Anda di halaman 1dari 4

Manajemen Produksi Agribisnis

1. Pendahuluan

Pertanian merupakan bidang yang sangat penting bagi kelangsungan hidup umat manusia.
Perkembangan pertanian diawali dari perubahan sosial pada masyarakat prasejarah, yaitu
perubahan yang awalnya dari budaya food gathering  (berburu dan meramu) menjadi food
producing (bercocok tanam). Sejak saat itulah, periode bercocok tanam selalu mengalami
perkembangan sesuai dengan tuntutan zaman. Bidang pertanian disamping industri, dimana dalam
bidang industri sebagian besar bahan-bahan bakunya adalah hasil-hasil dari pertanian. Tujuan dari
pembangunan dalam bidang pertanian ialah agar negara dapat mencapai swasembada bahan
pangan dan ternyata hasil-hasil baik telah tercapai, terbukti dari kebijakan yang diambil
pemerintah yaitu dengan membatasi impor berbagai jenis bahan pangan. Perkembangan
keberhasilan dalam bidang pertaniantelah nampak jelas walaupun belum sepenuhnya mencapai
sasaran. Hal ini dikarenakan pengelolaan (manajemen) kerapkali dianggap remeh dan kurangnya
pengetahuan sehingga sering terabaikan.

2. Mengapa Manajemen Sangat Penting Dalam Bidang Pertanian

Beberapa tahun ini jumlah manusia dimuka bumi semakin meningkat dengan cepat
sedangkan produk-produk yang dihasilkan tidak dapat mengimbangi jumlah penduduk tersebut.
Oleh karena itu, manajemen produk pertanian haruslah diberi perhatian khusus agar dapat
mencapai kegiatan perencanaan, pengawasan, evaluasi dan pengendaliannya. Ruang lingkup
manajemen produksi pertanian yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:

1. Perencanaan produksi pertanian;


2. Pemilihan komoditas pertanian;
3. Pemilihn lokasi produksi pertanian dan penempatan fasilitas;
4. Skala usaha pertanian;
5. Perencanaan proses produksi pertanian;
6. Biaya produksi pertanian;
7. Penjadwalan produksi pertanian;
8. Perencanaan pola produksi pertanian; dan
9. Perencanaan dan sistem pengadaan input-input dan sarana produksi pertanian.

3. Manajemen Sebagai Faktor Produksi Tidak Langsung (Intangible) Dalam Usahatani

Manajemen sebagai sumber daya yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
suatu usahatani. Jumlah produksi dan keberhasilan suatu usahatani tergantung siapa yang
mengelolanya. Dengan kata lain, manajemen sebagai sumber daya sangat dipengaruhi
oleh human capital pengelola usahatani tersebut sebagai kunci keberhasilah suatu usahatani
tersebut.
Faktor produksi usahatani pada dasarnya adalah tanah dan alam disekitanya, tenaga kerja, modal
serta peralatan yang digunakan. Namun demikian, ada beberapa pendapat yang memasukkan
manajemen sebagai faktor produksi keempat walaupun secara tidak langsung. Manajemen dalam
hal ini sebenarnya telah melekat pada tenaga kerja. Peran petani sebgai manajer meliputi 4
(empat) aktifita sebagai berikut.
1. Aktivitas Teknis
a. Memutuskan akan memproduksi apa dan bagaimana caranya.
b. Memanfaatkan lahan.
c. Membuat gambaran tentang teknologi dan peralatan yang akan digunakan serta
implikasinya pada penggunaan tenaga kerja.
d. Menentukan skala usaha.

2. Aktivitas Komersial
a. Menghitung berapa dan apa saja input yang digunakan baik yang telah ada maupun
yang akan dicari.
b. Menentukan kapan, dimana dan berapa jumlah input yang diperoleh.
c. Mengestimasi penggunaan input dan produksi yang akan diperoleh.
d. Menentukan pemasaran hasil, kepada siapa, dimana, kapan dan kualitas produk atau
hasil.

3. Aktivitas Finansial
a. Mendapatkan dana dari diri sendiri, dari pinjaman kredit atau kredit lainnya.
b. Menggunakan dana untuk memperoleh pendapata dan keuntungan (jangka panjang).
c. Mengestimasi kebutuhan dana untuk jangka panjangyang akan datang (investasi
untuk penggantian alat-alat atau perluasan lahan)

4. Aktivitas Akuntansi
a. Membuat catatan tentang semua transaksi baik bisnis maupun pajak.
b. Membuat laporan.
c. Menyimpan data tentang usahanya.

Berdasarkan aktivitas tersebut, sangat jelas peran petani sebagi manajer dituntut banyak
hal meliputi pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang cukup agar dapat memilih alternatif
usaha yang terbaik. Dengan kata lain, keberhasilan suatu usahatani tergantung bagaimana peran
manajer (petani) tersebut dalam memberi solusi pada usahatani yang dilakukannya. Oleh karena
itu, manajemen merupakan suatu seni (art) yang sulit diukur kuantifikasinya.

(Osburn & Schneeberger, 1978) menyatakan bahwa manajemen terdiri atas tiga hal yang
saling berkaitan, yaitu manajemen sebagai suatu pekerjaan, manajemen sebagai sumber daya, dan
manjemen sebagai prosedur. Manajemen sebagai sumber daya yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan suatu usahatani. Jumlah produksi dan keberhasilan suatu usahatani
tergantung siapa yang mengelolanya. Dengan kata lain, manajemen sebagai sumber daya sangat
dipengaruhi oleh human capital pengelola usahatani tersebut.

Dengan demikian, untuk meraih keberhasilan dalam usaha tani sangat ditentukan oleh
pengambil keputusan yang berdasarkan pada tujuan usaha tani, permasalahan serta kondisi yang
jelas, fakta dan data yang aktual, serta analisis yang tepat dan akurat. Kemampuan, pengetahuan
keterampilan, dan pengalaman petani yang cukup sangat diperlukan dan sangat menentukan
keberhasilan usahataninya.

4. Manajemen Dalam Agribisnis

Manajemen dalam agribisnis pada prinsipnya adalah penerapan manajemen atau


pengelolaan dalam sistem agribisnis. Oleh karena itu, seseorang yang hendak terjun di bidang
agribisnis harus mengetahui dan memahami konsep-konsep manajemen dalam agribisnis dan
dalam agribisnis ada keterkaitan dengan beberapa ilmu lain yaitu ilmu pertanian dan ilmu
pengambilan keputusan.

Akan tetapi, mengingat adanya karakteristik agribisnis yang khas (unique) maka
manajemen agribisnis haruslah dibedakan dengan manjemen lainnya. Menurut (W. David &
Ericson, 1992)beberapa hal membedakan manajemen agribisnis dengan lainnya, antara lain sebagi
berikut.

a. Keanekaragaaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis, yaitu dari
produsen dasar sampai ke konsumen akhir akan melibatkan hampir setiap jenis perusahaan
bisnis yang pernah dikelola oleh peradaban.
b. Besarnya jumlah pelaku agribisnis.
c. Hampir semua agribisnis terkait dengan pengusaha tani, baik langsung maupun tidak
langsung.
d. Keanekaragaman skala usaha disektor agribisnis dari yang berskala usaha kecil sampai
berskala besar.
e. Persaingan pasar yang ketat, khususnya pada agribisnis yang berskala kecil; dimana
penjual berjumlah banyak sedangkan pembelinya berjumlah sedikit.
f. Falsafah cara hidup (the way of life) taradisional yang dianut para pelaku agribisnis
cenderung membuat agribisnis lebih tradisional dari pada bisnis lainnya.
g. Kenyataan menunjukkan bahwa bandan usaha agribisnis cenderung berorientasi
dijalankan oleh petani dan keuarga.
h. Kenyataan bahwa agribisnis lebih banyak berhubungan dengan masyarakat luas.
i. Kenyataan bahwa produksi agribsnis sangat bersifat musiman.
j. Kenyataan bahwa agribisnis tergantung dengan lingkungan eksternal/gejala alam.
k. Dampaknya dari adanya program dan kebijakan pemerintah mengena langsung pada
sektor agribisnis.
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, M. (2008). Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara.

Osburn, D., & Schneeberger, K. C. (1978). Modern Agricultural Management. Virginia: Reston


Publishing Company, Inc.

Stoner, J., & dkk. (1996). Manajemen, Edisi Indonesia. Jakarta: PT. prenhallindo.

W. David, D., & Ericson, S. P. (1992). Manajemen Agribisnis. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai