Ketidak efektifan manajemen kesehatan masyrakat sekolah faktor yang
berhubungan kurang pengetahuan/kurang dukungan
sosial/ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak
C. Rencana Asuhan Keperawatan Anak Sekolah

Rencana asuhan keperawatan anak sekolah dibuat berdasarkan


masalah kesehatan/diagnosa keperawatan yang ditemukan, tetapi pada
umumnya dilakukan tindakan berikut ini :

a. Promosi Kesehatan tentang PHBS


b. Pelaksanaan Screening Test
c. Imunisasi DT/TT
d. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
e. Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Pelatihan dokter/perawat kecil
g. Pelaksanaan UKS di sekolah setiap hari oleh guru UKS dan
dokter/perawat kecil.
h. Dan lain-lain

42
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus

Perawat A, seorang perawat komunitas yang bertanggung jawab pada


progam UKS diwilayah binaan Puskesmas. Perawata A telah melakukan
pengkajian pada SD Negeri I. hasil dari pengkajian jumlah sisiwa sebanyak
227 siswa, dengan status gizi overweight (18,5%), konjungtiva anemis
(16,7%), kebiasaan sarapan (67,8%), karies (48,6%), kuku kotor (31,6%),
injuri pada saat olahraga (49,8%), pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi
(50%). Di SDN ini belum mempunyai kader kesehatan sekolah. Dari hasil
data tersebut, perawata A akan melakukan intervensi keperawatan dan
promosi kesehatan sesuai dengan model UKS, sehingga dapat mewujudkan
Healthy School.

3.2 Asuhan Keperawatan


A. Analisa Data
DO:
1. Jumlah siswa sebanyak 227 siswa
2. Status gizi overweight 18,5%
3. Konjuctiva anemis 16,7%
4. Kebiasaan sarapan 67,8%
5. Karies 48,6%
6. Kuku kotor 31,6%
7. Injuri pada saat olahraga 49,8%
8. Pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi 50%
9. Di SDN ini belum mempunyai kader kesehatan sekolah
DS: -

43
Analisa Data

Data Masalah

Data Objektif : Kurangnya progam dalam


a. Karies 48,6% pelayanan UKS berhubungan
b. Kuku kotor 31,6% dengan belum mempunyai kader
c. Di SDN ini belum mempunyai kesehatan sekolah
kader kesehatan sekolah

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kurangnya progam dalam pelayanan UKS berhubungan dengan
belum mempunyai kader kesehatan sekolah.

44
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Evaluasi
Hari /
No. Keperawatan Tujuan Sasaran Rencana Kegiatan Tempat
Tanggal Kriteria Standar
Komunitas
1. Kurangnya progam Meningkatkan Pihak 1. Pihak Pimpinan Rabu, 20 Ruang 1. Pihak 1. Adanya
dalam pelayanan kesadaran pihak sekolah sekolah Maret 2019 Serbaguna sekolah pengkajian
UKS berhubungan sekolah terhadap yang terdiri mengajak SD dapat dan
dengan belum pelayanan dari Kepala bicara/berdialog Negerei I memberik screening
mempunyai kader program UKS/ Sekolah, dengan guru, an siswa
kesehatan sekolah meningkatkan Guru dan komite sekolah pelayanan sekolah
kualitas sumber staf sekolah. dan tim program secara
daya manusia pelaksana atau UKS yang periodik
melalui Pembina UKS lebih 2. Adanya
pembinaan tentang : terstruktur penemuan
pelayanan dan kasus (case
- Maksud,
kesehatan anak berkesina finding)
tujuan dan
usia sekolah mbungan. 3. Adanya

45
manfaat 2. Guru dan pelayanan
penerapan perawat konseling
program kecil dapat pada siswa
UKS(seperti memberik sekolah
penerapan an 4. Adanya
PHBS pelayanan kegiatan
disekolah. program promosi
- Meminta UKS yang kesehatan
masukan terbaik. 5. Adanya
tentang upaya
penerapan pencegahan
program penyakit
UKS di 6. Staf
sekolah, melakukan
antisipasi manajemen
kendala kasus.
sekaligus 7. Adanya
alternative pelayanan
solusi. keperawata

46
- Menetapkan n dan
penanggung emergensi
jawab
program
UKS
disekolah dan
mekanisme
pengawasann
ya.
- Membahas
cara
sosialisasi
yang efektif
bagi siswa,
warga
sekolah dan
masyarakat
sekolah.
- Pimpinan

47
sekolah
membentuk
kelompok
kerja
penyusunan
kebijakan
program
UKS.

2. Menjalin kerja
sama lintas
program dan
lintas sektoral
dengan
memperhatikan
kebijaksanaan
operasional yang
telah ditentukan,

48
seperti pelayanan
kesehatan di
sekolah kepada
peserta didik dan
masyarakat
sekolah lainnya
dan bekerja sama
dengan tim
pembina UKS
kecamatan dan
masyarakat di
sekitar sekolah
3. Melakukan
penataran guru
UKS sebagai
bagian dari
pendelegasian
wewenang di
sekolah

49
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

UKS adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup


sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan yankes
di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka
pembinaan dan pemeliharaan kesehatan dilin program Lingkungan sekolah.

Program UKS dikenal dengan trias UKS meliputi pendidikan


kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.
Perawat memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan UKS, salah
satunya yaitu sebagai pelaksana asuhan keperawatan.

4.2 Saran

Untuk mahasiswa keperawatan dapat lebih mendalami dan menambah


ilmu pengetahuan serta kompetensi dalam keperawatan kesehatan sekolah
yang diselenggarakan di UKS.

50
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan

Praktik Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika

Nugraheni, Hermien, dkk. 2018. Buku Ajar Promosi Kesehatan Berbasis Sekolah.

Sleman: Deepublish

Ryadi, Alexander Lucas Slamet. 2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

ANDI OFFSET

http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=17022800009

51

Anda mungkin juga menyukai