Anda di halaman 1dari 13

Akuntansi Keuangan Desa

Makalah
Penerapan Good Government Goverance pada Pengelolaan APBDes

DOSEN PENGAMPU:
Dr. NASIRWAN, M.Si. / GAFFAR HAFIZ SAGALA, S.Pd., M.Si.

DISUSUN OLEH :
YENITA SIHALOHO (7173142035)
RAFIQA FADHLIA M. R. (7171142021)
RAFITA (7174542003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI KELAS B


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang kami buat ini
merupakan tugas Critical Book Review pada mata kuliah Akuntansi Desa di Semester
VI.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Dr.
NASIRWAN, M.Si. / GAFFAR HAFIZ SAGALA, S.Pd., M.Si. selaku Dosen
pengampu yang telah memberikan penjelasan mengenai penyusunan makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan dari berbagai pihak khususnya dari Dosen pengampu, agar dapat
bermamfaat bagi kami untuk penyusunan makalah kedepannya.

Medan, 09 Maret 2020

Kelompok 7

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

A. Aktiva Jangka Panjang.................................. Error! Bookmark not defined.

a. Harga Perolehan Aset Tetap Jangka PanjangError! Bookmark not defined.

b. Depresiasi Aset tetap jangka panjang ........... Error! Bookmark not defined.

B. Aktiva Tetap Tak Berwujud ......................... Error! Bookmark not defined.

a. Perolehan aktiva tak berwujud ...................... Error! Bookmark not defined.

b. Amortisasi aset tetap tak berwujud ............... Error! Bookmark not defined.

C. Aset Tetap Sumber Daya Alam .................... Error! Bookmark not defined.

a. Harga perolehan aset tetap sumber daya alamError! Bookmark not defined.

b. Deplesi aset tetap sumber daya alam ............ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................8

II
LATAR BELAKANG
Sesuai dengan UU Nomor 6 Tahun 2014 beserta peraturan pelaksanaanya telah
mengamanatkan pemerintah desa untuk lebih mandiri dalam mengelola pemerintahan dan
berbagai sumber daya alam yang dimiliki, termasuk di dalamnya pengelolaan keuangan dan
kekayaan milik desa.
Dengan disahkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, diharapkan segala
kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa dapat diakomodir dengan lebih baik. Dengan
pemberian kesempatan yang lebih besar kepada desa untuk mengurus tata pemerintahannya sendiri
serta pemerataan pelaksanaan pembangunan, diharapkan agar desa dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakatnya, sehingga permasalahan seperti kesenjangan antar
wilayah, kemiskinan, dan masalah sosial budaya lainnya dapat diminimalisir.
Peran besar yang diterima oleh desa, tentunya disertai dengan tanggung jawab yang besar
juga. Oleh karena itu pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam tata
pemerintahannya, dimana semua akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan. Hal ini selaras dengan
ketentuan Pemendagri No. 20 tahun 2018 pasal 2 ayat yang menyatakan bahwa keuangan desa
dikelola berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan
disiplin anggaran.
Keuangan desa menurut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Unadang Nomor 2
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut. Sumber pendapatan
desa dikelola melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Pengelolaan kauangan
desa dilakukan oleh Kepala Desa yang dituangkan dalam Peraturan Desa tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa.
APB Desa merupakan dasar pengelolaan keuangan Desa dalam masa 1 (satu) tahun
anggaran mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Dalam Pemendagri No.20
Tahun 2020 Pasal 9 Ayat 1 dinyatakan bahwa APB Desa terdiri dari Pendapatan Desa, Belanja
Desa, dan Pembiayaan Desa yang dimana diklasifikasikan menurut kelompok, jenis dan objek
pendapatan serta diklasifikasikan menurut bidang, sub bidang, kegiatan, jenis belanja, objek
belanja, danrician objek belanja.
3
APB Desa merupakan unsur penting dalam upaya pengembangan kapasitas dan efektifitas
suatu Desa dalam melaksanakan pembangunan Desa. APB Desa seharusnya berisi rancangan
pembangunan dari hasil pemikiran dan pendapat melalui musyawarah kepala desa beserta
perangkat dan masyarakat desa (musrenbang), hal ini berarti semua tahapan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban APB Desa sesuai
dengan asas-asas pengelolaan keuangan desa yang bersifat transparan, Akuntabel, Partisipatif,
serta tertib sehingga pendapat dan kebutuhan masyarakat desa menjadi bagian yang terintegrasi
dalam APB Desa. Dengan itu berarti desa telah menerapkan prinsip tata kelola pemerintahan yang
baik (Good Government Governance).

PEMBAHASAN
A. Desa
Dalam Pemendagri No.20 Tahun 2018 Pasal 1 Ayat 1 dinyatakan bahwa Desa adalah desa
dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yangberwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Desa dipimpin oleh seorang kepala desa, seperti yang tertuang dalam pemendagri No. 20
Tahun 2018 bahwa Kepala Desa adalah PKPKD dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan
kekayaan milik desa yang dipisahkan.
Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan.
Dalam melaksanakan tugasnya, kepala desa dibantu oleh perangkat desa. Perangkat Desa terdiri
atas Sekretariat Desa, Pelaksana kewilayahan; dan Pelaksana teknis.
Sesuai dengan pemendagri no. 20 tahun2018, disebutkan bahwa Kepala Desa selaku PKPKD
mempunyai kewenangan sebagai berikut:
a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APB Desa;
b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang milik Desa;
c. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APB Desa;
d. Menetapkan PPKD;
e. Menyetujui DPA, DPPA, dan DPAL;

4
f. Menyetujui RAK Desa; dan
g. Menyetujui SPP.
Dari poin-poin diatas jelas bahwa Kepala desa memiliki kewenangan dalam mengelola
keuangan desanya yang tertuang dalam APB Desa.
B. Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Desa
Perencanaan Keuangan Desa
Pemerintah Desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya
dengan mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota. Perencanaan Pembangunan
Desa meliputi RPJM Desa dan RKP Desa yang disusun secara berjangka dan ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) Dalam menyusun RPJM Desa,
pemerintah desa wajib menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa
(Musrenbangdes) secara partisipatif. Hal ini guna menerapkan prinsip transparansi, partisipasi,
serta keadilan. Musrenbangdes diikuti oleh pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa
dan unsur masyarakat desa, yang terdiri atas tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat
dan/atau tokoh pendidikan. RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan terhitung sejak tanggal pelantikan kepala desa.
b. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa)
RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah
kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif desa dan rencana kegiatan pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. RKP Desa mulai disusun
oleh Pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan dan sudah harus ditetapkan paling lambat
pada bulan September tahun anggaran berjalan.
Rancangan RKP Desa dilampiri Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya (RAB),
yang telah diverifikasi oleh tim verifikasi. Selanjutnya, Kepala Desa menyelenggarakan
Musrenbangdes yang diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan RKP Desa.
Rancangan RKP Desa memuat rencana penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat desa.
Proses penganggaran (APB Desa)
Setelah RKP Desa ditetapkan maka dilanjutkan proses penyusunan APB Desa. Rencana
Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya yang telah ditetapkan dalam RKP Desa dijadikan pedoman

5
dalam proses penganggarannya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) merupakan
rencana anggaran keuangan tahunan pemerintah desa yang ditetapkan untuk menyelenggarakan
program dan kegiatan yang menjadi kewenangan desa.
APB Desa merupakan dasar pengelolaan keuangan Desa dalam masa 1 (satu) tahun anggaran
mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Dalam Pemendagri No.20 Tahun
2020 Pasal 9 Ayat 1 dinyatakan bahwa APB Desa terdiri dari Pendapatan Desa, Belanja Desa, dan
Pembiayaan Desa yang dimana diklasifikasikan menurut kelompok, jenis dan objek pendapatan
serta diklasifikasikan menurut bidang, sub bidang, kegiatan, jenis belanja, objek belanja, dan rician
objek belanja.
Pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah harus diinformasikan
termasuk keuangannya kepada masyarakat. Hal itu sebagai wujud trasparansi yang merupakan
asas dari pengelolaan keuangan desa. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB
Desa sesuai ketentuan dan keterbukaan publik diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis
dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat, antara lain papan pengumuman,
radio komunitas, dan media informasi lainnya. Jadi dapat disimpulkan jika sebuah desa
menerapkan asas-asas pengelolaan keuangan sesuai dengan ketentuan diatas, berarti desa tersebut
tergolong dalam desa yang memiliki tata pengelolaan pemerintahan yang baik (Good Government
Governance).
C. Good Government Governance
Pada tahun 2004, pemerintah telah menegaskan kembali akan pentingnya penerapan prinsip-
prinsip clean government dan good governance yang secara universal diyakini menjadi prinsip
yang diperlukan untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
LAN dalam Garnita (2008) mengungkapkan bahwa good governance adalah proses
penyelenggaraan kekuasaan Negara dalam melaksanakan penyediaan publc goods and service.
Good governance merupakan tata kelola yang baik pada suatu usaha yang dilandasi oleh etika
profesional dalam berusaha/berkarya. (Trisnaningsih, 2007). Widyananda dalam Wati dkk. (2010)
berpendapat bahwa good governance juga dimaksudkan sebagai suatu kemampuan manajerial
untuk mengelola sumber daya dan urusan suatu negara dengan cara-cara terbuka, transparan,
akuntabel, equitable, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

6
Jadi dari definisi diatas dapat disintesakan bahwa Good Government Governance adalah
tata kelola pemerintahan yang baik dalam mengelola sumber daya dan urusan suatu Negara dengan
cara-cara terbuka, transparan, akuntabel, dan responsive dalam penyediaan kebutuhan masyarakat.
Dasar dari perwujudan penciptaan tata kelola pemerintahan yang baik adalah Undang-
Undang Administrasi Publik (AP) yang tertuang pada TAP MPR RI No. XI/MPR/1999 tentang
Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas KKN dan UU No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Selain UU AP,
dasar penciptaan Good Government Governance bercermin pada PP No. 71 Tahun 2010 tentang
standar akuntansi pemerintahan (SAP).
Keuangan Desa harus dikelola berdasarkan praktik-praktik pemerintahan yang baik (Good
Government). Asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa sebagaimana tertuang dalam Permendagri
Nomor 113 Tahun 2014 yaitu transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan
disiplin anggaran, dengan uraian sebagai berikut:
1. Transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui
dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa. Asas yang membuka
diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dengan tetap memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Asas akuntabel yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;
3. Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa yang mengikutsertakan
kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa;
4. Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada aturan
atau pedoman yang melandasinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa jika sebuah desa sudah memenuhi asas-asas pengelolaan
keuangan seperti yang disebutkan diatas, berarti desa tersebut sudah menerapkan tata kelola

7
pemerintahan yang baik (Good Government Governance) dalam mengelola keuangan desa
tersebut.

KESIMPULAN
Kepala desa memiliki kewenangan dalam mengelola keuangan desanya yang tertuang
dalam APB Desa. Pemerintah Desa/kepala desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai
dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota.
Perencanaan Pembangunan Desa meliputi RPJM Desa dan RKP Desa yang disusun secara
berjangka dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Setelah RKP Desa ditetapkan maka dilanjutkan
proses penyusunan APB Desa. Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya yang telah
ditetapkan dalam RKP Desa dijadikan pedoman dalam proses penganggarannya.
APB Desa merupakan dasar pengelolaan keuangan Desa dalam masa 1 (satu) tahun
anggaran mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Yang termasuk dalam APB
Desa yakni Pendapatan Desa, Belanja Desa, dan Pembiayaan Desa yang dimana diklasifikasikan
menurut kelompok, jenis dan objek pendapatan serta diklasifikasikan menurut bidang, sub bidang,
kegiatan, jenis belanja, objek belanja, danrician objek belanja. Keuangan Desa harus dikelola
berdasarkan praktik-praktik pemerintahan yang baik (Good Government). Asas-asas Pengelolaan
Keuangan Desa sebagaimana tertuang dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 yaitu
transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.
APB Desa merupakan unsur penting dalam upaya pengembangan kapasitas dan efektifitas
suatu Desa dalam melaksanakan pembangunan Desa. APB Desa seharusnya berisi rancangan
pembangunan dari hasil pemikiran dan pendapat melalui musyawarah kepala desa beserta
perangkat dan masyarakat desa (musrenbang), hal ini berarti semua tahapan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban APB Desa bersifat
transparan, Akuntabel, Partisipatif, serta tertib sesuai dengan asas pengelolaan keuangan desa,
sehingga pendapat dan kebutuhan masyarakat desa menjadi bagian yang terintegrasi dalam APB
Desa. Semua itu diterapkan agar terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN.
Dengan adanya informasi publik yang dapat diakses oleh masyarakat akan menjadi sarana
pengawasan masyarakat desa terhadap kinerja kepala desa beserta perangkat desa. Dengan adanya
keterbukaan dan transparansi dalam pengelolaan keuangan desa berarti desa tersebut telah
menerapkan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance).

8
Pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah harus
diinformasikan termasuk keuangannya kepada masyarakat. Hal itu juga merupakan sebagai wujud
trasparansi yang merupakan asas dari pengelolaan keuangan desa. Laporan Pertanggungjawaban
Realisasi Pelaksanaan APB Desa sesuai ketentuan dan keterbukaan publik diinformasikan kepada
masyarakat secara tertulis dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat, antara
lain papan pengumuman, radio komunitas, dan media informasi lainnya. Jadi dapat disimpulkan
jika sebuah desa menerapkan asas-asas pengelolaan keuangan sesuai dengan asas-asas pengelolaan
keuangan desa sesuai pemendagri no.113 tahun2014, berarti desa tersebut tergolong dalam desa
yang memiliki tata pengelolaan pemerintahan yang baik (Good Government Governance).

9
DAFTAR PUSTAKA

Haris K Oheo. 2015. GOOD GOVERNANCE (TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK)
DALAM PEMBERIAN IZIN OLEH PEMERINTAH DAERAH DI BIDANG
PERTAMBANGAN. International Licence. Volume 30 No 1. e-ISSN: 2528-3103
Pujowati, Yenik. 2017. PERAN BPD DALAM MENDUKUNG PEMERINTAH DESA UNTUK
MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DI DESA SUMBERKEPUH
KEC.TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK. JURNAL DIALEKTIKA, Vol 2. No. 2.
Deputi BPKP. 2015. Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan & Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa.
Jakarta. Juklak Bimkom Pengelolaan Keuangan Desa.
Ulfa, Nadiya 2018. IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYUSUNAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes), Surakarta.
Febrina Dkk. 2017. Pengaruh Good Government Governance Dan Ukuran Legislatif Terhadap
Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Pada Pemerintah Provinsi Di Indonesia). JURNAL
ASET (AKUNTANSI RISET), 9 (1), 2017, 173-186.
Tulah, Apriyanti, dkk. PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE
(GGG) DAN PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP)
TERHADAP KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN (Studi Kasus Pemerintah Daerah
Provinsi Di Jawa Barat dan Banten).
Arisaputra. 2013. PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM
PENYELENGGARAAN REFORMA AGRARIA DI INDONESIA. Volume 28 No 2.
Lestiawan dan Jatmiko. KEY SUCCESS FACTOR GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE
SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PEMERINTAH (Survey pada
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul)
Tamrin. PENGARUH PENERAPAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE DAN
KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KUALITAS INFORMASI
LAPORAN KEUANGAN (Studi pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota
Kendari)

10
Manosoh. 2015. IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN DALAM
MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE PADA PEMERINTAH
PROVINSI SULAWESI UTARA. Vol 15 no, 05

11

Anda mungkin juga menyukai