Anda di halaman 1dari 7

Nama : Fuzi Fauzia Fajrin

NIM : 1704010051

Kelas : FARMASI B 2017

Mata Kuliah : Teknologi Farmasi Cair

Tanggal : 15 April 2020

1. Larutan (solution) adalah Sediaan cair yang mengandung suatu zat aktif satu
atau lebih yang terlarut didalamnya, biasanya pelarut air.
Contoh larutan: Larutan oral (Potiones,sirup,elixir),
Larutan topical (Sediaan tetes mata,obat kumur, sediaan tetes telinga, Tetes
hidung, sediaan injeksi).
Sistem Dispersi adalah Sistem diama suatu zat tersebar merata (Fase
terdispersi) didalam zat lain (fase pendispersi). Contoh Sistem disperse :
Emulsi dan suspense.
2. Sediaan cair, karena merupakan sediaan yang lebih stabil daripada sediaan
padat. Penggunaanya lebih mudah, Cocok untuk orang yang suka menelan,
Absorpsi obat lebih cepat, dosis dapat disesuaikan, dosis obat lebih seragam
dibandingkan sediaan padatan terutama bentuk larutan, mengurangi iritasi
mukosa lambung karena factor pengenceran.
3. Pengembangan obat dalam bentuk cairan perlu dilakukan, karena untuk
meminimalisirkan derajat absorpsi obat dalam saluran pencernaan dan
ketersediaan hayatinya. Obat-obat yang mempunyai kelarutan rendah dalam
air, seringkali menunjukan ketersediaan hayati yang rendah pula. Begitu pula
dengan semakin mudah suatu obat larut dalam larutan cerna makan akan
semakin cepat pula di absorpsi.
4. Pertimbangan yang dilakukan dalam memformulasi sediaan cair:
a. Sifat fisikokimia suatu zat (kelarutan, ukuran partikel, sifat higroskopis,
reaksi-reaksi kimia dll) bila dikombinasikan dengan zat atau bahan
tambahan menjadi suatu bentuk sediaan farmasi yang stabil, efektif
dan aman.
b. Bahan tambahan obat yang akan digunakan.
Bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi harus kompatibel
(dapat tercampurkan) dengan bahan obat utama (zat aktif) dan bahan
tambahan yang lain.
Pada sediaan larutan digunakan bahan tambahan berupa pelarut
untuk melarutkan bahan obat, dapat juga ditambahkan bahan
penstabil untuk mencegah peruraian bahan obat, bahan pengawet
untuk mencegah pertumbuhan mikroba, bahan pemberi warna dan
rasa untuk memperbaiki rasa dan penampilan produk.
c. Kenyamanan saat penggunaan
d. Khasiat obat (Bahan-bahan tambahan yang digunakan tidak boleh
mengurangi khasiat zat aktifnya)
5. Larutan >> Suspensi >>Tablet
Larutan, sediaan yang lebih cepat dalam proses Absorpsi karena tidak perlu
dilarutkan terlebih dahulu di dalam cairan tubuh.
Suspensi, sediaan yang masih mengandung partikel halus yang belum larut,
sehingga ada proses pelarutan terlebih dahulu dalam lambung.
Tablet, sediaan yang padat sehingga harus melalui proses pemecahan dahulu
baru dapat di absorpsi oleh tubuh.
6. Kelarutan sangat penting dalam sediaan cair karena dapat mengetahui dan dapat membantu
dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu
mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan dan lebih
jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan. Kelarutan sangat penting dilakukan
agar kita dapat mengetahui usaha – usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kelarutan suatu
obat yang dapat mempermudah absorpsi obat didalam tubuh manusia.
7. Kelarutan dan Pelarutan itu berbeda. Kelarutan adalah Interaksi antara zat
terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Pelarutan adalah Proses yang
dilakukan untuk membuat zat asli menjadi larutan.
8. Faktor yang mempengaruhi kelarutan:
a. Pengaruh pH
b. Pengaruh temperature
c. Pengaruh jenis pelarut (Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut.
Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar ionik, begitu juga sebaliknya)
d. Pengaruh Kostanta dielektrik (Telah diketahui bahwa kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi
oleh polaritas pelarut)

e. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel (Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya
ukuran partikel suatu zat. Konfigurasi molekul dan bentuk sediaan susunan kristal juga
mempengaruhi)
f. Pengaruh penambahan zat-zat lain (Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk
menaikkan kelarutan suatu zat)
9. Forsa antarmolekular terkait fenomena kelarutan:
 Forsa dipol-dipol (forsa v.d. waals) : Interaksi dispersi london, Interaksi Debye, Forsa
ikatan dipol-dipol Keesom
 Ikatan Hidrogen
 Interaksi Ionik (Ikatan ion-ion, Ikatan ion-dipol, Interaksi induksi dipol ion)
 Forsa Tolak-Menolak
10. Hubungan antara nilai konstanta dielektrik suatu pelarut terhadap kelarutan yaitu konstanta
dielektrik berhubungan dengan kepolaran suatu zat. Zat yang memilki konstanta dielektrik
dengan nilai yang tinggi merupakan zat yang bersifat polar. Sebaliknya, zat yang konstanta
dielektriknya rendah merupakan senyawa nonpolar. Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi
oleh polaritas pelarut. Pelarut polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat
melarutkan zat-zat non polar sukar larut di dalamnya, begitu pula sebaliknya. Konstanta
dielektrik adalah suatu besaran tanpa dimensi dan merupakan rasio antara kapasitas elektrik
medium (Cx) terhadap vakum (Cv). Besarnya tetapan dielektrik ini menurut moore dapat diatur
dengan penambahan pelarut lain. Tetapan dielektrik suatu campuran pelarut merupakan hasil
penjumlahan dari tetapan dielektrik masing-masing yang sudah dikalikan dengan % volume
masing-masing komponen pelarut. Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut
campuran dibandingkan pelarut tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan istilah co-solvency
dan pelarut yang mana dalam bentuk campuran dapat menaikkan kelarutan suatu zat diseut co-
solvent.
11. Teori pembentukan emulsi:
a. Teori tegangan permukaan (Daya tarik menarik molekul/kohesi sejenis dan Adesi /berlainan
jenis). Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus dikerjakan sejajar
permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan. Hal tersebut terjadi
karena pada permukaan, gaya adhesi (antara cairan dan udara) lebih kecil dari pada gaya
khohesi antara molekul cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada
permukaan cairan
b. Teori Electrik Double Layer (Lapisan Listrik rangkap) Terjadinya emulsi karena adanya
susunan listrik yang menyelubungi partikel sehingga terjadi tolak menolak antara partikel
sejenis. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara:Terjadinya
ionisasi dari molekul pada permukaan partikel, Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari
cairan sekitarnya,Terjadinya gesekan partikel dengan cairan sekitarnya.
c. Teori Film Antarmuka (Emulgator akan diserap pada batas anatara air dan minyak, sehingga
terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase disperse menyebabkan partikel
sejenis yang akan tergabung akan terhalang). Untuk memberikan stabilitas maksimum,
emulgator harus: Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak, Jumlahnya cukup
untuk menutupi semua partikel fase disperse, Dapat membentuk lapisan film dengan cepat
dan dapat menutup semua permukaan partikel dengan segera.
12. Pengujian Tipe Emulsi:
a. Dengan pengenceran fase
Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase eksternalnya. Uji pengenceran hanya dapat
digunakan untuk menguji emulsi cair saja. Emulsi M/A dapat diencerkan dengan pelarut
aqueous(dapat terlarut dalam pelarut aqueous), sedangkan emulsi A/M tidak dapat
diencerkan dengan pelarut aqueous. Pengujian ini harus dilakukan dengan hati-hati karena
inverse fasa dapat terjadi.
b. Dengan pemberian warna
Pewarnaan = dye Solubility test
Zat warna akan tersebar rata kedalam emulsi apabila zat tersebut larut kedalam fase
eksternal dari emulsi tersebut. Amaranth adalah pewarna yang larut air, maka akan
terdispersi seragam pada emulsi tipe M/A. Sudan III adalah pewarna yang larut minyak,
maka akan terdispersi seragam pada emulsi tipe A/M.
c. Dengan kertas saring
Tipe M/A akan menyebar dengan cepat ketika setitik emulsi M/A diletakan dalam kertas
saring. Sebaiknya tidak digunakan untuk cream yang terlalu kental.
d. Dengan konduktivitas listrik
Fase eksternal dari emulsi dapat dilalui aliran listrik. Elektroda dicelupkan, jika lampu
indicator nyala berarti fase eksternalnya air.
Emulsi M/A dapat menghantarkan alus listrik, sedangkan emulsi A/M tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Uji ini dapat memberikan hasil palsu pada emulsi M/A non ionic.
13. HLB (Hydrophylic-Lipophylic Balance) penting dalam sediaan emulsi karena Nilai untuk
mengukur efisiensi emulgator yang digunakan, Skala nilainya yaitu 0-18,Semakin tinggi nilai HLB
suatu agen, akan semakin lebih bersifat hidrofil agen tersebut.
14. Bentuk ketidak stabilan emulsi :
a. Flokulasi (Dua globul bersatu, lapisan pelindung masih ada, droplet  agregat)
b. Koalesence (Hilangnya lapisan filmglobul makin besar dan bersatu)
c. Kriming (Pengaruh gravitasi  terjadi pemekatan di permukaan atau di dasar)
d. Inversi fasa (Perubahan viskositas)
e. Breaking / demulsifikasi (Pecah akibat hilangnya lapisan film, pengaruh suhu)
15. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi :
a. Ukuran partikel (Makin kecil ukuran partikel, makin besar luas penampangnya, daya tekan
ke atas semakin besar, memperlambat gerakan partikel untuk mengendap. Makin besar
ukuran partikel, makin kecil luas penampangnya, daya tekan ke atas semakin kecil
mempercepat gerakan partikel untuk mengendap).
b. Kekentalan (viskositas) (Laju pengendapan diperlambat, karena gerakan turun partikel yang
dikandungnya akan diperlambat sehingga suspensi tetap stabil. Tetapi kekentalan suspensi
tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
c. Jumlah partikel (konsentrasi) (Semakin besar konsentrasi partikel, makin besar
kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu cepat, karena partikel akan sulit
melakukan gerakan bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut).
d. Sifat atau muatan partikel (Suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari campuran bahan
yang sifatnya tidak selalu sama. Maka ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan yang
menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Sifat dan muatan partikel
merupakan bawaan alam yang tidak dapat diubah. Sehingga yang dapat kita lakukan adalah
dengan menyesuaikan ukuran partikel dan mengubah viskositas sediaan).
16. Sistem Pembentukan Suspensi:
a. Sistem flokulasi (Partikel beragregat dengan ukuran besar,Sedimentasi cepat, Endapan
longgar, mudah diresuspensikan kembali (tidak terjadi cake) , Volume sedimentasi
besar)
b. Sistem deflokulasi (Partikel terdispersi sebagai unit terpisah, Sedimentasi lambat,
Endapan kompak/memadat, terbentuk cake, Volume sedimentasi kecil)
17. Hal yang perlu diperhatikan dalam memformulasi sediaan suspensi:
a. Suspensi harus tetap homogen pada suatu perioda, paling tidak pada perioda antara
pengocokan dan penuangan sesuai dosis yang dikehendaki,
b. Suspensi harus kental untuk mengurangi kecepatan pengendapan partikel yang
terdispersi,
c. Viskositas tidak boleh terlalu kental sehingga tidak menyulitkan pada saat penuangan
dari wadah,
d. Partikel suspense harus kecil dan seragam sehingga memberikan hasil yang baik dan
tidak kasar.
18. Metode Pembuatan suspensi:
a. Metode dispersi (Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat
ke dalam mucilago yang telah terbentuk, kemudian baru diencerkan)
b. Metode Presipitasi (Zat yang akan didispersikan dilarutkan dahulu ke dalam pelarut
organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik, larutan
zat ini kemudian diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air)
Cairan organik : etanol, propilenglikol, polietilenglikol.
19. Perbedaan sirup dan eliksir:
Sirup = Sediaan pekat campuran air dan gula atau pengganti gula, dengan atau tanpa zat
pewangi dan zat obat. Sirup yang mengandung bahan pemberi rasa tapi tidak mengandung zat
obat disebut pembawa yang wangi/harum, sedangkan sirup obat adalah sediaan gula pekat
yang mengandung zat obat.
Eliksir = Sediaan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan (pemanis, pengawet,
pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap dan pelarutnya digunakan campuran air-
etanol.
20. Metode pembuatan sirup dan eliksir:
Metode pembuatan sirup
Tergantung kepada sifat fisika kimia bahan-bahannya :
a. Melarutkan bahan-bahan dengan bantuan pemanasan
b. Melarutkan bahan-bahan dengan penggojogan tanpa panas atau mencampur bahan-bahan
cair biasa.
c. Menambahkan sukrosa ke dalam larutan obat.
Metode pembuatan eliksir
a. Mencampur zat padat dengan pelarut atau campuran pelarut (kosolven) sambil diaduk
hingga larut.
b. Bahan yang larut dalam air dilarutkan terpisah dengan zat yang larut dalam pelarut alkohol
lalu larutan air ditambahkan kedalam larutan alkohol agar penurunan kekuatan alkohol dalam
larutan secara gradien mencegah terjadinya pemisahan atau endapan.
c. Gliserin, sirup, sorbitol, dan propilenglikol dalam elixir memberikan peranan pada kestabilan
zat terlarut dan dapat meningkatkan viskositas.

Anda mungkin juga menyukai