Anda di halaman 1dari 5

Armelinda Pangestu Ningtyas

171429

Tugas LP Non Trauma

INTOKSIKASI APIXABAN

Pengertian

Menurut WHO (2012) keracunan atau intoksikasi adalah kondisi yang mengikuti
masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi, persepsi,
afek, perlaku, fungsi, dan repon psikofisiologis. Sumber lain menyebutkan bahwa keracunan
dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat kedalam tubuh yang dapat menyebabkan ketidak
normalan mekanisme dalam tubuh bahkan sampai dapat menyebabkan kematian.

Klasifikasi

Klasifikasi terjadinya keracunan ada dua jenis, yaitu:

1. Keracunan maupun keracunan secara sengaja ( occupational poisoning ). Sangat erat


hubungannya dengan usaha bunuh diri ataupun penyalahgunaan obat - obatan.
2. Keracunan secara tidak sengaja ( accidental poisoning ). Erat hubungannya dengan
kecelakaan kerja, atau ketidaksadaran maupun ketidaktahuan seseorang terhadap
suatu produk tertentu yang dapat menimbulkan keracunan.

Etiologi

Keracunan dapat diklasifikasikan berdasarkan lima bahan penyebabnya yaitu :

1. Makanan : singkong, jengkol, bongkrek


2. Gas toksin : karbon monoksida, gas toksin iritan.
3. Zat kimia industri : asam sianida, kaustik, hidrokarbon
4. Zat kimia rumah tangga : detergen, sabun cuci, dan parfum, insektisida, desinfektan
5. Zat kimia pertanian : insektisida, pestisida
6. Hewan berbisa, contoh bisa ular
7. Obat-obatan : salisilat, asetaminofen, digitalis, aminofilin

Faktor Resiko

Individu yang beresiko keracunan adalah :


1. Individu yang menyimpan dan menggunakan bahan - bahan kimia rumah
2. Pada anak terdapat faktor - faktor yang mempermudah terjadinya keracunan, yaitu :
1) Perkembangan kepribadian anak usia 0 - 5 tahun masih dalam faseoral sehingga
ada kecenderungan untuk memasukkan segala yang dipegang kedalam mulutnya.
2) Anak-anak masih belum mengetahui apa yang berbahaya bagi dirinya ( termasuk
disini anak dengan retardasi mental ).
3) Anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
4) Anak-anak pada usia ini mempunyai sifat negativistik yaitu selalu menentang
perintah atau melanggar larangan.

Oleh karena sifat - sifat tersebut maka keracunan pada anak lebih sering karena
kecelakaan ( accidental poisoning ), sedang pada dewasa keracunan lebih sering karena
pekerjaannya ( occupational poisoning ) dan pembunuhan atau usaha bunuh diri.

Mekanisme Kerja Racun Dalam Tubuh

1. Bekerja secara local atau setempat, contoh :


1) Zat – zat korosif : lisol, asam dan basa kuat
2) Yang bersifat iritan : arsen, HgCl2
3) Yang bersifat anestetik : kokain, asam karbol
2. Bekerja secara sistemik, contoh :
1) Narkotika, barbiturate, dan alcohol terutama berpengaruh terhadap susunan saraf
pusat
2) Asam oksalat, terutama berpengaruh terhadap jantung
3) Sianida, berpengaruh terhadap system enzim pernafasan dalam sel
4) Insektisida dan golongan fosfor organic, berpengaruh terhadap hati
5) HgCl2, berpengaruh terhadap ginjal
3. Bekerja secara local dan sistemik, contoh :
1) Asam oksalat, Asam karbol, Arsen, Garam timbal ( Pb )

Manifestasi Klinis

1. Intoksikasi dosis rendah sering menimbulkan keadaan yang tidak dapat diramalkan
menyerupai disorientasi, agitasi, mendadak ngamuk sering didapati. Mutisme, ataksia,
berkurannya respon terhadap stimulasi nyeri dan nistagmus horisontal, vertikal,
rotatorius yang intermiten adalah karakteristik. Dapat timbul rigiditas katatonik atau
nioklonus dengan rigiditas otot pada stimulasi, demikian juga kemerahan, diaforesisi,
muka yang meringis, hipersaliva, dan muntah.
2. Intoksifikasi dengan dosis tinggi sering menginduksi koma yang berakhir sampai
beberapa jam, sampai beberapa hari. Penderita tidak responsif terhadap nyeri. Dapat
timbul depresi pernapasan, hipertermi, takikardi, kadang-kadang menimbulkan gagal
jangtung, perdarahan intrakranial.

Komplikasi

1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok

Penatalaksanaan

1. Encerkan racun yang ada di lambung sekaligus menghalangi penyerapannya dengan


caran memberikan cairan dalam jumlah banyak.
2. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara :
1) Dimuntahkan : Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak. Kontraindikasi : cara
ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak
tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
2) Bilas lambung:

a. Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah

b. Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau
asam asetat 5 %.

c. Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc. Pada koma derajat sedang
hingga berat tindakan bilas lambung sebaiknya dilakukan dengan bantuan
pemasangan endotrakeal berbalon, untuk mencegah aspirasi pnemonia
Kontraindikasi : keracunan zat korosif dan kejang.

3) Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
3. Mengeluarkan racun yang telah diserap dilakukan dengan cara: Diuretic(lasix atau
manitol), Dialisa, Transfusi exchange
4. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala: Gangguan sistem pernapasan dan
sirkulasi lakukan RJP, Gangguan sistem susunan saraf pusat: Jika Kejang beri
diazepam atau fenobarbital, dan jika Odem otak beri manitol atau dexametason.
5. Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah.
6. Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa muntahan dan sebagainya sebaiknya
diamankan untuk identifikasi.
7. Penatalaksanaan syok bila terjadi

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan lambung,
analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa,
transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis
obat, Tes toksikologi kuantitatif.

Patofisiologi

Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan
tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mingkin juga terganggu
sebagian, karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer, dan
sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskuler diotak. Hipotensi yang terjadi mungkin
berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia terjadi bila
ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak
karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia. Hipotermia akan terjadi dan
memperberat syok, asidemia, dan hipoksia.

Anda mungkin juga menyukai