171429
INTOKSIKASI APIXABAN
Pengertian
Menurut WHO (2012) keracunan atau intoksikasi adalah kondisi yang mengikuti
masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi, persepsi,
afek, perlaku, fungsi, dan repon psikofisiologis. Sumber lain menyebutkan bahwa keracunan
dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat kedalam tubuh yang dapat menyebabkan ketidak
normalan mekanisme dalam tubuh bahkan sampai dapat menyebabkan kematian.
Klasifikasi
Etiologi
Faktor Resiko
Oleh karena sifat - sifat tersebut maka keracunan pada anak lebih sering karena
kecelakaan ( accidental poisoning ), sedang pada dewasa keracunan lebih sering karena
pekerjaannya ( occupational poisoning ) dan pembunuhan atau usaha bunuh diri.
Manifestasi Klinis
1. Intoksikasi dosis rendah sering menimbulkan keadaan yang tidak dapat diramalkan
menyerupai disorientasi, agitasi, mendadak ngamuk sering didapati. Mutisme, ataksia,
berkurannya respon terhadap stimulasi nyeri dan nistagmus horisontal, vertikal,
rotatorius yang intermiten adalah karakteristik. Dapat timbul rigiditas katatonik atau
nioklonus dengan rigiditas otot pada stimulasi, demikian juga kemerahan, diaforesisi,
muka yang meringis, hipersaliva, dan muntah.
2. Intoksifikasi dengan dosis tinggi sering menginduksi koma yang berakhir sampai
beberapa jam, sampai beberapa hari. Penderita tidak responsif terhadap nyeri. Dapat
timbul depresi pernapasan, hipertermi, takikardi, kadang-kadang menimbulkan gagal
jangtung, perdarahan intrakranial.
Komplikasi
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok
Penatalaksanaan
b. Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau
asam asetat 5 %.
c. Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc. Pada koma derajat sedang
hingga berat tindakan bilas lambung sebaiknya dilakukan dengan bantuan
pemasangan endotrakeal berbalon, untuk mencegah aspirasi pnemonia
Kontraindikasi : keracunan zat korosif dan kejang.
3) Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
3. Mengeluarkan racun yang telah diserap dilakukan dengan cara: Diuretic(lasix atau
manitol), Dialisa, Transfusi exchange
4. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala: Gangguan sistem pernapasan dan
sirkulasi lakukan RJP, Gangguan sistem susunan saraf pusat: Jika Kejang beri
diazepam atau fenobarbital, dan jika Odem otak beri manitol atau dexametason.
5. Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah.
6. Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa muntahan dan sebagainya sebaiknya
diamankan untuk identifikasi.
7. Penatalaksanaan syok bila terjadi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan lambung,
analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa,
transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis
obat, Tes toksikologi kuantitatif.
Patofisiologi
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan
tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mingkin juga terganggu
sebagian, karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer, dan
sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskuler diotak. Hipotensi yang terjadi mungkin
berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia terjadi bila
ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak
karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia. Hipotermia akan terjadi dan
memperberat syok, asidemia, dan hipoksia.