5.1. Pengantar
dalam masyarakat itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai etika. Pada
orang bisa berperilaku secara etis karena setiap diri memiliki pengalaman dan
kesetiaan, menjaga citra dan mengembangkan visi dan misi organisasi serta tdak
pemerintah apabila tidak terbiasa atas pertimbangan etis dan keputusan yang
2
...setiap aparat birokrasi wajib memiliki sikap mental dan perilaku yang
mencerminkan keunggulan watak, keluhuran budi, dan berbagai asas etis yang
bersumber pada kebajikan moral, kemudian membina diri sehingga sungguh-
sungguh menghayati asas-asas etis dan menerapkannya sebanyak mungkin
dalam tindakan jabatannya.
pemerintahan yang baik dan bersih (good governance and clean government).
Mengingat bahwa hal ini telah menjadi tuntutan masyarakat luas, maka
standar audit), atau aturan perilaku yang dibuat dan berlaku secara internal.
mengikat dan harus ditaati, agar hasil kerja dapat dipercaya dan memenuhi
yang jelas sehingga pelaksanaan standar etika tidak efektif. Setelah dikonfirmasi
yang lalu, pada kegiatan rapat kerja sempat dijadwalkan untuk membahas lebih
lanjut tetapi waktu tidak cukup sehingga sampai sekarang belum masuk di meja
Pak Inspektur. (P7)
Untuk saat ini, pedoman pengawasan intern Inspektorat Parepare sudah dibuat
dalam bentuk SOP (Standar Operasional Pemeriksaan) yang didalamnya sudah
mencantumkan Kode Etik APIP. Artinya, belum sempat dijalankan tetapi Kode
Etik APIP yang berlaku secara umum untuk pengawasan sudah lama dipedomani
namun penerapannya belum efektif. (P1)
kewajiban etis (ethical obligations). Kewajiban etis mengatur perilaku dan sikap
mental dalam membina diri, masyarakat dan kehidupan bangsa dan masyarakat.
Olehnya itu, perlu memahami asas-asas etis yang bersumber dari kebajikan
standar etika pengawasan (kode etik dan standar audit) suasananya nampak
...seingat saya, tahun 2011/2012 pernah juga dilakukan sosialisasi dalam bentuk
perumusan dan pemaparan aturan perilaku personil Inspektorat yang waktu itu
bekerja sama dengan BPKP,.... tetapi lagi-lagi hasilnya masih menjadi “ajang
debat” yang selalu seru ketika telah masuk dan menyentuh ranah “dosa-dosa
pribadi” personil APIP tatkala aturan itu ingin ditegakkan. (P5)
atau persepsi auditor tentang etika itu sendiri. Adanya perbedaan persepsi ini
mengungkapkan, bahwa;
umum (universal) sebagai pandangan etik atau yang memuat nilai etika yang
berlaku dalam tradisi atau budaya setempat (emic view)6, sebagai pedoman yang
Memang tidak ada kewajiban khusus untuk menjadikan nilai etika tersebut
sebagai pedoman dalam pengawasan (kecuali standar umum APIP yang sudah
jawab dan risiko yang melekat dalam tugasnya (inhern risk). Secara umum
benar (Etzioni, 1986). Keragaman informasi yang diterima oleh setiap individu
6
Pandangan yang dikuasai oleh nilai-nilai, norma-norma dan teori-teori ilmiah yang
sebenarnya merupakan pandangan “dari luar” itu disebut pandangan “etik” (etic view), sedangkan
pandangan tentang kebudayaan sendiri dari warga masyarakat yang bersangkutan, yang
sebenarnya merupakan pandangan “dari dalam”, merupakan pandangan “emik” (emic view)
(Koentjaningrat,1982b:xviii).
6
(kode etik dalam pengawasan), maka hasilnya kecendrungan untuk memilih apa
sama bahwa, pengalaman hidup, nilai-nilai pribadi, dan keyakinan dipilih oleh
banyak orang dibandingkan dengan kerangka etika yang sudah dibuat (Rost,
1995).
keuntungan diri sendiri (Pusdiklat BPKP, 2008:8). Lebih lanjut dijelaskan bahwa
dorongan orang untuk berbuat tidak etis diperkuat oleh rasionalisasi yang
pertama, setiap orang juga melakukan hal (tidak etis) yang sama. Misalnya,
pelaksanaan tugas dalam pengawasan bukan perbuatan yang tidak etis karena
yang bersangkutan berpendapat bahwa orang lain pun melakukan tindakan yang
sama.
menolak pemberian auditee, jika tindakan tersebut tidak bisa dibuktikan akan
Ketiga, bahwa tindakan tidak etisnya akan diketahui orang lain serta
sanksi yang harus ditanggung jika perbuatan tidak etis tersebut diketahui orang
lain tidak signifikan. Misalnya membiarkan perilaku tidak etis dilakukan sampai
ada yang menyampaikan atau merasa terganggu dengan tindakan tidak etis
tersebut. Jika tidak mendapat tanggapan dari orang lain, maka tindakannya
diangap etis.
sikap tidak peduli dan menjadi penyebab tidak efektifnya pengawasan. Hal ini
...masalah utama ketidaktaatan penegakan kode etik oleh personil APIP adalah
kurang dipahaminya kode etik .... (P5)
Menurut saya sendiri, masalah utama ketidaktaatan penegakan kode etik oleh
personil APIP adalah kurang memahami kode etik tersebut. Boleh diuji, apakah
setiap personil APIP mengetahui aturan perilaku tersebut secara detil?.... (P2)
lain yang mendukung hasil dan kinerja pengawasan menjadi lebih baik.
Noetic/Noematic Correlate
Eiditic Reduction/transendental
terkait keterpenuhan sumber daya aparat pengawasan yang memiliki kualitas etis
10
lebih baik. Artinya aparat pengawasan diwajibkan memahami kode etik dan
dipengaruhi nilai yang diyakini oleh masing-masing individu. Olehnya itu, untuk
tercapainya keseragaman ukuran perilaku, apakah suatu tindakan etis atau tidak
etis, maka kode etik perlu ditetapkan dan dijalankan bersama oleh seluruh
anggota profesi.
usaha dan mempertahankannya atas nama organisasi atau profesi (Araya dan
profesional yang disebut oleh Larkin (2000), sebagai sikap loyalitas yang dimiliki
...rendahnya komitmen diri setiap anggota untuk menerapkan Kode Etik APIP...,
dan yang menjadi tantangan adalah bagaimana pimpinan dapat betul-betul mau
menerapkan kode etik itu, tidak ada keteladan yang kuat dari pimpinan APIP.
(P3)
11
...itulah mungkin dinamika personil APIP yang sulit diatur tanpa keteladanan
yang kuat dari kepemimpinan di Inspektorat. (P5)
tugasnya, dan yang lebih penting lagi adalah apakah kepentingan pribadinya
sesuai dengan nilai dan tujuan organisasi. Tentu yang diinginkan adalah
komitmen dan keteladanan auditor terbingkai oleh dasar moral dan kode etik
kepatuhan).
keterhubungan yang menurut Mowday, et. al., (1982:27) sebagai “the relative
komitmen diri, pimpinan dan organisasinya memiliki arti lebih dari sekedar
loyalitas yang pasif, tetapi melibatkan hubungan aktif dan adanya kesadaran
kesediaan untuk mengerahkan usaha yang cukup atas nama organisasi; dan 3)
Ketika komitmen ini tidak bisa dijaga, maka keberhasilan kinerja organisasi akan
etik. Kemudian tidak memberi dorongan bagi aparat untuk bekerja secara proaktif
dan kompetitif dalam mengejar tujuan dan sasaran kegiatan organisasi yang
maksimal. Secara umum pejabat yang diberi wewenang dan tanggung jawab
pelaksanaan etika dalam pengawasan intern, karena sebuah budaya etis dalam
yang lebih tinggi memberi perhatian yang lebih baik tentang orientasi nilai etika,
yang berbeda dari rekannya. Kemudian hal yang sama dilakukan oleh Harris
yang lebih besar terhadap praktek etika dibanding dengan pejabat yang lebih
rendah. Dijelaskan bahwa manajer tingkat pertama adalah orang yang paling
kepekaan terhadap perilaku (etis) yang akan mempengaruhi kinerjanya. Hal ini
memberi alasan pentingnya posisi seorang pejabat atau pimpinan dalam sebuah
dari perilaku yang tidak etis, peran kepemimpinan sangat penting untuk
meningkatkan budaya etis terutama di sektor publik. (Pelletier dan Bligh, 2006).
berikut;
Reduksi
Noesis Sub tema
Noetic/Noematic Correlate
Kepemimpinan
sendiri dalam bentuk tanggung jawab, komitmen terhadap diri dan organisasi
merupakan topik yang penting dan menyentuh langsung pada sendi kehidupan
sebuah otoritas yang masyarakatnya memiliki moral dan tetap dipimpin oleh
menyentuh inti sari kehidupan karena memiliki fungsi regulatif bagi kehidupan
manusia baik sebagai mahluk sosial maupun sebagai individu (Dua, 2011b:9).
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ciulla (1987, dalam Hicks,
2006:153), bahwa adat maupun kebiasaan yang menjadi bagian tak terpisah dari
A moral environment is a system of customs and habits found in daily life that
take on a logic of their own. They influence dispositions and sensibilities of
people given the structure, tradition, beliefs, leadership, policies, and practices of
an organization … A healthy moral environment is one where it makes sense to
be honest, fair, loyal, forthright, etc.
universal atau aturan yang telah dibuat. Para informan mengungkapkan, bahwa;
15
... etika pengawasan bagi saya merupakan sikap atau perilaku yang seharusnya
dimiliki oleh aparat pengawas dalam melaksanakan tugas pengawasan. Sikap itu
didasarkan pada agama dan norma-norma standar yang berlaku. (P1)
Etika pengawasan merupakan sebuah sistem prinsip moral yang diberlakukan
dalam pengawasan yang ditetapkan dan wajib ditaati oleh para auditor. (P3)
...kaidah atau norma yang digariskan bagi setiap anggota APIP agar berprilaku
etis.... (P6)
Pernyataan informan tersebut merupakan noema (pengalaman objektif
nilai agama dan norma yang berlaku. Adapun noesis (refleksi subjektif) atas nilai-
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, telah mewajibkan kode etik dan standar
audit sebagai kriteria atau ukuran mutu minimal dalam melaksanakan kegiatan
tidak disengaja oleh anggota profesi dan melindungi keluhuran profesi dari
dihiasi dengan keluruhan budi, demikian halnya bahwa keluruhan budi tanpa
sehingga manusia dapat memahami tujuan hidup yang haikiki, menjadi manusia
yang utama (dalam kebaikan). Nilai-nilai etika tidak hanya berlaku sebagai
keyakinan tetapi merupakan acuan dan pedoman yang membawa akibat dan
senantiasa menjaga dirinya agar dapat terhindar dari perbuatan tercela. Sejalan
dengan konsep teleological ethic yang menerangkan bahwa segala sesuatu dan
kejadian menuju pada tujuan tertentu, sehingga dimaknai sebagai sebuah studi
sasaran, kecendrungan, dan bagaimana hal tersebut dicapai dalam suatu proses
pada ketentuan etis menjadi bagian dari tugas dan tanggung jawab auditor
Pengawasan yang baik bertindak sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang
diberikan tanpa melakukan sesuatu yang dapat mencederai anggapan auditee
terhadap pribadi auditor dan instansi. Contohnya, jangan buat susah yang
memang perlu dimudahkan dan jangan buat gampang yang memang sulit,
dengan tidak bermaksud melakukan hal-hal dilarang agama. (P2)
kepentingan tugas dan tanggung jawab. Adapun noesis (refleksi subjektif) atas
bahwa:
Perilaku profesional merupakan tindak tanduk yang merupakan ciri, mutu, dan
kualitas profesi atau orang yang profesional di mana memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya, diharapkan auditor intern sebaiknya bertindak
dalam sikap konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menahan diri dari
segala perilaku yang mungkin menghilangkan kepercayaan kepada profesi
pengawasan intern atau organisasi.
ditentukan dari faktor sumber daya manusia yang berkualitas (Gustati, 2011).
Alasan di balik profesionalisme bahwa pegawai negeri harus bersikap netral, adil,
tugas pokok dan fungsinya, serta memberi pelayanan atas dasar kepentingan
tanya besar menarik perhatian saya karena relevan terhadap keadaan atau
aktivitas dalam pengawasan yang menurut informan bagian dari tindakan tidak
18
“Pak Kabag, sesuai DPA SKPD kantor bapak tahun ini, ada beberapa pekerjaan
pengadaan. Tolong kami minta data mengenai kontrak pekerjaan dan bukti-bukti
pembayarannya... Setelah itu nanti kita jadwalkan bersama untuk tinjauan
lapangannya ya..”, kata Ketua Tim Audit.
“Baik pak”.
yang tanpa disadari telah jauh dari standar profesionalisme yang dipedomani
perencanaan audit sering dilakukan “ala kadarnya” dan terkadang hanya copy
paste dari audit sebelumnya. “Menerima ajakan makan siang”, tanpa disadari
dan sedikit banyak, dapat mempengaruhi sikap independensi auditor. Selain itu,
tugas pengawasan intern yang di sisi lain menuntut tanggung jawab sebagai
...aturan internal harus dilaksanakan supaya dapat mencegah hal-hal yang dapat
mencederai nama institusi di mata semua PNS maupun masyarakat. ( P2)
perbuatan tidak etis atau yang mencederai nama baik institusi pengawasan.
profesional dan berintegritas, sehingga mencerminkan ciri yang unik dan spesifik
dari profesi audit sekaligus memberikan martabat yang tinggi bagi peran APIP.
Setiap pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh seorang anggota profesi akan
memberikan citra buruk bagi profesi tersebut secara umum di mata masyarakat,
pengawasan intern. Nilai profesional yang tercantum pada standar umum APIP
(kode etik dan standar audit) menjadi “tali pengikat” yang membatasi auditor dan
menghormati nilai-nilai sosial menjadi sebuah urgensi. Bagi Sokrates (469 SM-
399 SM), hidup manusia memiliki satu fokus, yaitu membuat agar jiwanya
menjadi baik. Artinya, hal ini menegaskan jika pengetahuan tentang jiwa menjadi
kepentingan psyche manusia sebagai isi moralitas, bahkan lebih dari itu kodrat
manusia sebagai mahluk rasional menjadi dasar dari keutamaan moral yang
Reduksi
Noesis Sub tema
a. Adanya bentuk kesadaran bahwa segala
tindakan seseorang haruslah berpedoman Nilai-nilai profesional dalam
pada ketentuan yang telah diatur, menjadi pengawasan intern
kesepakatan untuk diterapkan mengingat
tugas atau tanggung jawab yang diemban
menuntut perilaku yang etis sehingga
dapat meningkatkan kepercayaan publik
terhadap pelaksanaan pengawasan intern.
b. Adanya tuntutan terhadap tindakan yang
21
Noetic/Noematic Correlate
Eiditic Reduction/transendental
Konsekuensi dan eksistensi moral yang membentuk kesadaran terhadap perilaku etis.
tugasnya sesuai tanggung jawab dan sikap profesional atas pengawasan intern
kepercayaan publik.
didasarkan pada nilai-nilai etika yang bersumber pada nilai agama, norma
standar yang telah dibuat, nilai moralitas dan prinsip tanggung jawab yang
melekat pada jabatannya. Untuk menjaga perilaku agar memenuhi mutu kerja
yang ditetapkan berdasarkan etika yang berlaku, maka kode etik profesional
menjelaskan bahwa;
Kode etik APIP dan standar audit APIP adalah amanat profesi yang harus kita
jaga dan laksanakan bersama, agar martabat APIP di mata para stakeholders
22
mendapat tempat yang terhormat dan hasil kerja APIP diharapkan dapat benar-
benar memberikan andil yang berarti bagi kemajuan bangsa.
Baghi (2011:135), bahwa satu-satunya jaminan etik bagi semua manusia adalah
yang dimaksud adalah tanpa prinsip, suatu endless strunggle dari pengalaman
eksistensial manusia. Artinya, respon kita terhadap hidup ini adalah karena
adanya tanggung jawab, bukan sesuatu yang diatur oleh prinsip-prinsip ataupun
norma-norma.
perkara makna kehidupan manusia yang memiliki aneka ragam keunikan yang
untuk menjadikan etika tidak hanya sekedar berada pada wilayah “keharusan”
mencontohkannya bahwa;
dalam agama mangkir dari ketentuan norma kita sebut dosa. Dalam ranah
pendidikan, tindakan yang sama kita katakan melawan disiplin.... Nyaris, tidak
ada tindakan manusia yang lolos dari wilayah penilaian etis semacam itu.
masyarakat. Watak etika dan moral diperlukan sebagai sikap dan perilaku yang
5.5. Ringkasan
Kendala yang dihadapi berdasarkan dari hasil penelitian ini adalah peran
tentang etika pengawasan juga dinilai masih minim. Sehingga dianggap memberi
pengaruh terhadap kemampuan rasional atas perilaku etis atau tidak etis.
moral, khususnya tentang nilai dan kewajiban manusia untuk bertindak secara
moral. Dalam ruang lingkup etika umum, etika sosial (sozialethik) perlu
dibedakan dari etika pribadi (personal ethik) yang bertugas menangani kewajiban
dan peran perorangan dalam bingkai masyarakat tempat ia berada. Karena kita
24
berada di lingkungan yang tak terpisah dari kepentingan masyarakat luas, maka
penting untuk mengutamakan kerangka etika secara umum dan logis. Dalam
penelitian ini, keinginan tersebut menjadi nilai yang tidak bisa ditawar. Keinginan
yang lahir dari kesadaran etika sosial yang telah bertugas menemukan bentuk-
bentuk baru atau tata tertib baru yang sesuai dengan martabat manusia. Tetapi
(Sermada, 2011:89).
Penelitian terarah pada perilaku tidak etis pada pengawasan intern, hasil
tanggapan auditee dan masyarakat pada umumnya terhadap kinerja dan kualitas
dibutuhkan cara pandang tentang etika yang lebih rasional untuk menciptakan
dalam berbagai aturan dan standar umum pengawasan intern. Ketika bentuk-
pengawasan dan memastikan lingkungan kerja yang lebih etis, tidak lagi
intern untuk menjalankan tugas sesuai tanggung jawab. Konsekuensi logis dan
25
buruk bagi profesi, demikian pula jika penugasan dilaksanakan dengan mutu di