Anda di halaman 1dari 27

PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE GUIDED

DISCOVERY DAN GUIDED INQUIRI DALAM PENINGKATAN


HASIL BELAJAR SISWA KELAS X IPA DI SMA NEGERI 1
WAINGAPU

OLEH :

FELITAS RAMBU EMA EUT (2317029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS KRISTEN WIRA WACANA SUMBA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu gambaran utama dari suatu bangsa.
Pada zaman yang sudah berkembang seperti sekarang ini, pendidikan sangat
diutamakan tidak hanya bagi kaum laki-laki saja, namun wanita pun sudah
tidak ketinggalan lagi untuk berlomba-lomba dalam mengenyam pendidikan
bahkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Prosese pendidikan yang
diselenggarakan secara formal di sekolah di mulai dari pendidian sekolah dasar
(SD) sampai perguruan tinggi (PT) tidak lepas dari kegiatan belajar yang
merupakan salah satu kegiatan pokok dengan guru sebagai pemegang peran
utama. Biologi merupakan ilmu dasar yang memegang peranan penting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan pembelajaran
biologi pada tiap jenjang pendidikan layak mendapatkan perhatian yang yang
memadai untuk mengakrabkan siswa dengan bidang ini. Peran guru juga tidak
kalah pentingnya untuk memberikan dorongan dalam kegiatan belajar
(Slameto, 2010).
Pendidikan adalah kunci dari semua kemajuan dan perkembangan yang
berkualitas. Sehingga bisa dikatakan bahwa pendidikan juga berpengaruh besar
dalam kemajuan suatu bangsa. Dalam rangka dapat mempelajarinya dan ingin
mengetahuinya. Keterampilan proses perlu dilatihkan atau dikembangkan
dalam pengajaran IPA karena keterampilan proses mempunyai peranan untuk
membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya, memberi kesempatan
kepada siswa untuk melakukan penemuan, meningkatkan daya ingat,
memberikan kepuasan intrinsik bila anak telah berhasil melakukan sesuatu dan
membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains. Dengan menggunakan
keterampilan proses akhirnya akan terjadi interaksi antara konsep/prinsip/teori
yang telah ditemukan atau dikembangkan dengan pengembangan keterampilan
proses itu sendiri sehingga siswa dapat menguasai berbagai materi dan konsep
yang telah diajarkan kepada siswa (Trianto, 2010).
Pembelajaran inovatif diharapkan mampu meningkatkan keterampilan
peserta didik dan semakin menguatkan siswa dalam menguasai materi yang
telah diajarkan kepada siswa. Siswa mudah memahami konsep-konsep yang
rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret merupakan salah
satu alasan yang melandasi perlunya diterapkan keterampilan dalam
pembelajaran proses sains (Dimyati, 2002).
Hasil observasi awal yang telah dilakukan dengan mewawancarai guru
mata pelajaran biologi di SMAN 1 WAINGAPU menunjukkan bahwa proses
pembelajaran dikelas masih menggunakan metode konvensional. Siswa tidak
banyak aktif dalam merespon materi yang disampaikan oleh guru. Sebagian
siswa lebih memilih bercerita karena suasana kelas terasa sedikit
membosankan, sehingga siswa tidak termotivasi untuk berperan aktif selama
proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan sebagian siswa tidak dapat
menguasai materi yang disampaikan oleh guru diakhir pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka telah dilakukan penelitian
dengan judul perbandingan penggunaan metode guided discovery dengan
guided inquiry dalam peningkatan hasil belajar siswa kelas X IPA di SMAN 1
WAINGAPU.
B. Identifikasi Masalah
1. Hasil belajar siswa yang rendah yang dipengaruhi oleh aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran di kelas masih kurang.
2. Motivasi siswa yang masih rendah yang terlihat dari adanya siswa yang
tidak banyak aktif dalam merespon guru,bercerita sendiri karena kelas
terasa membosankan, sehingga tidak termotivasi untuk berperan aktif
selama proses pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti memberi
batasan masalah pada signifikasi perbandingan metode guided discovery dan
guided inquiry dalam peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas X SMAN 1
WAINGAPU.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana penerapan metode guided discovery learning dan guided
inquiry dalam peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas X SMAN 1
WAINGAPU?
2. Bagaimana perbandingan peningkatan hasil belajar setelah diterapkan
metode guided discovery learning dan guided inquiry?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
➢ Tujuan Penelitian :
1. Untuk mengetahui penerapan metode guided discovery learning
dan guided inquiry dalam peningkatan hasil belajar IPA siswa
kelas X SMAN 1 WAINGAPU.
2. Untuk mengetahui perbandingan peningkatan hasil belajar
setelah diterapkan metode guided discovery learning dan
guided.
➢ Kegunaan Penelitian
1. Manfaat teoritis
➢ Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaharuan
kurikulum di sekolah menengah yang terus berkembang
sesuai dengan tuntutan masyarakat dan sesuai dengan
kebutuhan perkembangan siswa.
➢ Memberikan sumbangan ilmiah dalam ilmu pendidikan
siswa, yaitu membuat inovasi penggunaan metode
eksperimen dalam peningkatan kemampuan sains siswa.
➢ Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan peningkatan
kemampuan sains siswa dan menjadi bahan kajian lebih
lanjut.
2. Manfaat praktis
➢ Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung
dan pengalaman langsung tentang cara meningkatkan
kemampuan sains siswa melalui metode eksperimen.
➢ Bagi pendidik dan calon pendidik
Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan
pemikiran tentang cara mengembangkan kemampuan
sains khususnya metode eksperimen.
➢ Bagi anak didik
Anak didik sebagai subjek penelitian diharapkan dapat
memperoleh pengalaman langsung mengenai
pembelajaran secara aktif, kreatif, dan menyenangkan
melalui metode eksperimen dan anak dapat tertarik
mempelajari sains sehingga perkembangan kemampuan
sains anak dapat meningkat.
➢ Bagi sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program
pembelajaran serta menentukan metode dan media
pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan
kemampuan sains anak.
BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Metode Discovery
Metode Guided Discovery atau penemuan terbimbing merupakan metode
pembelajaran yang menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa belajar
secara aktif dan mandiri dalam menemukan suatu konsep atau teori, pemahaman,
dan pemecahan masalah. Proses penemuan tersebut membutuhkan guru sebagai
fasilitator dan pembimbing. Banyaknya bantuan yang diberikan guru tidak
mempengaruhi siswa untuk melakukan penemuan sendiri. Sejalan dengan uraian
diatas, Soejadi dalam Sukmana (2009) mengungkapkan guided discovery
merupakan pembelajaran yang mengajak para siswa atau didorong untuk
melakukan kegiatan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya siswa menemukan
sesuatu yang diharapkan.

Selanjutnya, Hamalik (2005: 188) mengungkapkan bahwa guided discovery


melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Sedangkan guru
membimbing mereka ke arah yang benar/tepat. Sejalan dengan uraian diatas,
Hanafiah dan Cucu Suhana (2010: 77) mengungkapkan bahawa guided discovery
yaitu pelaksanaan penemuan dilakukan atas petunjuk dari guru. Pembelajaran
dimulai dari guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan tujuan
untuk mengarahkan peserta didik kepada titik kesimpulan kemudian siswa
melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakan.

Bertolak pada pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa guided
discovery merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif
untuk mencoba menemukan sendiri informasi maupun pengetahuan yang
diharapkan dengan bimbingan dan petunjuk yang diberikan guru.
• Kelebihan dan Kekurangan Guided Discovery Learning
a. Kelebihan Guided Discovery Learning
Menurut Marzano yang dikutip dalam Markaban (2008:18)
kelebihan dari Model Penemuan terbimbing adalah sebagai berikut :

➢ Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang


disajikan.
➢ Menumbuhkan sekaligus menanamkan sifat inquiry (mencari-
menemukan).
➢ Mendukung problem solving siswa.
➢ Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan
yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan
dalam proses menemukannya.
b. Kekurangan Guided Discovery Learning
Menurut Markaban (2008:18-19) kekurangan dari model guided
discovery learning adalah sebagai berikut :
➢ Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
➢ Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan
cara ini. Dilapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan
mudah mengerti dengan model ceramah.
➢ Tidak semua topic cocok untuk disampaikan dengan
model ini. Umumnya topik - topik yang berhubungan
dengan prinsip dapat dikembangkan dengan model
penemuan terbimbing.
c. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Guided Discovery
Learning
Menurut Hendro Darmodjo yang dikutip dalam Hadiningsih
(2009: 33) langkah-langkah metode guided discovery sebagai berikut :
➢ Melemparkan masalah-masalah untuk dipecahkan siswa.
➢ Memberi motivasi belajar.
➢ Membantu siswa yang benar-benar memerlukan agar
tidak mengalami jalan buntu dan frustasi.

Menurut Sudjana yang dikutip dalam Hadiningsih (2009: 34)


langkah-langkah metode penemuan dalam pembelajaran sebagai berikut
:

➢ Merumuskan masalah untuk dipecahkan siswa.


➢ Menetapkan jawaban sementara.
➢ Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan
untuk menjawab permasalahan atau hipotesis.
➢ Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi.
➢ Mengaplikasi kesimpulan atau generalisasi dalam situasi
baru.
2. Pengertian Guided Inquiry
Menurut C.V. Schwarz & Y.N. Gwekwere (2007), inkuiri terbimbing adalah
model pembelajaran yang didalamnya terdapat beberapa kegiatan yang bersifat
ilmiah, dimana siswa disuruh menyampaikan ide-ide mereka sebelum topik
tersebut mereka pelajari, siswa menyelidiki sebuah gejala atau fenomena yang
mereka anggap ganjil, siswamenjelaskan fakta-fakta dan membandingkannya
secara saintifik, selain itu siswamenanyakan mengenai sebuah situasi yang
mendukung pembelajaran tersebut seperti perlengkapan teknologi. Inkuiri
terbimbing (guided Inquiry) merupakan salah satu metode inkuiri dimana guru
menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk penyelidikan. Siswa
merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan masalah. Guru
memfasilisitasi penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan atau membuat
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka untuk penyelidikan lebih lanjut.
Pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan agar para siswa bebas
mengembangkan konsep yang mereka pelajari. Mereka diberi kesempatan untuk
memecahkan masalah yang mereka hadapi secara berkelompok, di dalam kelas
mereka diajarkan berinteraksi sosial dengan kawan sebayanya untuk saling
bertukar informasi antar kelompok. Inkuiri terbimbing (guided inquiry) masih
memegang peranan guru dalam memilih topik atau bahasan, pertanyaan dan
menyediakan materi, akan tetapi siswa diharuskan untuk mendisain atau
merancang penyelidikan, menganalisa, dan sampai kepada kesimpulan.
• Kelebihan dan Kekurangan Model Guided Inquiry
a. Kelebihan Model Guided Inquiry
Menurut Wina Sanjaya (2007:206) adapun penggunaan inkuiri
memiliki kelebihan sebagai berikut :
➢ Model pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
secara seimbang, sehingga pembelajaran dengan
menggunakan inkuiri dianggap lebih bermakna.
➢ Dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk
belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
➢ Model pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang
dianggap sesuai dengan perkembangan psikolog modern
yang menganggap belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman.
➢ Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki
kemampuan diatas rata-rata.
• Kekurangan Model Guided Inquiry
Menurut Wina Sanjaya (2007:206) selain mempunyai kelebihan, inkuiri
juga memiliki kekurangan sebagai berikut :
➢ Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karna itu terbentur
dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar.
➢ Jika ditinjau dari sarana kelas, maka untuk membentuk
kelompok kesulitan mengatur mengangkat tempat duduk. Hal
ini karena tempat duduk terlalu berat.
➢ Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk peserta didik
sehingga sulit mencapai target kurikulum.
➢ Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

• Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Guided Inquiry


Menurut Eggen dan Kauchak (1996:279) mengemukakan enam fase
dalam inkuiri terbimbing, yaitu :
➢ Fase Pertama, Menyajikan pertanyaan atau masalah.
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah
dituliskan di papan tulis.
➢ Fase Kedua, Membuat hipotesis.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk curah
pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa
dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan
dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas
penyelidikan.
➢ Fase Ketiga, Merancang percobaan.
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan
langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang
dilakukan.Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-
langkah percobaan.
➢ Fase Keempat, Melakukan percobaan untuk memperoleh
informasi.
Guru membimbing siswa untuk mendapatkan informasi melalui
percobaan.
➢ Fase Kelima, Mengumpulkan data dan menganalisis data.
Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk
menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
➢ Fase Keenam, Membuat Kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan dan
memberikan penghargaan kepadamasing-masing kelompok
yang telah memberikan presentasinya kemudian memberikan
tugas individu mengenai materi yang telah dipelajari tadi.

Dari uraian di atas, inkuiri terbimbing (guided inquiry)


dapat diartikan sebagai salah satu metode pembelajaran berbasis
inkuiri yang berbasis penyajian, masalah, pertanyaan dan materi
atau bahan penunjang ditentukan oleh guru. Masalah dan
pertanyaan ini yang mendorong siswa melakukan penyelidikan
untuk menetukan jawabannya.Kegiatan siswa dalam
pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari masalahyang
ditentukan oleh guru, membuat hipotesis, melakukan
penyelidikan, menganalisis hasil, membuat kesimpulan, dan
mengkomunikasikan hasil penyelidikan.
3. Hasil Belajar
Kegiatan akhir dalam pembelajaran adalah proses evaluasi yang bertujuan
untuk mengetahui hasil belajar yang telah dilakukan. Hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Hasil belajar merupakan ouput yang dihasilkan setelah siswa
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Susanto (2013: 5) hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai
hasil dari kegiatan belajar.Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar
siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Menurut Latuheru yang dikutip dalam Slamet (2006) menyatakan yaitu :

➢ Cognitif Domain (ranah kognitif)


Yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
berpikir.
➢ Afektif Domain (ranah afektif)
Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi dan cara
penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hasil
belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau
afektif.
➢ Psychomotor Domain (ranah psikomotor)
Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik, karena keterampilan ini melibatkan
secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga
keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar


adalah perubahan yang timbul pada individu sebagai akibat dari proses
pembelajaran, perubahan ini pada umumnya kearah yang lebih baik. Hasil dari
pembelajaran tersebut ada yang dapat langsung terlihat ada pula yang
membutuhkan waktu lama untuk melihat hasil belajar secara utuh.Belajar pada
dasarnya adalah kegiatan yang harus dilakukan terus-menerus, tidak hanya puas
melihat suatu hasil belajar kemudian memutuskan untuk berhenti belajar.

B. Kerangka Berpikir
Metode guided
• Hasil belajar siswa yang
Pemberian model discovery
kurang memuaskan
pembelajaran yang
• Model pembelajaran yang Model guided
cocok
digunakan guru kurang inquiry
diminati siswa
Guru

Siswa menjadi aktif

Hasil belajar yang


memuaskan
C. Hipotesis
Ha : adanya pengaruh penggunaan metode guided discovery dan guided inquiry dalam
peningkatan hasil belajar siswa.
H0 : tidak adanya pengaruh penggunaan metode guided discovery dan guided inquiry
dalam peningkatan hasil belajar siswa.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Kuantitatif
1. Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas X di SMAN 1 Waingapu, tahun
pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 32 orang.
Pada penelitian ini tidak mengambil keseluruhan dari seluruh siswa yang
berada di SMAN 1 Waingapu. Teknik pengambilan sampel menggunakan
probably sampling dengan simple random sampling yaitu pengambilan secara
acak yaitu pengambilan sampel secara acak dari jumlah populasi yang
berjumlah 32 orang. Menurut Arikunto (2006:134) apabila jumlah subjeknya
kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Tetapi apabila jumlahnya lebih besar maka
diambil sebanyak 10-15 orang % atau atau 20-25% atau lebih. Oleh karena itu
adalah 15% dari populasi dan jumlah keseluruhan 15/100 x 40.6. Jadi sampel
yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 6 orang.
2. Teknik Pengumpulan Data
➢ Observasi
Metode ini biasa dilakukan dengan dalam bentuk pengamatan
dan pencatatan secara otomatis,tentang fenomena-fenomena
lapangan yang baik diselidiki. Baik secara langsung maupun
tidak langsung. Observasi dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang aktivitas peserta didik yang ada di sekolah.
➢ Wawancara
Proses interaksi yang dilakukan antara guru dan peneliti yang
berfungsi untuk mengumpulkan data atau informasi secara
lengkap tentang aktivitas peserta didik yang ada di sekolah.
➢ Tes
Kumpulan pertanyan atau latihan soal (isian dan pilihan ganda)
yang berfungsi untuk mengukur tingkat kemampuan oleh siswa
selama mengikuti proses pembelajaran di sekolah.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 yaitu observasi,
wawancara, dan tes. Instrumen penelitian berfungsi untuk mengumpulkan data
berdasarkan informasi yang ada di lapangan.
4. Analisis Data Kuantitatif
Pada penelitian kuantitatif, kegiatan analisis data meliputi pengolahan data dan
penyajian data melakukan penghitungan untuk mendeskripsikan data dan
melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik. Penyajian data
dan analisis data melalui data yang telah terkumpul dari lapangan bisa disajikan
dalam bentuk tabel, grafik, maupun diagram.

B. Metode Kualitatif
1. Teknik Pengumpulan Data
➢ Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan wawancara merupakan suatu
cara yang berfungsi untuk mengumpulkan informasi secara
lengkap yang ada dilapangan.
➢ Observasi
Pengamatan yang dilakukan peneliti dengan cara mendengar
dan melihat aktivitas yang ada dilapangan. Pada umumnya, data
observasi digunakan sebagai pelengkap data wawancara. Dari
observasi, peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang ada
dilapangan secara lengkap dan terstruktur.
2. Analisis Data
Analisis data kualitatif menggunakan statistik. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan.
3. Uji Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian dilakukan benar-
benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh.
Uji keabsahan data meliputi :
➢ Credibility
Credibility atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian
yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan
tidak meragukan sebagai suatu karya ilmiah.
➢ Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan
atau dapat diambil (Sugiyono, 2007:276).
➢ Dependability
Dependabality merupakan pengujian yang dilakukan dengan
cara melakukan auditor terhadap keseluruhan proses penelitian.
Auditor yang independen atau pembimbing yang independen
mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan peneliti dalam
penelitian
➢ Confirmability
Confirmability merupakan pengajuan hasil penelitian yang
dilakukan dengan proses yang dilakukan. Apabila hasil
penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang
dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
confirmability.
4. Analisis Data Hasil Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
a. Analisis data kuantitatif
Penilaian saran, serta masukan dari tim ahli selanjutnya di analisis secara
kualitatif. Seluruh hasil berupa saran dan masukan yang diperoleh dijelaskan
dalam bentuk deskriptif. Data yang diperoleh digunakan untuk memperbaiki
model pembelajaran konvensional (ceramah) yang diganti dengan
menggunakan model pembelajaran metode guided discovery dan guided
inquiry.
b. Analisis data kualitatif
Data kualitatif dilakukan dengan cara observasi. Observasi dilakukan dengan
menggunakan pedoman observasi yaitu indeks inklusif, berupa aspek budaya
inklusif, praktek inklusif dan kebijakan inklusif. Kemudian hasil observasi
tersebut dihitung rata-ratanya, dan dianalisis serta dibuat ke dalam bentuk
persentase dengan menggunakan grafik.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Bumi


Aksara.

Dimyati. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Kinerja Cipta : Jakarta.

Eggen, P. D. Dan Kauchak. D. P. 1996. Learning And Teaching. 2nd ed. Needham
Height, Massachussets : Allyn And Bacon.

Hanafiah. 2010. Model Pembelajaran Inkuiri. Jakarta : Erlangga.

Hamalik. 2005. Teori-teori belajar. Jakarta : Erlangga.

Hendro. 2009. Metode Dan Model-Model Mengajar. Bandung : Alfabeta.

Latuheru, John D. 2006. Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa
Kini. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Markaban. 2008. Metode Penelitian. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Schware. 2007. Discovery Learning. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Belajar.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Rineka Cipta :


Jakarta.

Sudjana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran. Bandung : Kencana Prenada Media.

Sukmana. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivis. Jakarta :


Prestasi Pustaka Publisher.

Anda mungkin juga menyukai