Anda di halaman 1dari 42

Prof. Dr. Imam Mustofa, drh., M.

Kes
Departemen Reproduksi Veteriner

Penyebab utama :
1. Penyempitan (Konstriksi) Saluran Kelahiran
2. Torsio Uteri
3. Salah Letak Uterus Bunting
4. Kekurangan Tenaga Pengeluaran Fetus
Klasifikasi Distokia
Maternal Dystocia
1. Penyempitan Saluran Kelahiran
1.1. Penyempitan Rongga Pelvis
Penyebab :
- Diameter sacropubis pendek : induk immature,
premigravida, kekurangan : Calcium, Phosphor,
Vit. D
- Abnormalitas perkembangan pelvis inlet : tumor
tulang, calus
- Respon relaxin pd. lig. sacroischiadica &
sacroiliaca kurang/ tidak ada

 Sering terjadi pada anjing (pelvis inlet tipis


pada sacro-pubis & kepala fetus besar),
Sapi heifer (immaturity / pertumbuhan lambat).
1. Penyempitan Saluran Kelahiran
1.2. Pembukaan Servik Tidak Sempurna
(Dilatasi Inkomplit Servik )

Penyebab :
- Kadar estrogen, oxytocin, PGF2 tidak
cukup
- Senilitas induk

 Sering terjadi pada sapi perah :


pertolongan distokia dengan traksi --›
luka servik --› sembuh --› fibrosis
1.3. Ringwomb

Dilatasi inkomplit servik pada domba


Prevalensi 15-32 % dari seluruh kasus distokia domba
Diagnosa :
• Induk merejan,gelisah, tidak ada kemajuan ke fase
II kelahiran
• Palpasi vaginal : servik rapat, 1-2 jari masuk 
allantochorion intack, mudah sobek.
Pertolongan :
• Canalis servicalis dibuka dengan jari tangan
• Segera lakukan seksio sesar kesembuhan 95 %
• Hysterectomy per vaginal servik ditarik
forcepinsisi dangkal
1.3. Ringwomb (lanjutan)

Efek samping : infeksi anaerobik  Cegah :


antibiotika
Komplikasi : prolapsus vagina, toksemia dalam
48 jam
Faktor predisposisi :
• Melimpahnya rumput pd. musim semi (kasus
sedikit)
• Musim sangat kering  kasus banyak
terutama domba yg beranak tunggal
• Ingesti substansi estrogenik domba bunting
(red clover / pakan tercemar fungus
(Fusarium graminae)
Ringwomb
1.4. Cystocele Vagina

- Kantong urine keluar ke lantai vagina atau vulva


- Sering terjadi pada kuda dan sapi, dibedakan :
a. Inversio Vesica Urinaria : VU keluar melalui urethra (karena
dilatasi urethra berlebihan dan straining kuat)  tampak
diantara labiae vulva
b. Prolapsus Vesica Urinaria : VU masuk vagina (karena
perobekan lantai vagina).

Pertolongan :
• Mengatasi straining  anestesi epidural
• Reposisi vesica urinaria :
• Ad. 1. dibalik, Ad. 2. dikembalikan  vagina robek
dijahit
• Retropulsi fetus yang telah menempati vagina
• Koreksi abnormalitas postural fetus  traksi  lahir.
1.5. Tumor ( Neoplasma )
– Papillomata, sarcomata, submucous fibromata 
vulva sapi
– Submucous fibromata  vagina anjing

1.6. Labia vulva sebagian tertutup

1.7. Sisa saluran Mullery persisten di


vagina anterior
Berupa pita, dapat pecah saat kelahiran
Pertolongan 1.5, 1.6, & 1.7 :
– Operatif : injeksi vit. K, anestesi epidural, anestesi
lokal, incisi kulit & jaringan, ligasi pembuluh darah
– Penanganan fetus : reposisi, tarik paksa
– Penjahitan luka operasi
2. Torsio Uteri
Uterus berputar pada sumbu panjangnya
(longitudinal), di anterior (sebag. besar) dan
posterior vagina (sebag. kecil)

Penyebab umum di USA, GB = 5-7 ½ % kasus


distokia sapi
Aetiology :
– Komplikasi akhir dari fase I atau awal fase II
kelahiran
– Kemungkinan karena ketidak-stabilan uterus sapi
karena kurvatura mayor besar di bagian dorsal,
uterus lebih condong ke anterior dan uterus
menggantung di sub-ilial
– Uterus domba terikat pada mesometrium di sisi sub-
lumbar
2. Torsio Uteri (lanjutan)
Faktor predisposisi :
– Waktu kelahiran yang dimajukan  torsio sering terjadi karena
gerakan fetus tidak teratur saat mengatur postural
– Berat fetus luar biasa : BB 48,5 kg dan 49,8 kg  distokia
– Tetapi bunting kembar  torsio  jarang distokia

Arah putaran torsio : berlawanan dengan jarum jam


Derajat putaran paling umum : 90 – 180 

Fetus mati karena hilangnya cairan atau terpisahnya


plasenta

Koreksi sebaiknya fase I kelahiran  servik dilatasi

Torsio uteri berderajat 45 - 90   koreksi spontan.


2. Torsio Uteri (lanjutan)
Gejala :
– Sakit abdominal ringan, anoreksia progresif, konstipasi
– Membran fetal intack, infeksi sekunder selanjutnya distokia.

Diagnosa :
– Palpasi vaginal : dinding vagina anterior menyempit  spiral
– Servik tidak dapat dipalpasi  servik mengikuti lipatan vagina
– Torsio < 180   bagian-2 fetus masuk vagina dan terjadi
distokia o.k. kesalahan posisi fetus (lateral, ventral)

Pertolongan :
– Terjadi penyembuhan (recovery) spontan
– Bila torsio tidak menunjukkan kemajuan  fetus mati 
pembusukan  maserasi, toksemia induk  fatal
2. Torsio Uteri (lanjutan)
Bentuk treatment :

1. Rotasi fetus per-vaginam


Tujuan : mencapai fetus dengan menyelundupkan tangan
ke kontriksi anterior vagina dan servik yang berdilatasi
sebagian, selanjutnya rotasi kuat uterus hingga bagian
tengah fetus  60 % kasus dapat ditolong

Diperlukan anestesi epidural

Bila fetus masih hidup, siku atau bahu dirotasi, Kepala


fetus dicapai, tekan bola mata  reaksi konvulsi  rotasi.
Cammerer’s torsion fork diikatkan pada lengan fetus
untuk memudahkan rotasi. Hindari perobekan uterus oleh
alat !
2. Torsio Uteri (lanjutan)
2. Rotasi tubuh induk sapi dng. koreksi “ rolling “
Metode paling populer.
Adalah rotasi cepat dengan posisi uterus tetap
Butuh asisten minimal 3 orang, sering berhasil
Caranya :
• Sapi direbahkan di tanah. Satu orang memegang kepala dan menyatukan
kedua kaki depan. Kedua kaki belakang diikat bersama terpisah dengan
tali sepanjang 2½ - 3 meter. Tiap ikatan dipegang kuat 2 orang. Aba-aba
serentak dengan menarik ikatan tali betis keatas satu sisi ke sisi lainnya.

• Uji vaginal  koreksi terjadi/ belum

• Bila belum  tempatkan posisi semula  kaki bengkokkan putar


ulang lebih dari 180 

• Cek rotasi dengan memegang kuat ke vagina selama rotasi

• Bila lipatan spiral semakin rapat  arah rotasi salah  putar sebaliknya
2. Torsio Uteri (lanjutan)
2. Rotasi tubuh induk sapi dng. koreksi “ rolling “
(lanjutan)

Modifikasi Teknik Rotasi Tubuh Induk : menempatkan


papan kayu panjang 3 – 4 meter, lebar 20-30 cm ke
flank, sapi direbahkan diatasnya, satu sisi menghadap
tanah. Diputar dengan menarik ikatan pada kaki.
Keuntungan :
• Uterus torsio berbaring pada papan yang datar/ rata
• Asisten tidak banyak
2. Torsio Uteri (lanjutan)

3. Koreksi pembedahan (Laparotomi)


Alternatif terakhir

Sapi berdiri  kiri/kanan fossa sub-lumbar, flank kiri lebih baik, tetapi
dikelirukan salah letak usus kecil
Anestesi para-vertebral dan anestesi infiltrasi
Incisi 15-20 cm fossa sub-lumbar  intra abdominal tangan
diselipkan omentum dorong ke depan arah putaran torsio
ditetapkan

Torsio uteri ke kiri :


- Tangan diselipkan di sela bawah antara uterus dan flank kiri, fetus
dicari, dipegang  1. Uterus diayunkan, selanjutnya 2. Rotasi
kuat dengan mengangkat & mendorong ke kanan
2. Torsio Uteri (lanjutan)
3. Koreksi pembedahan (Laparotomi)
Torsio uteri ke kanan :
- Tangan diselipkan di sela atas dan bawah antara uterus dan flank
kanan  uterus ditarik ke atas sampai paling kiri, selanjutnya
uterus diayunkan
Hati-hati ! : oedema dinding uterus  mudah pecah  transudat
peritoneal

- Servik cenderung menutup cepat  usahakan fetus dilahirkan per-


vaginam secepatnya, bila gagal  seksio sesar

- Bila presentasi fetus benar, tetapi terdapat ketidak-seimbangan


ukuran fetus dengan pelvis induk  traksi

- Bila servik dilatasi sebagian  seksio sesar

- Bila servik menebal & indurasi  kontra indikasi pembedahan


2. Torsio Uteri (lanjutan)
3. Koreksi pembedahan (Laparotomi)
Indikasi operasi sesar :

- servik tidak cukup atau gagal berdilatasi

- servik berdilatasi setelah reduksi

- Tingkat kesembuhan operasi sesar = 95 % (Pearson,


1971) catatan : plasenta telah lepas dan menuju
involusio uteri
Torsio uteri pada spesies lain :
Kuda :
• Jarang pada kuda pacu di Inggris (3 kasus dari 1000
kelahiran selama 30 th praktek). Sangat jarang pada
kuda tarik di Eropa

• Kuda Belgia sebagian besar arah torsio berlawanan


jarum jam, rotasi 360  atau lebih

• Pertimbangan : terjadi colic pada akhir kebuntingan.


Gangguan sirkulasi lebih besar daripada sapi.

Domba :
Frekuensi kejadian sangat rendah. Sebagian besar
dapat dikoreksi dengan rolling, gagal  operasi sesar
Torsio uteri pada spesies lain :
Anjing :
• Sangat jarang
• Pengujian post mortem : torsio mencapai 2160 
• Kasus langka : tulang fetus membentuk kapsul

Kucing :
• Torsio 90 – 180  pada salah satu kornua atau korpus
• Torsio 360  pada korpus dan kornua
• Diagnosa : laparotomi
• Treatmen : histerektomi

Babi : Jarang
3. Salah Letak Uterus Bunting
3.1. Hernia uteri = hernia ventral
Sapi: mulai bln ke-7, Kuda: bl ke-9, Domba : bl ke-4
Penyebab :
1. Traumatik : pukulan keras dinding abdomen
2. Otot abdominal lemahtak mampu menyokong
kebuntingan
Gejala :
- Sapi : bengkak lokal seukuran bola sepak di depan
ambing  cepat membesar
- Oedema di betis belakang & ambing
- Induk gelisah, straining terus
- Sapi & Domba terjadi kelahiran spontan
- Kuda : Bila menolak treatmen, berikan narkose. Dicoba
kelahiran buatan. Setelah lahir  involusio, hernia
ditempati intestine, Akhir periode  kuda dibinasakan
3. Salah Letak Uterus Bunting
3.1. Hernia uteri = hernia ventral
Pertolongan :
• Reposisi uterus bila umur 7 bl hernia

• Penahanan stagen

• Induksi kelahiran : PGF2 im.


– sapi : 25-30 mg bunting 8,5 bl kebuntingan
– domba : 7,5 mg bunting 145 hr kebuntingan

• Penjahitan otot yang robek/ hernia


Hernia Uteri
3.2. Hernia inguinal (anjing : sering,
kucing : jarang)
Sifat unilateral atau ke-2 uterus
Gejala :
- Benjolan sebesar bola golf ( 30 hari) di
inguinal
- Diagnosa banding : Neoplasma mammae:
abses lokal  sakit & ggg sistemik
- Komplikasi : Stranggulasi / intestine
terjepit
3.2. Hernia inguinal
Pertolongan :
- Penahan hernia  stagen
- Campur tangan pembedahan, dengan alternatif :
- Mengembalikan hernia : menghilangkan kantung dan
meneruskan kebuntingan sampai kelahiran normal
- Memperbesar cincin hernia : incisi abdominal, hernia
dikembalikan, jahit, hilangkan kantung, teruskan
kebuntingan sampai kelahiran
- Kesulitan: incisi ke depan dari dinding abdominal dari
lubang inguinal karena pembesaran dan ketegangan
isi kantung
- Pembedahan luar kantung hernia :incisi apeks, uterus
hernia dibuka, amputasi salah satu/ ke-2 kornua,
menghilangkan kantung
- Fetus mendekati kelahiran :histerektomi, fetus diangkat
4. Kekurangan Tenaga Pengeluaran Fetus
• Otot abdominal tidak berperanan pada
pengeluaran fetus, otot uterus
mengangkat fetus ke pelvis inlet
• Kekuatan kelahiran : kontraksi otot
uterus dan otot abdominal daya kontraksi
otot uterus s/d pelvis inlet
• Gangguan kontraksi berupa :
1. Inertia uteri primer
2. Inertia uteri sekunder
1. Inertia Uteri Primer
Asli : potensial kontraksi miometrium kurang

Berupa kelemahan otot uterus

Kasusnya kecil drpd inertia uteri sekunder

Sering pada anjing, babi kadang sapi betina

Pertimbangan endokrinologis dan fisiologis.


Dapat terjadi pengulangan kasus pada
kelahiran berikutnya
1. Inertia Uteri Primer
Faktor yang mempermudah terjadinya inertia :
-1. Peregangan fetus pada : hidroallantois, jumlah fetus
banyak
-2. Degenerasi toksik pada infeksi bakteri
-3. Infiltrasi lemak pada miometrium
-4. Senilitas, tetapi jarang
Penyebab :
– Penyimpangan biokimia herediter (turunan)
– Lingkungan khemis uterus abnormal
– Kekurangan oksitoksin atau kalsium (sapi hipokalsemia)
– Absorbsi lambat,kelahiran prematur,kelahiran kembar
(sapi)
– Ggg regulasi hipotalamik  ggg pengeluaran oxytocin
– Twisted/ torsio uterus  rupture uterus
Diagnosa :

- Sejarah
- Uji saluran kelahiran per-vaginam : ada fetus +
membran,
- Induk pada akhir kelahiran : mammae
membesar, relaksasi ligamenta pelvis, gelisah
karena sakit abdominal (fase I kelahiran) telah
dilalui
- Kontraksi abdominal lemah dan tidak ada
kemajuan
Pertolongan :
• Menyediakan waktu sampai fase II kelahiran selesai
• Bila tidak berjalan normal  treatmen
• Manipulasi vaginal, hati-hati ruptur membran !
• Posture, presentasi koreksi ekstremitas, traksi fetus
pelan-2
• Anjing : tergantung jumlah fetus, dilahirkan dengan
vectis atau forceps, hati-2 fetus luka-2
• Bila jumlah fetus banyak  hysterotomy sesar
• Bila servik dilatasi, obstructive dystocia tidak ada,
uterus membengkak  injeksi ekstrak pituitary anterior
per im. 5-10 IU atau pituitrin pada awal fase II kelahiran
• Ergometrine maleate po. 0,25-0,5 mg Anjing betina BB:
9-14 kg, juga untuk pengeluaran retensi dan
haemorrhage post partum
• Babi betina : 37% dari 200 kasus di England (Jackson,
1973), pemberian echobolics : ergometrine atau
oxytocin, bila gagal  operasi sesar
2. Inertia Uteri Sekunder
• Merupakan inertia dari pengeluaran kelahiran
• Berperanan pada kelahiran daripada distokia
• Sering diikuti retensi membran fetal dan involusio tertunda, diikuti
metritis puerpuralis
• Terjadi pada semua spesies
• Pentingnya tindakan pencegahan
• Pengenalan awal : kelahiran berhenti ke normal dan membutuhkan
bantuan asisten
• Contoh : Anjing scottish terrier, toy dachsund
• Anjing bunting berat, masa kebuntingan normal, ½ jumlah fetus
lahir normal, kelahiran berhenti  anjing putus asa  menyusu
‘bohong’  kelahiran ditunggu tidak ada kemajuan, sebagian fetus
belum lahir, tidak ada kemajuan
• Bila tidak di treatmen  fetus mati  infeksi uterus  toksemia 
induk menyerah
Pertolongan :
- Unipara : koreksi distokia
- Multipara : tergantung lama kelahiran, jumlah fetus mati tidak
dilahirkan dan derajat infeksi
- Penglahiran fetus pada permulaan kasus  distokia primer
beberapa jam setelah kontraksi uterus
- Sering terjadi pada babi, kadang anjing dan kucing
- Jika kasus berjalan lama, kelahiran dituntaskan
- Babi dibantu dengan tangan yang diselipkan ke uterus
- Anjing dengan forceps  hati-hati ruptur !
- Hasil lebih baik dengan laparotomi
- Jika berjalan > 12 jam dari fase II kelahiran  hysterotomy
- Pilihan melakukan hysterectomy daripada hysterotomy :
- Hysterotomy : kematian tinggi, tjd peritonitis post operatif
- Operasi 24 jam dari permulaan kelahiran  kesembuhan tinggi
- Bila lama  fetus mati  pembusukan  hysterectomy
Ada pertanyaan ?

Anda mungkin juga menyukai