Anda di halaman 1dari 19

iNFUS

Kelompok 2

Fuzi Fauzia Fajrin 1704010051


Sopia Alawiyah 1704010057
Hilda Nurosifah1704010065
Riska Maesaroh 1704010066
Shopi Hanifah 1704010074
Neng Revi Nurul Azizah 1704010075
Tian Septiandi 1704010084
Reva Restiana 1704010085
Henti Nursalamah 1704010086

Farmasi B
Pengertian
Infus adalah sediaan steril, dapat berupa larutan atau emulsi,
bebas pirogen, sedapat mungkin isotonis dengan darah, disuntikkan
langsung ke dalam vena dalam volume yang relatif besar. Infus
intravena harus jernih dan praktis bebas partikel (The Departement of
Health, Social Service and Public Safety, 2002 – British Pharmacope
2009). Kecuali dinyatakan lain, infus intravena tidak boleh mengandung
bakterisida atau dapar (Lachman, 1993).
FI III : 12
Infus intavena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi,
bebas pirogen dan sedapat mungkin isotonis terhadap darah,
disuntikkanlangsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak
SDF :163
Larutan steril volume besar meliputi obat-obat yang digunakan
untuk irigasi atau untuk dialisis
Persyaratan Sediaan Infus
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan infus intravena,
yaitu:
 Sediaan steril berupa larutan atau emulsi (Departemen Kesehatan
RI, 1995).
 Bebas pirogen (Departemen Kesehatan RI, 1995).
 Sedapat mungkin dibuat isotonis dan isohidris terhadap darah.
 Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar.
 Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel.
 Volume netto/volume terukur tidak kurang dari nilai yang ada pada
etiket sediaan.
 Memenuhi persyaratan lain yang tertera pada injeksi
Jenis Cairan Infus Dan Kegunaannya
 Cairan kristaloid
Mengandung natrium klorida, natrium glukonat, natrium asetat, kalium klorida, magnesium klorida, dan glukosa
Cairan kristaloid umumnya digunakan untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit, mengembalikan pH,
menghidrasi tubuh, dan sebagai cairan resusitasi.
 Cairan kristaloid
Cairan ini mengandung natrium dan clorida. Cairan infus ini digunakan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang,
mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit, dan menjaga tubuh agar tetap terhidrasi dengan baik.
 Ringer laktat
Ringer laktat merupakan jenis cairan kristaloid yang mengandung kalsium, kalium, laktat, natrium, klorida, dan air.
Cairan ringer laktat umumnya diberikan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang saat mengalami luka, cedera,
atau menjalani operasi yang menyebabkan kehilangan darah dengan cepat dalam jumlah yang banyak. Selain itu,
cairan ini juga sering digunakan sebagai cairan pemeliharan ketika sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
 Dextrose
Merupakan cairan infus yang mengandung gula sederhana. Cairan ini sering digunakan untuk meningkatkan kadar
gula darah, pada seseorang yang mengalami hipoglikemia (gula darah rendah). Selain itu, cairan infus dextrose juga
dapat digunakan untuk kondisi hyperkalemia (kadar kalium yang tinggi).
 Cairan koloid
Memiliki molekul yang lebih berat. Cairan ini dapat diberikan pada pasien
yang menderita sakit kritis, pasien bedah, dan juga sebagai cairan
resusitasi.
 Gelatin
Merupakan salah satu cairan koloid yang mengandung protein hewani. Salah satu kegunaan cairan ini adalah
untuk mengatasi keadaan kurangnya volume darah yang disebabkan oleh kehilangan darah.
 Albumin
Pemberian cairan infus albumin biasanya dilakukan saat pasien memiliki kadar albumin yang rendah, misalnya
pasien yang menjalani operasi transplantasi hati, menderita luka bakar akut, dan pasien sepsis.
 Dekstran
Merupakan jenis cairan koloid yang mengandung polimer glukosa. Dekstran dapat digunakan untuk memulihkan
kondisi kehilangan darah. Selain itu, dekstran juga digunakan untuk mencegah terjadinya tromboemboli setelah
operasi.
Contoh Formula Infus Otsutran-70 (Otsuka)
R/ Dekstran 70 in normal salin 6%
Dekstran 70 6,0%
NaCl 0,9%
A.P.I 500ml
Osmolaritas : 316,5mOsm/L

Dekstran terbentuk didalam media yang mengandung sakarosa di bawah


pengaruh enzim dekstran sakarase yang diproduksi oleh berbagai spesies
leuconostoc.
Sebagai pengganti plasma digunakan 6 atau 10%larutan dekstran 40 atau
70 dengan BM 40.000-70.000 dengan penambahan NaCl 0,9%.
Sterilisasi dengan autoclaf suhu 120 derajat C, penyimpanan suhu 4
derajat C stabil selama 19 tahun.
Evaluasi Sediaan
A. Evaluasi Fisika
Uji Bahan Partikulat dalam Injeksi (suplemen FI IV, 1533-15)
Penetapan pH (Suplemen FI IV, hlm. 1572-1573)
Uji Kejernihan
Uji Kebocoran (Goeswin Agoes, 2009, 191-192)
Uji Kejernihan dan Warna (Goeswin Agoes, 2009, 201-203)

B. Evaluasi Kimia
Prosedur evaluasi kimia harus mengacu terlebih dahulu pada data
monografi sediaan (dibuku Farmakope Indonesia atau buku kompendial
lain)
 Identifikasi
 Penetapan Kadar
C. Evaluasi Biologi
 Uji Sterilitas (suplemen FI IV, 1512-1519)
 Uji Endotoksin Bakteri (suplemen FI IV, 1527-1532)
 Uji Pirogen untuk volume sekali penyuntikan > 10 mL (FI IV, 908-
909)
 Penetapan Potensi Antibiotik (khusus jika zat aktif antibiotik)
(suplemen FI IV, 1519-1527)
Pendahuluan
Untuk mengetahui kecepatan aliran cairan yang masuk ke dalam tubuh,
dapat diamati pada jumlah tetesan pada chamber infus. (N. Muljodipo, dkk.,
2015).
Wadianto (Wadianto, dkk., 2016) telah membuat sebuah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan informasi jumlah tetesan cairan infus pada drip
chamber. Untuk mendeteksi tetesan cairan menggunakan sensor optocoupler
yang berbasis cahaya. Sebagai tambahan sistem ini dilengkapi dengan indikator
untuk mengetahui kondisi cairan di dalam tabung. Dari hasil perancangan yang
telah dibuat memiliki nilai keakurasian yang cukup baik.
Sebuah sistem monitoring cairan intravena telah dirancang dengan tujuan
untuk memberikan informasi kepada tenaga medis status keadaan cairan infus
di dalam tabung (Riskitasari, S., dkk, 2016). Metode yang digunakan dengan
memanfaatkan sensor load cell untuk mengukur massa cairan yang dikonversi
besarannya menjadi volume cairan. Dan hasilnya dikirim ke server melalui
perangkat nirkabel Zigbee namun belum memiliki sistem nonitoring dan gambar
grafik secara real time.
Metode Penelitian
 Metodologi
Sistem kerja dimulai dengan memberikan nilai masukkan berupa laju
tetesan cairan infus. Sensor optocoupler mendeteksi adanya tetesan yang ada
di dalam drip chamber, kemudian sinya dari sensor dikondisikan oleh rangkaian
pengkondisi sinyal (Setiawan. D. dan Maulina, F., 2017).

Gambar 1. Diagram blok cara kerja prototipe sistem infus


otomatis
 Perancangan Rangkaian Sensor Tetesan Cairan Infus Menggunakan
Optocoupler
Pada perancangan rangkaian tetesan cairan infus menggunakan
optocoupler dengan menggunakan cahaya sebagai pendeteksi. Sumber
cahaya sebagai transmitter dan photo-detector sebagai receiver. Sensor
mendeteksi jumlah tetesan setiap satu menit. Sensor mengirim sinyal tegangan
sebagai masukkan mikrokontroler untuk mendapat jumlah tetesan. Jumlah set
point tetesan digunakan sebagai pembanding dari jumlah yang terhitung. Dan
apabila sesuai dengan set point maka sistem infus otomatis untuk
mempertahankan jumlah tetesan sebesar set point.

Gambar 3. Sensor tetesan cairan infus menggunakan optocoupler


pada drip chamber
 Perancangan Kendali Pemantau Tetesan Cairan Infus Menggunakan
Logika Fuzzy
Dalam mendesain kendali logika fuzzy yang perlu diperhatikan adalah
tingkah laku dari sistem infus otomatis. Hal yang harus diamati adalah
pengaruh nilai data jumlah tetesan yang dideteksi oleh sensor pendeteksi
tetesan cairan infus. Data masukkan fuzzy berupa data jumlah tetesan tiap
menit. Untuk melakukan perhitungan pada inferensi fuzzy ditentukan terlebih
dahulu data rentang nilai variabel yang digunakan antara lain kondisi relay
untuk pompa, gerakan motor stepper dan motor servo.

Himpunan hasil fuzzy kecepatan tetesan cairan


Hasil dan Pembahasan
 Pengujian Rangkaian Sensor Tetesan Cairan Infus Menggunakan
Optocoupler

Dari hasil pengujian dapat dilihat perbedaan tegangan antara nilai sensor antara
ada halangan dihasilkan antara 0,10 - 0,13 volt dan tidak ada halangan cahaya 4,58
- 4,81 volt di optocoupler. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rangkaian sensor
tetesan memiliki kinerja yang baik sebagai pendeteksi tetesan cairan.
 Pengujian Motor Stepper Penekan Selang Mesin Pompa
Pengujian motor stepper penekan selang mesin pompa bertujuan untuk
mengetahui kestabilan tegangan pada motor stepper ketika berputar searah
dan berlawanan arah jarum jam yang digunakan untuk menekan selang pompa
apabila mesin pompa dalam keadaan tidak aktif untuk mencegah udara tekan
tidak keluar dari manset. Dari hasil pengujian menunjukkan nilai tegangan pada
saat motor stepper dalam putaran berputar berlawanan atau searah jarum jam
didapatkan nilai yang stabil sehingga alat penekan selang mesin pompa dapat
berjalan dengan optimal.
 Pengujian Motor Servo Penekan Selang Laju Cairan Infus
Pengujian sudut servo digunakan untuk mengetahui seberapa besar sudut
yang digunakan untuk menutup selang infus agar tidak terjadi tetesan sehingga
dapat digunakan. Hasil pengujian motor servo penekan selang laju cairan Infus
ditunjukkan pada Tabel. Dapat dilihat bahwa saat kondisi sudut motor 0º selang
infus tertutup sempurna sehingga tidak ada laju cairan infus dan saat kondisi
60º selang infus terbuka menyebabkan laju cairan infus lancar.
- Pengujian Kinerja Sistem Pemantauan Tetesan Cairan Infus Mengunakan Fuzzy

Pengujian ini bertujuan untuk


mengetahui kinerja sistem pemantauan
tetesan cairan infus otomatis yang
diterapkan menggunakan logika fuzzy.
Prosedur pengujian kinerja sistem
dilakuakn sebanyak 15 kali. Nilai
tetesan setiap menit hasil percobaan
dibandingkan dengan nilai set point
yang dimasukkan. untuk menguji kinerja
sistem pemantauan tetesan cairan infus
otomatis dengan menggunakan kendali
logika fuzzy dengan nilai set point 20
tetes dalam waktu 1 menit, diperoleh
persentase keberhasilan sebesar 96,75
%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
sistem ini memiliki kinerja yang baik
dengan menerapkan logika fuzzy.
KESIMPULAN
Setelah melakukan perancangan, pengujian dan analisa data hasil dari
pengujian, maka dapat disimpulkan perancangan rangkaian tetesan cairan infus
menggunakan optocoupler dapat digunakan pendeteksi tetesan cairan yang
melalui drip chamber. Kinerja dari sistem pemantauan aliran cairan infus secara
otomatis dengan menggunaka logika fuzzy yang telah diuji memiliki tingkat
keberhasilan 96,75% dengan nilai set point 20 tetes dalam waktu 1 menit.
Sebagai pengembangan lebih lanjut perlu dilakukan untuk mendapatkan sistem
yang lebih akurat. Diantaranya adalah dalam menggunakan optocoupler dengan
peletekan yang presisi agar bekerja optimal dalam pembacaan tetesan infus di
berbagai kondisi dan lokasi pengujian. Dan sistem kendali dapat dikembangkan
menjadi jaringan syaraf tiruan agar sistem bisa melakukan proses lebih cepat
dengan akurasi yang lebih tinggi.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 173-174; 519-521;
1044.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Suplemen I Farmakope
Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Goeswin, A. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung: Penerbit ITB.
Lachman, Leon. 1993. Pharmaceutical Dosage Forms: Parenteral Medications.
Volume 2, 2nd edition. New York: Marcell Dekker Inc.
MULJODIPO, N., SOMPIE, S.R. and ROBOT, R.F., (2015). Rancang Bangun
Otomatis Sistem Infus Pasien. E-Journal Teknik Elektro Dan Komputer, 4(4), pp.12-
22.
Syah, I.S.K., W. Sohadi dan C. Yessy. 2009. Uji Endotoksin Sediaan Injeksi
Intravena Natrium Klorida Dengan Metode Gel-Clot. Farmaka. 7: 1.
The Department of Health, Social Service and Public Safety. British Pharmacopoeia.
2002. London. Halaman 1889.
WADIANTO, W. and FIHAYAH, Z., 2016. Simulasi Sensor Tetesan Cairan, Pada
Infus Konvensional. Jurnal Kesehatan, 7(3), pp.394-401.

Anda mungkin juga menyukai